NovelToon NovelToon
Masa Kecil Bulan

Masa Kecil Bulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikahmuda / Duniahiburan / Kehidupan di Kantor / Slice of Life / Careerlit
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: yuliani fadilah

Sinopsis:
Cerita ini hanyalah sebuah cerita ringan, minim akan konflik. Mengisahkan tentang kehidupan sehari-hari Bulbul. Gadis kecil berusia 4 tahun yang bernama lengkap Bulan Aneksa Anindira. Gadis ceria dengan segala tingkahnya yang selalu menggemaskan dan bisa membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala akibat tingkahnya. Bulbul adalah anak kesayangan kedua orangtua dan juga Abangnya yang bernama Kenzo. Di kisah ini tidak hanya kisah seorang Bulbul saja, tentunya akan ada sepenggal-sepenggal kisah dari Kenzo yang ikut serta dalam cerita ini.

Walaupun hanya sebuah kisah ringan, di dominan dengan kisah akan tawa kebahagian di dalamnya. Akan tetapi, itu hanya awal, tetapi akhir? Belum tentu di akhir akan ada canda tawa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yuliani fadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14 Kenzo gak ada ahlak

"Eh, eh. Jo, mau kemana?!" celetuk Winda bertanya, melihat anak pertamanya terburu-buru keluar hendak melewati pintu utama.

Kenzo memberhentikan langkahnya tepat di pintu utama itu. Dan berdecak, membalikan badannya kembali. "Mulung Ma!"

Winda tertawa garing. "Hahahaha! Lawak lu!"

Kenzo merotasikan bola matanya. "Kenapa sih Ma, Jojo mau sekolah, lah gak liat udah rapih gini pake baju seragam, ya kali anak sultan mulung!"

"Iya tau. Maksudnya tungguin, sekalian kamu anterin Bulbul dulu," tutur Winda, sambil berjalan menuntun Bulbul menghampiri Kenzo.

Kenzo berdecak kesal, "Ma, Zo udah telat ...." protesnya sambil menunjukkan jam di pergelangan tangannya. "Bentar lagi masuk. Kenapa dah gak Mama aja yang anterin Bulbul!"

"Gak bisa! Mama sibuk, harus nyiapin ini, itu. Kamu taukan Kakek sama Nenek dari Bandung hari ini mau ke sini!" jelas Winda.

"Lagian, masih ada waktu. Keburulah nganterin Bulbul dulu," sambung Winda. Wanita itu berjongkok mengsejajarkan tubuhnya dengan Bulbul, dan membuka rasleting tas anaknya memasukan bekal berupa susu kotak dan roti yang Kenzo kemarin-kemarin salah beli. Maksud dari roti Jepang itu, adalah softex.

"Endak mau Mama, Bulbul endak mau cucu!" larang Bulbul menghentikan Winda yang akan memasukan susu itu.

Winda mengernyit heran, tak biasanya. "Kenapa?"

Bulbul menggelengkan kepalanya tegas. "Endak! Bulbul endak mau nucu lagi!"

"Iya, kenapa?!"

"Endak mau! Kemalin ci endut di cekulah atain Bulbul endut! Bulbul endak mau minum cucu lagi, ental tambah endut!" ketusnya, tak lupa bibirnya mencebik kesal.

Winda mengangkat sebelah alisnya. "Ya udah, tapi yakin, gak mau bawa susunya? Entar di sekolah jangan nangis ya kalo mau minum susu!"

Bibirnya semakin mencebik kesal. "Ihh Mama, endak mau!"

"Ya udah bawa aja ya?"

"BUL! CEPETAN MAU BARENG GAK, KALO LAMA ABANG TINGGAL, NIH!" teriak Kenzo yang sudah mengeluarkan motornya dari garasi.

"Udah sana berangkat, jangan nakal," pinta Winda diiringi kecupan singkat pada pipi anaknya itu.

"Oh iya, Zo. Nanti sekalian pulang sekolah jemput Bulbul dulu," perintah Winda sebelum Kenzo menjalankan motornya keluar dari pelataran rumahnya.

Kenzo memasang wajah memelasnya. "Kok gitu sih Mah!"

"Jangan banyak protes Zo. Nanti Mama tambahin uang jajan kamu," ujar Winda yang masih berdiri di teras rumahnya.

