Dewasa🌶🌶🌶
"Temukan wanita yang semalam tidur denganku, dia harus bertanggungjawab karena telah mengambil keperjakaanku!"
—Bhaskara Wijatmoko—
"Gawat! Aku harus menyembunyikan semuanya. Kalau tidak, aku bisa dipecat!"
—Alicia Stefi Darmawan—
----
Bhaskara Wijatmoko dikenal sebagai CEO dingin yang tak pernah peduli pada wanita. Alasan dia memilih Alicia Stefi Darmawan sebagai salah satu sekretarisnya adalah karena sikap profesionalismenya yang luar biasa.
Namun, segalanya kacau setelah sebuah pesta topeng. Alicia tanpa sengaja menghabiskan malam dengan pria misterius yang ternyata adalah Bhaskara! Panik dan takut dipecat, Alicia pun kabur sebelum Bhaskara bangun.
Sialnya saat di kantor, Bhaskara malah memerintahkan semua sekretarisnya untuk menemukan wanita yang sudah bermalam dengannya. Alicia harus menyembunyikan rahasianya, tapi apa yang terjadi jika Bhaskara akhirnya tahu kebenarannya? Akankah karier Alicia hancur, atau sesuatu yang tak terduga akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Salah Paham
"Loh, kenapa tiba-tiba mati?" Alicia panik sendiri saat layar ponselnya berubah menjadi hitam. Ia mencoba menekan tombol daya beberapa kali, tapi tetap saja tak ada respons. "Ya ampun! Habis baterai ternyata!"
Dengan tergesa, Alicia merogoh tas untuk mencari charger. Namun, setelah mengaduk-aduk isi tas, ia hanya menemukan dompet, lipstik, dan bedak. Tidak ada charger. Ia menghela napas panjang. "Astaga, kenapa gue ceroboh banget sih?" Keluhnya. "Bhaskara pasti marah-marah nih!"
Sementara itu, Bhaskara menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. Wajahnya tegang, pikirannya terus berputar. Baru saja tadi ia menghubungi ahli IT kepercayaannya untuk melacak lokasi terakhir ponsel Alicia sebelum mati. Dalam beberapa menit, Bhaskara sudah mendapatkan lokasi rumah sakit tempat Alicia berada.
Bhaskara mengepalkan tangan di setir mobil, mencoba menenangkan diri meski detak jantungnya terus berpacu dengan cepat. "Kenapa Alicia pergi ke rumah sakit? Apa dia sakit? Apa akhirnya dia tahu soal kehamilannya?" Pikiran-pikiran itu menghantui kepalanya. Ia tak bisa membayangkan jika sesuatu yang buruk terjadi. Tanpa sadar, ia semakin menekan pedal gas, berharap bisa sampai di rumah sakit secepat mungkin.
Sesampainya di rumah sakit, Bhaskara langsung berlari masuk, wajahnya penuh dengan kepanikan. Ia menghampiri petugas resepsionis dengan napas memburu. "Beritahu saya kamar pasien bernama Alicia Stefi Darmawan!"
Petugas itu tampak terkejut, tapi kemudian ia menganggukkan kepala. "Baik Pak, tunggu sebentar ya, saya cek dulu di sistem."
"Cepat! Saya butuh sekarang juga!" Bhaskara nyaris berteriak, tak mampu menyembunyikan emosinya. Ia menggenggam meja resepsionis, wajahnya terlihat sangat cemas.
Namun sebelum petugas itu sempat menjawab, sebuah suara yang sangat ia kenali terdengar dari belakangnya. "Jagi? Kamu kok ada di sini?"
Bhaskara membalikkan badan dengan cepat. Matanya membesar saat melihat sosok Alicia berdiri di belakangnya, sehat tanpa luka sedikit pun.
"Alicia!" Bhaskara langsung mendekat dan memeluk Alicia erat-erat. "Syukurlah. Kamu baik-baik saja? Apa kata dokter?"
Alicia yang masih bingung dengan reaksi Bhaskara hanya bisa berdiri kaku di pelukannya. "Hah? Tunggu, saya bisa jelaskan. Sebenarnya—"
"Saya tahu," Bhaskara memotong ucapan Alicia dengan nada yang terdengar penuh keyakinan. Ia memegang kedua bahu Alicia, menatapnya dengan mata tajam. "Kamu tidak perlu menjelaskan apa-apa. Saya tahu alasan kamu menutupinya karena kamu takut. Tapi, tenang Alicia. Saya pasti akan bertanggung jawab."
"Apa?" Alicia mengernyitkan dahi, dirinya kini semakin kebingungan. "Bertanggung jawab? Untuk apa?"
"Alicia, kamu tidak usah berpura-pura lagi di depan saya," Bhaskara melangkah lebih dekat, memegang wajah Alicia dengan kedua tangannya. Suaranya terdengar serius. "Saya akan menerima semuanya. Saya akan bertanggung jawab pada anak kita."
"Hah? Anak?" Alicia terbelalak. "Tunggu, apa maksudnya?"
Bhaskara mengerutkan kening, raut wajahnya berubah menjadi kebingungan. "Bukannya kamu hamil?"
"Hah?!"
...----------------...
