Pada tahun 2050, bumi dilanda kekeringan dan suhu ekstrem. Keitaro, pemuda 21 tahun, bertahan hidup di Tokyo dengan benteng pertahanan anti-radiasi. Namun, tunangannya, Mitsuri, mengkhianatinya dengan bantuan Nanami, kekasih barunya, serta anak buahnya yang bersenjata. Keitaro dibunuh setelah menyaksikan teman-temannya dieksekusi. Sebelum mati, ia bersumpah membalas dendam.
Genre
Fiksi Ilmiah, Thriller, Drama
Tema
1. Pengkhianatan dan dendam.
2. Kekuatan cinta dan kehilangan.
3. Bertahan hidup di tengah kiamat.
4. Kegagalan moral dan keegoisan.
Tokoh karakter
1. Keitaro: Pemuda 21 tahun yang bertahan
hidup di Tokyo.
2. Mitsuri: Tunangan Keitaro yang mengkhianatinya.
3. Nanami: Kekasih Mitsuri yang licik dan kejam.
4. teman temannya keitaro yang akan
muncul seiring berjalannya cerita
Gaya Penulisan
1. Cerita futuristik dengan latar belakang kiamat.
2. Konflik emosional intens.
3. Pengembangan karakter kompleks.
4. Aksi dan kejutan yang menegangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifky Aditia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24: KEMBALI KEBENTENG
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka tiba di benteng. Mobil-mobil baru yang mereka bawa diparkirkan didepan gerbang utama, menciptakan suasana baru yang penuh semangat. Ketika mereka melangkah masuk, rasa bahagia terpancar di wajah setiap anggota tim karena telah kembali.
Keitaro, tanpa membuang waktu, membuka toko sistem dan menghabiskan semua koin sistemnya untuk membeli berbagai macam makanan untuk merayakan lengkapnya tim serta Ayane, Reina, dan beruang yang baik-baik saja setelah kejadian di hutan. Makanan-makanan lezat itu muncul tiba-tiba di depan mereka, mengejutkan Reina dan Shoji yang masih belum terbiasa dengan kemampuan sistem Keitaro.
Perayaan pun dimulai. Semua anggota tim Keitaro, Kenta, Ayane, Reina, Shoji, dan bahkan beruang, berkumpul menikmati makanan yang melimpah. Shoji, yang sebelumnya tampak canggung, kini mulai merasa nyaman dan percaya kepada kelompok itu. Namun, di tengah kegembiraan itu, beruang Keitaro masih terlihat lesu. Matanya mencerminkan rasa bersalah yang belum hilang.
Keitaro, yang memperhatikan hal itu, mendekati beruangnya. Ia menepuk kepala beruang dengan lembut dan berkata, "Kau sudah berusaha keras. Dan ingat, kau bukan hanya penjaga. Kau adalah bagian dari tim ini. Kami semua menyayangimu sudah seperti keluarga."
Beruang itu tampak sedikit terkejut, tetapi kemudian matanya bersinar penuh emosi. Ia menggeram pelan, tanda bahwa ia merasa lega dan diterima. Perlahan, ia mulai memakan makanannya dan ikut dalam suasana perayaan. Melihat itu, Keitaro tersenyum lega.
Perayaan berlangsung meriah. Ayane dan Reina tampak bercanda di sudut ruangan, Shoji menceritakan pengalaman-pengalamannya, dan Kenta tidak berhenti makan. Keitaro duduk di tengah, menikmati pemandangan rekan-rekannya yang tersenyum bahagia.
Setelah acara selesai, Keitaro berdiri di tengah ruangan dan menarik perhatian semua orang. "karena semua orang sudah berkumpul disini, Aku ingin menunjukkan sesuatu yang mungkin sedikit tidak masuk akal," katanya.
"Apa itu?" tanya Reina dengan penasaran.
Keitaro hanya tersenyum tipis. "Sesuatu yang baru aku dapatkan dari sistem."
Dia memimpin mereka semua keluar benteng, menuju lapangan terbuka di dekat benteng. Ayane, Reina, Shoji, dan Kenta mengikutinya dengan rasa ingin tahu, sementara beruang berjalan perlahan di belakang mereka.