Senyiman terbit menghiasih wajah tampannya. "Oke, siap laksanakan ratu!" sahut Kenzo sambil memberi hormat pada Winda.

Winda mengeringkan bola matanya, mendengar tanggapan Kenzo. Melihat Kenzo pergi keluar dari gerbang rumahnya.

••

Tin! Tin! Tin!

Masih berada di dalam komplek perumahannya, Kenzo menyalakan klakson motornya, melihat Ilham yang mengendari motor metik milik cowok itu melaju di hadapannya.

"HAM! HAM! TUNGGU!" ujar Kenzo memerintah pada Ilham yang terus melaju.

"BERHENTI DULU NAPA!" kata Kenzo kembali dengan setengah berteriak.

Ilham sepontan memberhentikan laju motornya. Menatap Kenzo dengan mengerutkan dahinya. "Apa sih, lu!"

Kenzo terkekeh, "Lu gak sekolah?" tanyanya basa-basi.

"Gak, gue lagi pere."

"Widih cakep kalo gitu," ujar Kenzo.

"Iye. Gue tau gue cakep!" sahut Ilham sambil menyisir rambutnya dan bercermin di kaca spion motornya.

Kenzo bergidik jijik mendengarnya. "Gue bukan muji lo, Malih!" sewot Kenzo.

"Lo mau anterin ni tuyul sekolahkan?" Kenzo bertanya sambil menunjukan Eful yang duduk di boncengan motor Ilham.

Ilham mendengkus dan merotasikan bola matanya. "Iye, mau ngapain sih lu!"

Kenzo tersenyum sumringah. "Kebetulan kalo gitu ... nih berhubung Adek lo sama Adek gue satu pertekaan ...."

"Hadeh, perasaan gue gak enak nih!" gumam Ilham di sela-sela penuturan Kenzo.

"Sekalian yah, tolong anterin Adek gue. Gue udah telat nih bentar lagi masuk kelas!"

"Og--"

"Ett, lu, kan cakep, baek, tidak sombong, rajin menabung dan temen sekomplek gue paling baik. Mau, yah ?" kenzo memotong perkataan Ilham yang hendak menolak permintaanya.

"Ogah gue og---"

"Uhhh! Makasih, baek bener sih lo," ucap Kenzo kembali memenggal terlebih dahulu ucapan Ilham, sambil menepuk-nepuk bahu cowok itu.

Kenzo beralih menatap Bulbul. "Bul. Kamu berangkat bareng si Eful ya. Entar pulangnya Abang jemput, sebelum Abang jempul jangan pergi kemana-mana!" pesan Kenzo menasihati Adiknya yang sudah turun dari motornya beralih pada motor Ilham.

"Tapi Jo---"

"Iya-iya entar. Entar bensin lo gue ganti," ucap Kenzo, lagi-lagi memenggal ucapan Ilham.

"Baek-baek lo, yah bawa motornya. Gue berangkat bro!" ujar Kenzo kembali dan menyalakan mesin motor melaju meninggalkan Ilham dan kedua anak itu.

"Gak ada akhlak bener tu orang!" sewot Ilham bergumam, menatap kepergian Kenzo yang perlahan menghilang dari pandangannya.

••

Kenzo telah berada di sekolah, lebih tepatnya berada di area parkiran. Cowok itu telah turun dari motornya dan melangkah santai menuju kelasnya.

Melewati terlebih dahulu setiap koridor-koridor kelas yang sudah cukup ramai siswa-siswi yang berlalu lalang.

"Astagfirullah, Pak!" lontar Kenzo sepontan tak lupa tangannya mengelus dadanya terkejut, melihat tiba-tiba Pak Husen muncul Tepat dari ruangan lab fisika.

"Kenapa istigfar kaya gitu! Emang kamu kira saya hantu?!" tegur Guru itu, menatap galak Kenzo.

"Bukan kek gitu Pak, saya terkejot! Ya--ya saya kira tadi hantu sih," balas Kenzo cengengesan.

"Gak sopan kamu!" ucap Pak Husen sambil menjewer telinga Kenzo.

"Astagfirullah! Sakit Pak! Bener dah gak bo'ong!"

"Sssttt, iya Pak minta maaf. Lepas atuh Pak! Sakit nih, beneran dah demi si Alex!" pinta Kenzo, dan mengelus-ngelus kupingnya saat Pak Husen telah melepaskan jewerannya.

"Alex siapa hah?!" tanya Pak Husen.

Kenzo masih mengusap-ngusap kupingnya. "Ada Pak tetangganya Pak lurah di kompleks rumah saya."

"Ohh! Ya udah nih, kamu simpen buku-buku ini di meja saya!" perintah Pak Husen sambil menyerahkan beberapa buku berukuran cukup tebal.

Kenzo sepontan menerimannya. "Yah, Pak, saya bentar lagi masuk. Kenapa dah gak Bapak aja, Bapak, kan juga mau ke ruang guru, kan?"

Pak Husen berdecak kesal, "Ck! Bentar aja kenapa bantuin guru, itung-itung nyari pahala. Saya udah tua pinggang saya suka sakit kalo bawa banyak buku kaya gitu!"

"Kamu gak kasian apa sama saya?"

Kenzo refleks menggelengkan kepalanya. "Enggak."

Pak Husen melebarkan pupil matanya. "Kamu---ck! Udahlah cepet banyak omong kamu!"

"Eh---bentar Pak, bentar ...," pinta Kenzo.

"Kena---"

"Aduh! Aduh Pak perut saya mules. Gimana ini Pak. Kayanya saya harus boker dulu deh," kata Kenzo sambil meremas perutnya.

"Nah ini, ini yang namanya pucuk dicinta ulampun tiba!" ujar Kenzo lagi menunjukan Gibran dan Satria yang hendak melewati keduanya.

"Wah, wah bro perasaan gue gak enak nih!" bisik Gibran menyenggol tangan Satria.

"Balik kanan bro, balik kanan!" Satria mengintrupsi, dan keduannya segera berbalik hendak melangkah pergi dari sana.

"Et, et, et! Mau kemana Jali!" Kenzo terlebih dahulu mencegah mereka, dengan segera menghampiri keduanya.

"Eh, Pak," sapa Gibran dan membungkukan badannya sedikit ke arah Pak Husen.

"Kalian berdua, gantiin Kenzo buat anterin buku-buku itu ke ruangan saya!" suruh Pak Husen.

"Tapi Pak, kita kudu piket perpustakaan dulu, yakan Sat?!" ujar Gibran, dan meminta persetujuan pada Satria.

"I-ya, iya itu dia, kita kudu piket dulu nanti di marahin Bu Susi lagi."

Kenzo tersenyum dan mengeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak Purgosong! Gua tau lu bo'ong!"

"Mereka bo'ong Pak, jangan percaya!" sambung Kenzo berbisik pada Pak Husen.

"Nih!" Kenzo menyerahkan buku itu pada Gibran. "Tolongin Pak Husen, yeh, berhubung gue kebet boker lu pada yang anteri!"

"Tap--"

"Aduh, eek gue udah diujung nih, udah gak tahan minta keluar!" ujar Kenzo sambil memengangi pantatnya, cowok itu memang hobi memotong ucapan orang lain yah.

"Gue boker dulu yah. Pak saya ijin boker, Assalamualaikum," pamitnya pada Pak Husen sambil menyalimi tangannya.

Pak Husen mengangguk. "Iya, hati-hati!"

"Caelah, orang mau boker bo'ongan aja diucapin hati-hati!" gumam Satria.

"Dunia memang kejam!" Gibran menimpali, menggelengkan kepalanya singkat.

••

Waktu pulang sekolah untuk SMA Pelita Nusantara sudah waktunya. Kini Kenzo dan kedua temannya yaitu, Gibran dan Satria sudah tidak berada di sekolah. Mereka telah pergi dari area sekolah itu menuju tempat dimana Bulbul bersekolah, yakni TK Permata hati. Kenzo menyerat paksa Gibran dan Satria agar ikut dengannya.

Kenzo memberhentikan laju motornya terlebih dahulu diikuti kedua temannya.

"Udah sepi nyet!" celetuk Gibran, sambil membuka kaca helmnya melirik-lirik ke dalam gerbang TK Permata hati itu.

"Ho'oh, udah di jemput nyokap lo kali, yok kita pulang aja," Satria menimpali. Hendak kembali menyalakan mesin motornya.

"Gak mungkin Malih! Nyokap gue tadi ngechat seruh jemput!" sahut Kenzo, cowok itu membuka helmnya dan turun dari motornya mendekati gerbang yang masih terbuka.

"Kalian ikut gue! Jangan kabur!" perintah Kenzo.

