Benar kata peribahasa.
Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah. Itu lah yang terjadi pada Bu Arum, Ibu dari tiga orang anak. Setelah kematian suami, ketiga anaknya malah tidak ada yang bersedia membawa Bu Arum untuk tinggal bersama mereka padahal kehidupan ketiganya lebih dari mampu untuk merawat Ibu mereka.
Sampai akhirnya Bu Arum dipertemukan kembali dengan pria di masa lalu, di masa-masa remaja dulu. Cinta bersemi meski di usia lanjut, apa Bu Arum akan menikah kembali di usianya yang sudah tak lagi muda saat ia begitu dicintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Harus Kabur.
Indonesia.
Yasmin terbengong sepanjang hari, dia bahkan tak bisa melakukan apapun dan hanya duduk di depan cermin meja rias. Bahkan untuk menyiapkan makan malam untuk suaminya, dia tak sudi.
"Mah..." setelah mengantar istri sirinya pulang ke rumah pemberian darinya, Halim kembali ke rumah yang ia tempati bersama Yasmin.
Tangan Halim sudah terangkat, lelaki itu ingin mengelus wajah Yasmin.
"Jangan sentuh aku! Aku jijikk padamu Bang!"
Halim mengurungkan niatnya, ia mengacak rambutnya kasar. "Aku tak sengaja, Mah! Saat itu dia adalah pegawai yang ditunjuk perusahan yang bekerjasama dengan ku, setelah kami selesai meeting dan untuk merayakan kerjasama semua orang yang ikut pertemuan menginginkan hiburan. Kami pergi ke club dan aku tak sengaja minum banyak lalu... semuanya terjadi begitu saja! Satu bulan kemudian, dia meminta tanggung jawab ku atau aku akan dituntut penjara. Dia menginginkan pernikahan, dan aku terpaksa menikahinya. Sumpah, aku tak sengaja mengkhianati mu!"
Yasmin mendengus, semua alasan suami berkhianat akan sama saja. Khilaf atau tak sengaja namun pada akhirnya menikmatinya. Apa yang membuat Yasmin sakit hati? Istri siri Halim bahkan dengan kurang ajjaar mengirim video panas mereka di atas ranjang padanya. Sungguh menjijikkan!
"Mah, aku berjanji akan menceraikan Sintia setelah anakku darinya lahir. Anakku laki-laki, kamu pasti akan menyukainya dan akan menyayangi bayi itu... layaknya sayangmu pada putri kita."
Prankkk
Yasmin mendorong seluruh peralatan make up di meja riasnya, ia lalu bangun dari kursi.
"Kau benar-benar pria nggak tahu diri! Kau pikir aku sudi merawat anakmu dari wanita lain! Hah?! Otakmu sepertinya tertinggal di rumah wanita jalaaangg itu...! Seenak jidatmu, kau bicara seakan-akan aku adalah seorang peri yang akan menerima dengan terbuka anakmu dengan wanita murahan itu...!!!"
"Yasmin..." Halim bahkan tak bisa berkata-kata, selama ini Yasmin selalu menuruti apapun keinginannya. Ia pikir Yasmin juga akan menerima anaknya dengan Sintia.
"Bawa semua pakaian dan barang-barangmu, Banjingaaan! Tunggu lah surat cerai dariku...! Aku tak sudi harus hidup satu rumah dengan lelaki bejaat sepertimu!"
"Aku bilang aku nggak sengaja mengkhianati kamu, Yasmin! Kenapa kamu keras kepala banget!? Aku akan ceraikan dia setelah anakku lahir! Sekarang... dia sangat butuh aku! Kau juga pernah hamil, kau pasti tahu perasaan Sintia saat akan melahirkan dia membutuhkan seseorang di sampingnya! Aku begini bukan karena aku cinta Sintia... tapi karena rasa tanggung jawabku! Aku seorang lelaki sejati, harus berani bertanggung jawab...!"
"Makan tuh tanggung jawab! Dengan kau bertanggung jawab pada wanita lain tapi kau menyakiti hatiku... itu sama artinya kau menusukkkan b e s i panas padaku dan memberikan kesejukan pada wanita lain...! Pergi dari rumah ini! Kita beli rumah ini dengan sertifikat atas namaku! Aku berhak menyuruh mu pergi dari sini! Lagian... wanita selingkuhan mu itu bilang padaku, kau berikan dia rumah mewah! Pantas saja perusahaan mu merugi... pasti banyak tuntutan dari wanita itu!"