Keitaro berhenti, mengangkat tangannya ke depan, dan mengambil napas dalam-dalam. "Ini dia," katanya dengan tenang. Dalam sekejap, dari tangannya, muncul bongkahan es besar yang menyebar hingga sepanjang 20 meter di depan mereka.
Semua orang terdiam. Ayane menutup mulutnya, Reina mematung, Shoji mundur setengah langkah, dan Kenta hanya bisa melongo.
"Ini... sihir es?" gumam Reina. "Itu hanya ada di film!"
Shoji mengangguk setuju, sementara Ayane tampak tidak percaya. Namun, Kenta, meski terkejut, perlahan berkata, "Aku tahu kau berbeda, Keitaro, tapi ini... luar biasa."
Beruang Keitaro, yang sebelumnya merasa bersalah, sekarang terlihat sangat gembira. Ia mendekati lapisan es itu dan mulai menjilat permukaannya dengan antusias, membuat yang lain tertawa kecil.
Keitaro menurunkan tangannya dan tersenyum. "Dengan kemampuan ini, hidup di tengah-tengah kiamat panas tidak akan menakutkan."
Rekan-rekannya memandang Keitaro dengan rasa kagum yang mendalam. Melihat kemampuan luar biasa itu, mereka semakin yakin bahwa tempat teraman adalah di sisi Keitaro.
Dalam hati mereka, mereka bersumpah untuk mempercayai Keitaro sepenuhnya, tidak peduli apa yang akan terjadi di masa depan. Bersama-sama, mereka adalah tim yang tak terkalahkan.
Tiba tiba sebuah notifikasi muncul di depan matanya. Tulisan holografis dari sistem terlihat jelas:
"Misi Utama Baru: Perkuat Keamanan Benteng."
Keitaro tersenyum tipis. Ia merasa sistem ini benar-benar memahami apa yang dibutuhkan saat ini.
Keitaro memutar tubuhnya dan menatap mereka. "Sistem memberiku misi baru," katanya sambil menunjuk ke arah benteng. "Kita harus memperkuat keamanan benteng ini. Mulai besok, kita akan bekerja keras untuk memastikan tempat ini benar-benar aman dari segala ancaman."
Mendengar itu, Ayane, Reina, Shoji, dan Kenta langsung terlihat bersemangat. Mereka menyadari pentingnya benteng ini, terutama setelah apa yang baru saja terjadi.
"Aku setuju," kata Shoji sambil melipat tangannya. "Tempat ini memang sudah terlihat aman, namun tidak ada perlindungan seperti dinding yang mengelilingi benteng atau ladang ranjau agar mencegah penyusup."
"Benar!" seru Kenta. "Aku juga akan membantu sekuat tenaga!"
Ayane dan Reina mengangguk, mendukung penuh keputusan Keitaro. Bahkan beruang, yang masih menjilat bongkahan es di tanah, terlihat menggeram pelan, seolah mengerti apa yang sedang dibicarakan.
Tawa kecil meledak di antara mereka saat melihat beruang itu dengan santainya tetap menjilat es, tidak peduli situasi di sekitarnya.
"Baiklah, cukup untuk malam ini," kata Keitaro sambil menepuk tangannya untuk menarik perhatian mereka. "Sekarang, kalian semua harus istirahat. Besok pagi kita akan mulai memperkuat benteng ini."
"Siap, pemimpin!" jawab Reina dengan nada bercanda, membuat yang lain tertawa.
Mereka semua masuk kembali ke benteng dengan hati yang tenang dan semangat yang baru. Sementara itu, Keitaro berdiri sejenak di pintu masuk, memandang ke arah bintang-bintang di langit. Dalam hati, ia berterima kasih kepada sistem karena memberinya misi yang tepat pada waktunya.
"Aku akan melindungi kalian," gumamnya pelan sambil menatap rekan rekannya yang berjalan masuk kebenteng. "Aku tidak akan gagal lagi."
Dengan senyuman di wajahnya, Keitaro menyusul masuk ke benteng, meninggalkan malam yang sunyi dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya.