Caca, seorang mahasiswa Indonesia yang mendapat beasiswa di London, terpaksa bekerja sebagai pengasuh anak CEO kaya, Logan Pattinson, untuk mencukupi biaya hidup yang mahal. Seiring waktu, kedekatannya dengan Logan dan anaknya, Ray, membawa Caca ke pusat perhatian publik lewat TikTok. Namun, kisah cinta mereka terancam oleh gosip, kecemburuan, dan manipulasi dari wanita yang ingin merebut Logan. Ketika dunia mereka dihancurkan oleh rumor, Caca dan Logan harus bertahan bersama, menavigasi cinta dan tantangan hidup yang tak terduga. Apakah cinta mereka cukup kuat untuk mengalahkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makam
...Jangan lupa klik like dan komentar ya teman-teman! Mohon dukungannya untuk cerita ini! Terimakasih banyak semua! ❤️❤️...
...****************...
Hari ini adalah hari yang berat bagi Logan Pattinson. Tepat dua tahun sejak kepergian Diana Grace Pattinson, istri yang dicintainya sekaligus ibu dari putranya, Ray. Nyonya Pattinson, yang biasanya menemani Logan dan Ray untuk kunjungan ini, sedang berada di Jerman untuk urusan perusahaan. Dengan demikian, Logan hanya ditemani oleh Ray dan Caca, pengasuh Ray, dalam perjalanan emosional ini.
Di kamar Ray, Caca tengah menyelesaikan persiapan untuk bocah tiga tahun itu. Ray mengenakan setelan hitam kecil, lengkap dengan dasi mini yang membuatnya tampak seperti versi mungil dari Logan.
“Kau sangat tampan, Ray!” Caca tersenyum, menahan rasa haru saat memotret wajah polos bocah itu yang tampak penuh rasa ingin tahu. Namun, ia tahu bahwa ini bukan perjalanan biasa untuk Ray, meskipun anak itu mungkin belum sepenuhnya memahami kesedihan di baliknya.
"Sudah siap?" suara berat Logan terdengar dari pintu kamar, membuat Caca menoleh.
“Ya, sudah, Tuan Logan,” jawab Caca lembut. Namun, tatapannya tertahan sejenak pada sosok Logan. Pria itu tampak berbeda hari ini. Pakaian hitam elegannya memang rapi seperti biasanya, tetapi mata biru yang biasanya penuh wibawa kini memerah dan sedikit bengkak. Ada kesedihan yang begitu mendalam di wajahnya, membungkus aura biasanya yang kokoh dengan kelembutan yang rapuh.
Tanpa berkata banyak, Logan membalikkan badan dan berjalan menuju pintu utama. Caca memahami diamnya. Kehilangan seseorang yang dicintai adalah luka yang tak pernah benar-benar sembuh. Bahkan setelah dua tahun, rasa itu tak akan pernah berkurang; justru semakin menusuk seiring waktu.
Caca menggendong Ray dan melangkah ke luar mansion, di mana mobil hitam Logan sudah terparkir. Ia memastikan Ray duduk aman di kursi belakang sebelum menyadari bahwa ia akan duduk di kursi depan, di sebelah Logan. Jantungnya tiba-tiba berdegup cepat. Ia berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Bagaimana bisa aku berpikir seperti ini? batinnya memarahi diri sendiri. Ini perjalanan ke makam istrinya, bukan saatnya untuk pikiran yang tidak pantas seperti itu.
Caca membuka pintu depan dan duduk. Tangannya gemetar saat mencoba memasang sabuk pengaman, tetapi kegugupan membuatnya kesulitan. Tanpa berkata apa-apa, Logan mencondongkan tubuh dan membantu memasang sabuk itu.
Dalam jarak sedekat itu, Caca bisa merasakan napas Logan. Matanya bertemu dengan mata Logan, dan ia melihat kedalaman luka di sana. Mata biru itu, meski suram, tetap memancarkan ketampanan yang membuat dada Caca terasa sesak. Ia harus memalingkan wajah sebelum pikirannya kembali melayang ke arah yang tidak seharusnya.
“Sudah siap?” suara Logan terdengar dalam dan datar.
Caca mengangguk tanpa suara. Ia tahu perjalanan menuju Surrey akan panjang—sekitar satu hingga satu setengah jam—dan ia sudah membayangkan keheningan yang canggung akan menyelimuti mereka.