Kenzo terlebih dahulu menghampiri satpam yang masih ada disana. "Pak Sat?" panggil Kenzo pada satpam itu yang tengah duduk di pos di temani secangkir kopi.

"Saya, Dek?" tanya satpam itu, sambil menunjukan dirinya sendiri.

Kenzo berdecak. "Ck! Iye Pak, siapa lagi! Sini!" pinta Kenzo mengibaskan tangannya.

"Iya ada apa, kalian bertiga cari siapa?"

"Gini Pak temen saya mau jemput Adeknya. Bapak liat dia gak Pak?" sahut Satria bertanya.

"Yang mana Dek? Saya gak liat," ujar Satpam itu menjawab pertanyaan Satria.

Kenzo menendang betis Satria. "Lu, kalo nanya yang bener Malih!"

Satria meringis, "Apa sih lu! Salah gue dimana Malih!

Plak!

Kali ini Gibran menggeplak kepala bagian belekang Satria. "Sebutin ciri-cirinya Malih! Jangan asal nanya, liat adek temen saya gak Pak!" timberung Gibran memenye-menye perkataan Satria di akhir ucapannya.

"Emangnya dia cenayang apa, bisa langsung tau gitu aja!" sambung Gibran.

"Tumben pinter nih, temen gue atu!" ujar Kenzo mengangguk-nganggukan kepalanya.

"Gue dari kemarin emang pinter!"

"Pantes kemarin-kemari tolol, lu!" balas Satria.

"Saya mau jemput Adek saya Pak. Bapak liat gak, ciri-cirinya tuh tingginya segini ...." tutur Kenzo sambil mengira-ngira tinggi badan Bulbul. "Badannya agak gendut, terus pake sepatu warna biru. Poninya sealis," lanjut Kenzo menjelaskan.

Satpam itu mencerna setiap ucapan Kenzo. "Emm ... rambutnya di kuncur dua, terus pake tas kuda poni bukan?" ujar Satpam itu menambahi.

"Iya, iya itu, Adek saya. Terus dimana dia Pak?"

"Iya tadi sih disana--" satpam itu menunjukan kursi panjang tak jauh dari keempatnya berdiri sekarang. "Katanya nungguin Abang. Tapi sekarang dia pergi keluar, mau jajan katanya," jelas Satpam itu sambil menunjukan keluar gerbang dimana terdapat beberapa penjual jajanan.

"Yeh! Si Bapak, kenapa gak di larang, dah!" ucap Kenzo dan mendesah malas.

"Yah, saya gak tau Dek, kirain udah ada yang jemput. Kalian cari aja mungkin dia lagi asik jajan disana!" kata Satpam itu.

"Ya udah, makasih Pak Sat!"

"Yok kalian berdua bantu gue cari!" perintah Kenzo, berjalan terlebih dahulu meninggalkan Gibran dan Satria.

"Kita?" tanya Satria menunjukan dirinya dan Gibran.

Kenzo berdecak kesal, "Ck! Iyalah siapa lagi, lo berdua bantu cari, entar gue teraktir es bonbon di jalan nanti!"

"Yeh, es bonbon, lu kira kita anak kecil!" protes Gibran.

"Banyak protes lu! Cepet bantu gue!"

Keduanya menghela napasnya malas. "Yeh, kita juga yang repotkan!" gumam Gibran. Dan langsung mengikuti langkah Kenzo.

Ketiganya segera bergegas mencari ke setiap penjual jajanan menghampirinya satu persatu.

Setelah merasa semua penjual disana telah di kunjungi satu persatu. Namun, hasilnya nihil, Bulbul sama sekali tidak ada disana.

"Gak ada Jo. Kemana lagi?" tanya Satria mendudukan bokongnya di trotoar. Sambil menikmati cakue yang sempat dibelinya tadi.

"Zo, kalo si Bulbul di culik gimana?!" celetuk Gibran tiba-tiba.

Kenzo menoyor jidat temannya itu. "Jangan ngadi-ngadi lu! Kalo si Bulbul di culik mati gue, jadi perkedel jadi perkedel dah, gue!"

"Terus gimana nyet, mau nyari kemana lagi!" sewot Satria mencomot cakue yang tengah dipegang oleh Gibran.

Kenzo mengendikan kedua bahunya. "Gak tau gue. Jalan aja dulu siapa tau nyemplung di got, kan!" sahut Kenzo, cowok itu kembali beranjak diikuti Gibran dan Satria.