"Kamu harus ngertiin aku, Yasmin! Kalau aku nggak menuruti semua kemauannya... dia akan memasukkanku ke penjara!"
"Harusnya kau masuk penjara saja! Kau harusnya nggak terjebak... kau bukan meniduri a-naak dibawah umur! Kau dan wanita itu sama-sama sudah dewasa! Kalian melakukan nya sama-sama mau...! Jangan bodoh! Penjara hanya dijadikan alasan oleh wanita itu agar kau mau menikahinya! Dia bahkan berani datang kesini dan membeberkan hubungan kalian! Kau tahu, kenapa? Karena dia serakah, dia ingin kau hanya jadi miliknya...! Dia ingin kita berpisah dan dia akan jadi satu-satunya istrimu! Sekarang, bilang padanya... dia berhasil! Kita akan segera bercerai dan dia bisa sepuasnya menjadi satu-satunya istrimu!"
"Enggak! Aku nggak akan pernah bercerai darimu! Aku nggak salah... karena menikah lagi dihalalkan dalam agama! Aku akan mempersulit proses perceraian kita!!!"
Halim pergi dengan murka, dia bahkan mengabaikan putrinya yang terus memanggil namanya.
"Papa! Papa!" gadis berusia 5 tahun itu mengejar sang Ayah sampai ke teras rumah, namun Halim masuk ke dalam mobil dan pergi begitu saja.
"Lihatlah! Sekarang saja, dia sudah mengabaikan putrinya sendiri! Apalagi nanti setelah anaknya dari wanita itu lahir! Ck...! Aku harus mulai mencari pekerjaan lagi seperti dulu sebelum menikah dengan nya!"
Daripada memikirkan ancaman Halim yang katanya akan mempersulit perceraian, Yasmin pikir lebih baik dia mulai mencari pekerjaan demi ke depannya setelah dia resmi bercerai.
Ddrrtttt.
Panggilan dari Ahmad masuk, Yasmin langsung mengangkatnya mungkin saja adiknya itu mengabari tentang ibunya.
"Ya, Dek? Gimana? Ibu udah ketemu?"
📞"Alhamdulillah udah, Teh. Mau ngomong sama Ibu, nggak? Ponsel Ibu sama dompet Ibu kecopetan pas di stasiun kereta. Ibu belum beli ponsel lagi, jadi nggak bisa telepon Teteh kata Ibu. Oh ya, Teh. Ada kabar bahagia... ada yang melamar Ibu dan Ibu setuju menikah."
"Ya Allah, Dek. Teteh ikut seneng, Alhamdulillah. Em, Teteh belum berani bicara sama ibu dek. Teteh merasa malu... nanti aja teleponnya ya. Bilangin Teteh sayang Ibu, semoga ibu sehat. Udah dulu ya, Dek."
Panggilan pun Yasmin matikan, seketika ia menangis ingin sekali menumpahkan seluruh kesedihan nya pada sang Ibu seperti dulu saat ia belum menikah.
"Ibu... Ibu... hiksss..."
.
.
.
Singapura.
Keadaan Shanum baru saja melewati kritis, dia sudah dipindahkan ke ruang rawat. Tak lama, Shanum membuka matanya.
"Anakku..."
Doni yang sedang serius bicara dengan seseorang langsung mendekati ranjang rawat dan memeluk istrinya, "Sayang! Kamu udah sadar! Syukurlah kamu selamat! Aku nggak bisa hidup tanpa kamu!"
Pria itu menangis seperti anak kecil, bahkan enggan melepaskan pelukannya dari Shanum.
"Mas..."
"Iya, sayang. Sekarang anak haram itu sudah pergi! Nggak ada lagi penghalang diantara kita! Aku sudah memaafkan pengkhianatan mu padaku, kita akan menjalani pernikahan ini dan memulainya dari awal lagi. Aku mencintaimu, sayang."
Doni menciumi wajah Shanum, seakan-akan laki-laki itu tak sanggup hidup tanpa istrinya namun dia sendiri yang selalu memberikan kesakitan pada Shanum.
Kamu gila, Mas! Aku harus kabur dari kamu! Aku nggak mau terus-terusan bersabar dengan kegilaan mu! Tapi... kenapa aku bisa hamil? Sebenarnya ada rahasia apa di keluarga Mas Doni?!