Mobil mulai bergerak, meninggalkan kawasan elite Kensington Palace Gardens. Caca menatap keluar jendela, berusaha mengalihkan pikirannya. Pemandangan rumah-rumah mewah bergaya Victoria dan Edwardian yang berjajar rapi di sepanjang jalan tampak seperti lukisan.
Saat mobil melewati Hyde Park, ia melihat pepohonan yang yang telah menggugurkan daunnya dan tampak bersiap untuk musim dingin memberikan Pemandangan taman yang damai ini terasa kontras dengan suasana hatinya yang penuh gejolak.
Ketika mobil keluar dari kota dan memasuki kawasan pinggiran, pemandangan berubah. Rumah-rumah bata merah dengan atap miring dan gereja-gereja kecil dengan menara lonceng muncul di sisi jalan. Pepohonan besar yang membentang di sepanjang jalan menciptakan suasana tenang yang menenangkan hati.
Semakin jauh mereka meninggalkan London, pedesaan khas Inggris mulai menyapa. Ladang hijau luas dengan pagar kayu rendah dan domba-domba yang merumput menjadi pemandangan umum. Sungai kecil berkelok di kejauhan, airnya berkilauan terkena sinar matahari sore.
Namun, Caca hampir tak bisa menikmati keindahan itu. Keheningan di dalam mobil terasa menekan. Logan tenggelam dalam pikirannya sendiri, sedangkan Ray di kursi belakang tampak asyik memandang keluar jendela, menyerap dunia yang sedang dilaluinya.
"Selama di Inggris, apakah kamu pernah berkunjung ke daerah lain?" tanya Logan, memecah keheningan panjang antara mereka.
Caca terkejut mendengar suara Logan karena ia begitu fokus menikmati pemandangan di luar. Ia hampir tak bisa tidur karena terus-menerus mengagumi perjalanan mereka.
"Yah... ini pertama kalinya aku melakukan perjalanan jauh di sini. Selama ini, aku sibuk dengan kuliah dan memastikan semuanya berjalan lancar," jawab Caca sambil tersenyum, memandangi jalan di depan.
Logan tersenyum. Kali ini, senyumnya tampak lembut dan sedikit hangat. "Kuharap perjalanan ini menjadi yang pertama yang menyenangkan untukmu. Setelah dari sini, mungkin aku bisa mengajakmu berkeliling."
Mendengar itu, semangat Caca mulai meningkat. Meskipun perjalanan ini menuju duka, ada sedikit kebahagiaan yang bisa dia rasakan. Padahal, perjalanan dari Kensington ke Surrey saja sudah terasa seperti anugerah. Caca tak henti-hentinya bersyukur.
"Terima kasih banyak, Tuan Logan," ucapnya dengan tulus.
Ketika mereka mendekati Surrey, suasana semakin sunyi. Jalan kecil yang diapit pagar tanaman dan pepohonan tua membawa mereka ke desa-desa kecil dengan rumah bergaya Tudor. Aroma rumput basah dan tanah yang dingin mengisi udara, memberikan nuansa melankolis.
Caca tahu, tempat yang akan mereka tuju bukan hanya sekadar tanah pemakaman. Itu adalah tempat di mana cinta, kenangan, dan kehilangan berpadu. Dan di sanalah Logan akan kembali menghadapi kenyataan pahit akan kehilangan Diana.
Di kursi depan, Caca menarik napas panjang. Perjalanan ini bukan hanya tentang mengenang Diana bagi Logan, tetapi juga pembelajaran emosional bagi dirinya sendiri—sebuah perjalanan yang membuatnya lebih memahami makna cinta, kehilangan, dan keberanian untuk terus hidup.
-
Kapel keluarga Pattinson di Surrey berdiri dengan anggun di tengah hamparan hijau pedesaan Inggris. Suasananya sunyi, hanya ditemani suara angin yang berdesir lembut di antara pepohonan tua yang menjulang tinggi. Jalan setapak menuju makam Diana Grace Pattinson-Smith dipenuhi kerikil putih, melingkar dengan rapi di sekitar taman mawar yang dikelilingi pagar besi tempa hitam berukir pola klasik.
