Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekar Bertemu Keluarganya
“Assalammualaikum Papa, Mama, Sekar pulang," teriak Sekar dengan penuh antusias.
“Waalaikumsalam, Sekar anakku, Ya Allah Nak, kamu sudah besar, sudah menjelma menjadi gadis remaja, cantik sekali."
“Mama juga cantik," jawab Sekar.
Mereka saling berpelukan penuh haru, tak terasa air mata mengalir deras di kedua pipi mereka.
“Hari bahagia jangan diwarnai dengan air mata,"
"Rayakan pertemuan kita dengan penuh suka cita," kata Seno menasehati.
"Akhirnya keluarga kita sekarang bisa berkumpul utuh dan semoga tidak akan terpisahkan lagi." sambung Anugerah.
"Aamiin Ya Rabbal alamin." ujar Seno.
“aamiin." jawab mereka serempak.
Kemudian Sekar menengok ke arah papa dan kakaknya.
“Papa, Kak Anugerah." panggil Sekar, dan segera memeluk keduanya dengan masih berderai air mata.
“Sayang, sudah jangan menangis lagi ya, setelah ini kita tidak akan terpisahkan lagi."
“Betul itu Dik, Kakakmu ini akan selalu menjagamu mulai sekarang."
”Terima kasih Papa, Kakak, Sekar sangat bahagia sekali."
“Ayo masuk, papa dan mamanya Andika juga sudah datang juga," ajak Sandra.
“Papa, mama sudah datang Om?”
“Sudah, mereka sudah menunggu di meja makan."
Mereka kemudian masuk dan menuju ruang makan.
Nampak Wahyu dan Kirana tersenyum lebar melihat Sekar menghampiri mereka.
“Assalammualaikum Tante, Om apa khabar?, senang bertemu dengan Om dan Tante."
“Khabar baik cantik, Tante dan Om juga sangat senang sekali, tadi kesini jalanan macet apa?”
“Sedikit macet Tante, maaf kalau Sekar dan Bang Dika terlambat."
“Tidak terlambat, acara makan malam belum dimulai kok."
“Ok semuanya, berhubung semua anggota sudah berkumpul,mari kita mulai makan malam kita."
Dengan penuh kekeluargaan, mereka makan bersama sambil bercerita hal-hal lucu yang membuat suasana jadi semakin akrab.
Keluarga mereka memang tidak menerapkan suasana disiplin di meja makan.
Mereka menganggap bahwa meja makan disamping untuk berkumpul, makan bareng juga untuk saling berdiskusi dan bercanda agar bisa mendekatkan satu sama yang lainnya.
Setelah selesai makan mereka berkumpul di ruangan keluarga.
Ruang keluarga rumah Seno sangatlah luas, dengan diisi banyak kursi dan ada beberapa sofa..
Mereka duduk mengelilingi Sekar dan bertanya selama berpisah Sekar ada dimana, dan bagaimana keadaannya selama ini.
Dengan air mata berlinang, Sekar menceritakan apa yang sudah dia alami, termasuk ketika dia dijual oleh orang tua angkatnya, beruntung Andika menolongnya.
Semua yang hadir sangat marah mengetahui nasib yang menimpa Sekar.
Seno bersumpah akan menuntut tuntas apa yang sudah terjadi dengan keluarganya.
“Saya tidak akan membiarkan peristiwa ini berlalu begitu saja."
"Kita sudah punya kekuatan untuk membalas dendam, kita hancurkan mereka sampai sehancur-hancurnya."
Semo sangat marah mendengar nasib anaknya.
“Kami ada dibelakang mu Seno, bukti-bukti sudah saya kumpulkan, tinggal kamu mau pakai jalan mana, kita serahkan ke polisi atau kita habisi dengan kekuatan yang kita punya."
“Saya memilih perang, kalau kita serahkan ke polisi, kemungkinan dia punya cara untuk keluar dari tuduhan, atau keluar dengan uang jaminan."
" Hukumannya tidak sesuai dengan penderitaan yang dialami Sekar."
“Sekar maafkan Papa dan mama ya Nak, kami sudah mencari mu bertahun-tahun tapi tidak bisa menemukanmu, untung Andika bisa menemukanmu."
“Tidak apa-apa Pa, semua sudah berlalu, sekarang Sekar sangat bahagia dikelilingi keluarga yang sangat menyayangi Sekar."
“Ya Dik, yang sudah berlalu tidak usah kamu pikirkan lagi, Kakak sayang sama kamu Dik."
“Sekar juga sayang sama Kak Anugerah."
“Terus gimana kondisi Marta sekarang Sekar?” Tanya Sandra..
“Tante Marta masih dirawat di rumah sakit Ma, tapi sudah Sekar pancing-pancing untuk mengakui kejahatannya, hanya dia masih menghindar."
"Sedangkan Om Dirga masih dikantor polisi, mungkin nunggu tante Marta sembuh, baru disidangkan kasusnya."
"Kejam juga ya Dirga pada Marta, padahal Marta lah yang mengangkat derajat hidup Dirga," kata Kirana.
"Karma mungkin, dia sudah tega mau membunuhku dan keluargaku". jawab Sandra emosi.
“Pa, Mama tidak akan mengampuni Dirga dan Marta, Mama mau mereka dipenjara seumur hidup, biar membusuk di penjara."
“Ya Ma, Papa akan mengusahakan mereka berdua di hukum seberat-beratnya."
“Untuk Dina gimana?, katanya dia anaknya Dirga dengan pembantunya ya?” Kirana penasaran dengan status Dina.
“Dina sama bibi Ratna sudah Sekar usir, rumah yang ditempati tante Marta sudah Sekar ambil alih, sekarang di jaga anak buahnya bang Andika."
“Dina memang benar anaknya om Dirga dan bibi Ratna, bibi Ratna sebenarnya bukan pembantu, dia istri sirinya om Dirga, dia rela dijadikan pembantu agar bisa tinggal bersama."
"Dia tidak mau pisah dengan Dina anaknya."
"Sampai sebegitu nya ya, Marta bodoh sekali, bertahun-tahun dikhianati dan dibohongi tidak tahu," kata Kirana.
“Dia bahkan terpengaruh Dirga jadi orang jahat, padahal Dirga hanya memanfaatkan saja," tambah Sandra.
“Apa rencanamu pada Marta Sandra?, setelah Marta keluar dari rumah sakit, apa masih akan tinggal di rumahmu yang selama ini ditempati Marta."
“Tidak, nanti saya akan menengok dia, dan akan saya sampaikan bahwa dia akan saya jadikan tersangka bersama Dirga, dan segera angkat kaki dari rumahku."
“Mama sudah tidak sayang lagi sama tante Marta?” Tanya Anugerah.
“Sudah habis sayang Mama sama Marta Nugraha, dia sangat tega mengkhianati Mama, biarkan dia menerima karma dari apa yang dia perbuat."
“Ya sudah tidak usah bahas yang bikin Mama dan yang lainnya sedih dan emosi, urusan Dirga dan Marta biar kita para lelaki yang membereskan, kita bahas saja bagaimana hubungan Sekar dengan Andika," kata Seno.
“Betul itu, sebenarnya saya sudah pengin gendong cucu," jawab Wahyu.
“Mama, Papa, Om dan Tante, maafkan Sekar, tadi Sekar sudah berunding sama bang Andika, Sekar dan bang Andika mau tunangan dulu, belum ingin menikah."
“Kenapa Sekar?, Andika sudah mapan, umur dia sudah dua puluh tiga tahun." cicit Kirana.
“Sekar pengin kuliah dulu Tante."
“Sebenarnya punya suami sambil kuliah juga tidak apa-apa Sekar," kata Wahyu yang benar-benar sudah ingin punya cucu.
“Wahyu, saya dan Sandra setuju Sekar nikah sama Andika, saya lihat Andika lelaki yang bisa dipercaya, tapi saat ini Sekar masih terlalu muda untuk meningkah, dia belum genap tujuh belas tahun.."
“Eh iya ya, masih kemudaan, ya sudah, mereka tunangan saja dulu, Sekar umur dua puluh tahun baru dinikahkan," jawab Wahyu sambil terkekeh.
“Kalau Sekar belum lulus kuliahnya bagaimana Om?" Tanya Sekar.
“Ya ga apa apa, punya suami dan tetap meneruskan kuliah sampai lulus dan wisuda."
Sekar dan Andika hanya bisa ngikuti apa yang sudah direncanakan oleh orang tua mereka, mereka tahu bahwa semua untuk kebaikan bersama.
Kemudian acara kumpul-kumpul selesai karena hari sudah malam. Wahyu dan keluarga pamit pulang.
“Seno kami pulang dulu ya, kapan-kapan gentian kalian yang ke rumah, kita makan malam bersama lagi."
“Ok, siapa takut, kita rencana saja."
“Kami pamit Sandra, Sekar," kata Kirana.
“Ya Kirana, hati-hati di jalan ya."
“Assalammualaikum."
“Waalaikumsalam."
Akhirnya mereka bertiga meninggalkan kediaman Seno.
Selanjutnya Seno sekeluarga masuk ke kamar masing-masing untuk istirahat.
“Sekar kamarmu di atas ya, dekat kamar kakakmu Anugerah."
“Ya Ma, terima kasih."