Alicia sekarang menatap Bhaskara dengan tangan terlipat di depan dada, sementara Bhaskara yang duduk di depannya hanya bisa menundukkan kepala seperti anak kecil yang sedang dimarahi. Di sisi lain, Karin yang terbaring di ranjang rumah sakit malah asyik menikmati adegan itu dengan mata berbinar.
"Jadi selama ini kamu mengira saya hamil?" tanya Alicia dengan nada penuh tekanan, tatapan tajamnya menusuk Bhaskara.
Bhaskara melirik Alicia sebentar, lalu mengangguk dengan pelan. "Iya," jawabnya dengan suara lirih.
Alicia mendesah panjang sambil menggelengkan kepala. "Astaga, kenapa kamu bisa membuat kesimpulan seperti itu, sih?"
"Habisnya," Bhaskara mencoba membela diri, meski suaranya tetap terdengar lirih. "Saya melihat gerak-gerik kamu belakangan ini. Kamu mual, kelihatan capek, terus tiba-tiba pengen makan yang asem-asem. Bukannya itu ciri-ciri orang hamil?"
"Hah?" Alicia ternganga, tak percaya dengan kesimpulan Bhaskara yang baginya sangat konyol. "Mual itu karena asam lambung saya kumat! Capek ya karena butuh istirahat! Terus, kepengen makan yang asem-asem ya karena pengen aja, bukan berarti saya ngidam, Jagi!"
Bhaskara hanya bisa terdiam. Ia menggaruk-garuk lehernya yang tidak gatal.
"Tapi," Bhaskara akhirnya angkat suara, menatap Alicia penuh ragu. "Benar kamu nggak hamil? Gimana kalau kita coba tes kehamilan dulu?"
"Nggak perlu," jawab Alicia sambil menghela napas. "Tadi malam saya datang bulan."
"Oh..." Bhaskara mengangguk-angguk pelan. Namun wajahnya terlihat sedikit kecewa. "Padahal saya sudah menyiapkan nama untuk anak kita,"
"Astaga!" Alicia membelalakkan mata. "Kenapa kamu sudah berpikir sejauh itu, sih? Kamu kan bisa nanya ke saya dulu, Jagi."
"Saya nggak mau bikin kamu kepikiran," jawab Bhaskara serius. "Persoalan seperti ini sangat sensitif untuk dibahas, apalagi untuk wanita. Saya nggak ingin kamu jadi stres atau panik,"
Alicia terdiam, merasa ucapan Bhaskara ada benarnya. Namun, kesalahpahaman ini tetap saja membuatnya geleng-geleng kepala. "Ya iya sih, tapi kan jadi salah paham begini..."
Alicia tiba-tiba tersadar akan sesuatu. Matanya membulat, menatap Bhaskara dengan penuh kecurigaan. "Tunggu. Jangan-jangan alasan fasilitas di ruangan sekretaris diganti itu ada hubungannya dengan ini?"
Bhaskara terdiam. Wajahnya terlihat ragu untuk menjawab, tapi tatapan Alicia terlihat menuntut. Akhirnya, Bhaskara mengangguk pelan. "Iya."
"Astaga!" Alicia mendesis. "Kamu bilang kemarin nggak ada hubungannya sama saya!"
"Saya hanya khawatir, Alicia," Bhaskara berusaha menjelaskan. "Saya pikir ini adalah kehamilan pertama kamu. Jadi, saya ingin memastikan semuanya aman. Saya ingin anak kita...atau, ya, anak yang saya kira ada itu terlindungi."
"Ya Tuhanku..." Alicia memijat dahinya. "Kamu tuh ya, bener-bener..."
Bhaskara tersenyum, lalu menggenggam kedua tangan Alicia. Ia menatap wanitanya lembut. "Tapi sekarang saya lega, karena semuanya sudah jelas. Walaupun sebenarnya saya lebih suka kalau kamu hamil, tapi melihat kamu sehat-sehat saja seperti sekarang sudah membuat saya sangat senang."
Alicia tertegun. Dalam hati, ia merasa tersentuh. Ah, pria ini benar-benar tahu caranya meluluhkan hati, sekarang kan dirinya jadi tidak bisa marah.
Sementara itu, Karin yang terbaring di ranjang pasien hanya bisa memutar bola matanya, merasa dirinya benar-benar dianggap tidak ada. "Yaelah, jadi obat nyamuk deh gue," celetuknya.
Celetukan Karin sama sekali tidak mempengaruhi kedua sejoli itu. Bhaskara kini menyentuh kedua pipi Alicia, tatapannya berubah menjadi genit. "Karena saya sudah di sini, gimana kalau kita pergi kencan setelah ini?"
Alicia melirik ke arah Karin dengan ragu. "Terus, Karin gimana?"
"Dia kan masih sakit. Biarkan dia istirahat di sini dulu," jawab Bhaskara santai, sama sekali tak merasa bersalah.
Karin mendengus. "Iya, udah sana pergi! Anggap aja gue nggak ada!" serunya sambil menarik selimut menutupi wajahnya. "Gini amat nasib jomblo ngenes!"
kebelet baget pengen jadi bapak. kalau tau Alice gk hamil gymana reaksinya bhas ya/Facepalm//Facepalm/.
ini nih malu bertanya salah paham jadinya/Grin/