Makam Diana berada tepat di depan kapel kecil berbahan batu granit abu-abu yang dihiasi ukiran halus di dindingnya. Batu nisan Diana adalah marmer putih murni, berkilau saat sinar matahari menerpanya, dengan tulisan ukiran emas:
Diana Grace Pattinson-Smith
"Beloved Wife and Mother, Forever in Our Hearts"
(1992–2021)
Di atas nisan, terdapat ukiran malaikat bersayap yang sedang memegang bunga lili, simbol kesucian dan kedamaian. Sebuah pot bunga lili putih segar selalu diletakkan di sisi nisan, diganti setiap minggu oleh staf keluarga. Pohon ek tua berdiri tidak jauh dari sana, memberikan bayangan yang teduh di atas makam saat siang hari.
Caca duduk di bangku kayu ek yang kokoh, menghadap makam Diana, setelah meletakkan seikat bunga di atas batu nisan. Bunga itu mereka beli dari penduduk lokal sebelum memasuki kapela. Angin sejuk berhembus pelan, memberikan ketenangan yang sejenak mengusir kekhawatirannya. Dari tempatnya duduk, ia mengamati Logan yang kini sedang berdiri di depan makam, memeluk Ray dengan penuh kasih sayang. Matanya tertutup, dan sesekali terlihat gerakan tubuh Logan yang seperti meratap, seolah merasakan kembali kehilangan yang begitu dalam.
Caca berusaha untuk tidak mendengarkan apa pun yang diucapkan oleh Logan, memilih untuk menghormati privasi mereka. Ini adalah saat-saat pribadi bagi Logan, dan meskipun ia berada di sana untuk mendukungnya, Caca tahu bahwa keluarga Pattinson memerlukan waktu untuk mengenang Diana dengan tenang.
Ada kehangatan yang muncul di dada Caca, melihat gambaran cinta dan kehilangan yang tak terucapkan antara seorang ayah dan anak. Caca tidak bisa membayangkan betapa perihnya perasaan Logan saat kehilangan istrinya, Diana. Ia tak sanggup membayangkan bagaimana rasanya hidup dengan kehilangan yang begitu besar. Dalam hati, perasaan bersalah kembali menghantui Caca. Mengapa ia harus memikirkan perasaannya sendiri—perasaan yang tak seharusnya muncul—di tempat yang penuh dengan kenangan dan duka seperti ini?
Namun, saat Logan selesai dengan urusannya, ia berbalik dan memanggil Caca dengan suara serak. Wajahnya bengkak, matanya merah dan basah. Raut wajahnya yang suram semakin dipahami oleh Caca, kini ia mengerti. Kesedihan yang tersisa di wajah Logan, yang sebelumnya sulit dipahami, kini tampak jelas. Itu adalah kesedihan yang berakar pada kehilangan, pada kenangan yang tak dapat kembali. Sebuah pengertian tumbuh dalam hati Caca, seolah ia telah menerima kenyataan yang ada: Logan masih berduka, dan ia merasa terhubung dengan kesedihan itu, meski hanya dalam kapasitas sebagai orang luar.
Mereka kembali menaburkan bunga yang diberikan oleh Sarah—pelayan rumah mereka—sebuah simbol dari penghormatan yang mendalam pada Diana. Logan memberi isyarat agar Caca memeluk Ray, yang tampak ceria dan penuh energi meskipun di tengah suasana yang penuh emosi ini.
Ray berlarian dengan gembira, mencoba kabur dari tangan ayahnya untuk bermain-main di sekitar pekuburan. Namun, Logan dengan lembut dan tegas menahannya agar tetap berada di dekatnya, menjaga agar anaknya tidak terlalu jauh.
"Ayo, kita keliling Surrey," ajak Logan, kali ini dengan senyum yang mulai merekah di wajahnya yang tampak suram. Senyum itu, meskipun tampak kecil, cukup untuk memberi sedikit kelegaan bagi Caca. Ia tidak lagi melihat Logan yang begitu terperangkap dalam kesedihan, melainkan seorang ayah yang berusaha untuk membawa keluarganya bergerak maju.
Caca tersenyum, merasakan semangat Logan yang kembali muncul. Ia memeluk Ray lebih erat, mengisyaratkan bahwa ia siap untuk melanjutkan petualangan mereka hari ini. Sebuah perjalanan yang lebih dari sekadar berkeliling Surrey; ini adalah kesempatan untuk merayakan hidup dan kembali menikmati kebersamaan meskipun kenangan dan kesedihan masih terasa. Petualangan kecil mereka ini menjadi sebuah cara untuk membangun kembali sedikit kebahagiaan setelah berhari-hari diliputi duka.
oh ya cerita ini menurut aku sangat menarik. apalagi judul nya jangan. lupa dukung aku di karya ku judul nya istri kecil tuan mafia