"Anying, nyemplung di got, emang lu kira kucing!" kata Satria dan tertawa pelan.

"Yah, ginilah ciri-ciri Abang yang otaknya ketinggalan di rahim Emaknya!" Gibran menimpali.

"Bacot lu berdua!"

"Bulbul you dimana?!" panggil Satria tiba-tiba. Sambil celingak-cekinguk.

"Bul, kur, kur, kur!"

"Bulbul? Ka---"

Plak!

Kenzo melepas sepatunya dan melempar Gibran sampai mengenai jidat cowok itu. "Lu kira Adek gue ayam apa, nying!"

Satria mengusap jidatnya yang berdenyut nyeri. Kemudian cengengesan. "Yeh, bisa aja si Bulbul lagi main sama ayam, kan!"

"Lama-lama gue kena mental temenan sama lu!"

Gibran sepontan menepuk-nepeu pundak Kenzo. "Noh, noh, tuh si Bulbul bukan?!" kata Gibran menunjukan anak kecil yang tengah berjongkok di tepi selokan tepat di depan mereka.

Kenzo yang tengah memakai kembali sepatunya mengikuti arah tunjuk Gibran. Dan langsung bergegas menghampiri anak itu.

Decakan keluar dari mulut Kenzo setelah berada beberapa meter dari tempat Bulbul berada sekarang. "Ck! Ngapain sih, tuh bocil malah ngejugrung di pinggir selokan kek gitu!" sewotnya bermonolog.

"Bul! Ngapain sih, disini!" ujar Kenzo kedikit menaikan nada bicaranya dan menarik tangan Bulbul agar berdiri.

"Abang, kan udah bilang jangan kemana-mana sebelum ada yang jemput!"

Bulbul mengerucut bibirnya kesal dengan kepala yang menunduk. "Bubul! Bocen nuguin Abang lama endak dateng-dateng!"

Kenzo berdecak kesal, "Ck! Terus ngapain disini, nanti kalo nyemplung ke selokan gimana?!"

"Bu--Bulbul, lagi liat dia ambil ecebog Abang !" turur Bulbul sambil terisak, mendengar Kenzo memarahinya seraya menunjukan seorang anak yang berada di selokan itu.

Gibran dan Satria seketiak melihat apa yang di tunjukan Bulbul. Keduanya mengerjapkan matanya pelan baru menyadari di selokan itu terdapat anak kecil yang tengah menangkap sesuatu di kubangan air.

"Anjir, gue baru nyadar kalo ada orang disana!" ujar Gibran dan terkekeh pelan.

"Udah macam anak itik ke cemplung got lagi!" timpal Satria ikut terkekeh.

Decakan kembali keluar dari mulut Kenzo. "Ck! Lain kali jangan kemana-mana! Nanti kalo ilang gimana, ngerepotin orang!"

Bulbul yang masih terisak mengangguk pelan, sambil mengusap airmatanya dan ingusnya yang keluar. "Iya," cicitnya.

"Sekarang pulang, nanti di marahin Mama!"

"Kaya Emak-Emak komplek marahin anaknya, yeh?" bisik Satria pada Gibran yang keduanya menyaksikan Kenzo memarahi Bulbul.

Bulbul menahan tangannya yang hendak di tuntun berjalan oleh Kenzo. "Abang, bental!"

"Kenapa?!"

"Bulbul pengen ecebong itu!" cicitnya meminta pada Kenzo sambil menunjukan anak laki-laki yang tengah mengambili kecebong itu ke plastik.

"Apa sih Bul! Jijik tau!"

Bulbul kembali mencebikan bibirnya. "Bulbul mau ecebog imut itu Abang!" Anak itu kembali terisak.

"Enggak, kamu mau apa nanti kalo bawa kecebong itu kerumah di marahin sama Mama, Papa!"

"Enggak, kan?" Bulbul menggelengkan kepalanya tidak mau, menjawab pertanyaan Kenzo itu. "Ya, udah ayok pulang jangan ngadi-ngadi!"

••

1
yuliani fadilah
hallo
Amai Kizoku
Saya suka sekali sama cerita ini, ayo cepat update lagi biar saya gak kesal.
★lucy★.
terharu banget pas adegan romantisnya, ini the best story ever ❤️
Jennifer Impas
Gaya penulisanmu sungguh memukau, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!