NovelToon NovelToon
MENJADI PELAYAN PANGERAN IBLIS JAHAT

MENJADI PELAYAN PANGERAN IBLIS JAHAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.

Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.

"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KECEROBOHAN YANG MEMBAHAYAKAN

Setelah melapor kepada anggota Exorcist yang bertugas, akhirnya Edith dan Adler menemukan kedai yang tidak terlalu ramai, meski dipenuhi laki-laki. Harga makanan di sana sangat terjangkau bagi dompet Edith. Sayangnya, Adler tidak tega jika memakan sesuatu dengan uang perempuan. Dan akhirnya dia membayarkan makanan itu, meski sempat bertengkar dengan Edith.

Seperti sedang merajuk. Edith makan makanannya dengan cepat dan tidak memperdulikan Adler.

"Pelan-pelan kalau makan" Ucap Adler.

Memang Edith adalah orang yang keras kepala. Dia tersedak karena makan dengan buru-buru. Edith melihat minuman miliknya habis, dan langsung mengambil minuman milik Adler tanpa tau apa isi minuman itu.

"Tunggu!" Adler sudah berusaha memberitahukan. Sayangnya, Edith meneguk alkohol milik Adler.

"EWWWW! Pait! Minuman apa ini!?" Edith mengembalikan gelas minum Adler yang sisa setengah itu dan mengusap-usap bibirnya.

"Kau ini, haish! Tunggu di sini, aku akan mengambilkan air untukmu" Adler terlihat kesal karena tindakan sembrono Edith.

"Inilah alasanku, kenapa aku malas berurusan dengan perempuan"

"Air dinginnya satu" Ucap Adler kepada salah satu pekerja di kedai itu.

Saat kembali ke tempat duduknya, Adler melihat Edith menangis di sana. Mulut Adler mengangah. "Kau kenapa lagi? Minum ini!" Adler memberikan air itu kepada Edith. Namun, Edith tidak kunjung meminumnya. Dia malah semakin menangis dan sesegukan, hingga membuat orang-orang yang ada di kedai itu menoleh ke arah Adler.

"Ayolah, berhenti menangis. Apa yang terjadi?" Adler duduk di sebelah Edith. Dia tidak tau jika Edith mabuk hanya karena setegukan alkohol itu.

"Hiks! Hiks!" Edith menatap mata Adler yang menatapnya dengan risau. "AKU TIDAK MAU MATIII!!!" Teriak Edith dengan kencang.

Semua orang semakin menoleh ke arah meja mereka berdua. Adler menjadi ikut gelagapan. Dia kebingungan. "Maaf, dia sedang mabuk" Ucap Adler sambil membawa Edith keluar dari kedai.

Edith menahan dirinya saat Adler tarik keluar dari kedai itu. Dia berjongkok di pinggir jalan di luar kedai dan menangis di sana. Adler menghela napas. "Apa dia mabuk hanya karena minuman itu?" Batin Adler sambil ikut berjongkok di sebelah Edith.

"Hu....hu....hu.... Aku tidak mau matii..iii..ii" Tangis Edith menatap Adler dengan matanya yang sudah banjir air mata. Edith menggeser duduknya lebih dekat dengan Adler dan menarik kain lengan Adler, kemudian "BRUUUUUH!!!!" Dia membuang ingusnya di sana.

Raut wajah khawatir Adler berubah menjadi datar. "Aku hanya ingin merasakan hidup dengan tenang, tanpa tekanan ataupun pikiran. Hanya tinggal menghitung minggu saja dari kematianku. Aku sungguh tidak bisa jika harus mati untuk kedua kalinya...." Tangisan Edith semakin menjadi-jadi.

"Mati untuk kedua kalinya?" Adler terkejut mendengarnya. Dia menarik lengan Edith untuk sedikit menjauh darinya.

"Iya, aku tau ini bukanlah dunia nyata. Hanya saja, aku juga bisa merasakan sakit disini.... Kau adalah orang kepercayaan Ash. Seharusnya, kau yang paling bisa melindungi dia. Kau yang paling bisa menuntunnya. Kenapa kau membiarkannya saat Ash....saat Ash.... Huaaaaa" Edith menangis dengan kencang.

Orang-orang di luar sana, mulai memperhatikan mereka berdua. Adler merasa kurang nyaman. Tapi, disisi lain dia mendapatkan banyak informasi dari kondisi itu. Dia mengusap kepala Edith. Berusaha untuk membujuknya. "Baiklah, maafkan aku ya. Ayo sekarang berdiri. Kita bicara pelan-pelan di sana" Adler menunjuk taman yang tak jauh dari kedai itu.

Meski dalam kondisi mabuk, dia masih menyimpan rasa curiganya terhadap Adler. "Tidak mau. Aku mau pulang" Ucap Edith sambil berdiri dan melangkahkan kakinya beberapa langkah, kemudian dia berhenti sejenak. Menoleh ke arah Adler.

Mata Edith berkaca-kaca. "Kenapa lagi?" Tanya Adler dengan pelan.

"Dimana jalan pulang ke rumahku??" Tanya Edith dengan nada gemetar. Dia akan menangis lagi.

"Astaga. Ayo, aku akan mengantarmu ke Mansion" Adler menarik lengan blezer Edith untuk menuntunnya berjalan. Namun, "Mansion?" Edith memberontak mendengar kata Mansion. "Aku tidak mau ke Mansion itu!" Dia berlari dengan kencang dan mengangkat roknya setinggi pahanya.

Adler melongo. Dia tidak tau jika ada kebiasaan mabuk seperti Edith. "Tunggu! Jangan lari seperti itu!" Adler mengejar Edith yang berlari dan memanjat pagar setinggi 1.5 meter di taman itu.

"ASTAGA!" Adler dibuat kewalahan oleh Edith yang merajuk saat mabuk.

Hingga, akhirnya Adler berhasil membujuk Edith dengan sumpah akan melindungi Edith agar tidak tewas seperti yang Edith pikirkan.

"Baiklah! Aku menyerah! Aku berjanji akan melindungimu. Begini saja sudah cukupkan?" Tanya Adler pada Edith.

Edith tersenyum lebar. Dia berjalan dan sedikit agak melompat seperti anak kecil yang sangat senang ke arah Adler. "Hu'um! Janji ya.... Sekarang, gendong aku. Aku capek" Ucap Edith menarik punggung Adler.

Adler hanya bisa menghela napas dan menuruti semua permintaan Edith. Dia tidak ingin kejar-kejaran lagi seperti orang gila.

Dalam bopongan Adler, Edith memainkan rambut Adler dan memberi penjepit rambut yang dia gunakan pada rambut kecokelatan Adler. "Dulu, aku itu pekerja kantoran. Aku memiliki atasan yang buruk" Edith tiba-tiba membuka cerita tentang dirinya kepada Adler.

Adler meliriknya, hanya mendengarkan ucapan Edith tidak lebih seperti informasi latar belakang. "Padahal, aku sudah menyiapkan surat resign. Aku juga sudah mengumpulkan uangku untuk liburan dan tinggal di tempat baru, serta membuka usaha kecil-kecilan. Andai saja aku tidak ceroboh, mungkin aku bisa mewujudkan mimpi itu" Edith memeluk leher Adler dengan pelan.

Pelukan itu, termasuk ke dalam skinship. Energi sejuk milik Edith perlahan, masuk ke dalam tubuh Adler. Energi sejuk itu, biasanya mereka sebut sebagai Heal, Energi penyembuhan. Pikiran Adler menjadi ringan merasakan Energi itu yang mengalir ke dalam tubuhnya.

"Lalu, kenapa kau bisa di sini?" Tanya Adler menatap ke depan.

Dagu Edith menempel di bahu kiri Adler, begitu juga pipinya yang menempel di telinga kiri Adler. "Itu hanya kecelakaan. Aku tidak terlalu ingat. Tapi, saat itu aku sedang bekerja dan lembur" Jawab Edith.

Adler merasa mulai nyaman mengobrol dengan sisi Edith yang saat ini. Dia berbelok ke arah lain dari jalan menuju Mansion Pelayan.

"Lalu, apa yang membuatmu berpikir, ini bukanlah dunia nyata? Bukankah, kau bisa melihat dan menyentuhku?" Tanya Adler masuk ke dalam penginapan yang tak jauh dari sana.

"Tolong satu kamar, satu malam" Adler memesan kamar untuk malam ini.

Edith masih ada punggungnya. "Tentu saja, kalian nyata. Aku hanya berharap jika aku bermimpi saja sampai saat ini" Edith mempererat pelukannya.

Adler mulai mengisi data check-in. Dia menyamarkan namanya dan segera masuk ke kamar setelah mendapatkan kunci.

Adler masuk ke dalam kamar itu, melihat ke arah pantulan cermin untuk melihat wajah Edith. Edith tertidur di punggungnya, namun pelukan di lengannya masih erat.

"Edith, bangunlah. Istirahatlah di sini untuk malam ini. Aku tidak bisa membawamu pulang ke Mansion jika kau masih mabuk" Ucap Adler menepuk lengan Edith di lehernya.

Edith terbangun dan mengucek matanya. Dia turun dari bopongan Adler dan langsung beranjak ke kasur. Edith tidur dengan posisi tengkurap dan masih menggunakan sepatunya. Lagi-lagi, Adler menatap pantulan dirinya. Tiga jepit rambut kecil menghiasi rambut bagian belakangnya. "Aku tidak menyangka jika dia punya sisi lucu seperti ini" Adler melepaskan sepatu di kaki Edith agar tidak mengotori sprey penginapan itu.

Adler kembali melihat pakaiannya yang penuh ingus Edith. Adler mengabaikan pakaiannya itu dan duduk di kursi yang ada di dekatnya. Dia menatap Edith yang keningnya terus berkerut dan bibirnya manyun.

"Aku tidak tau harus mempercayai ucapannya atau tidak..."

1
Airyn Choi
keren 😍 seru di khayalin. semangat menulis terus..
jeesomoody_
Fun bgt ceritanya, next thor
Pikachu Gosong
semangat buat lanjutinnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!