NovelToon NovelToon
Adik Angkat Tersayang

Adik Angkat Tersayang

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cinta Terlarang / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / EXO / Trauma masa lalu
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chinchillasaurus27

Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .

Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.

Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Damai

Gue langsung meraih tubuh Gaby lalu memeluknya kembali.

"Uhukkk... uhukkk... uhukk.." Gaby masih terbatuk-batuk dan mencoba meraup oksigen banyak-banyak.

Gue memijat dadanya pelan, membantu agar paru-parunya dapat bekerja kembali dengan semestinya.

"Chan, ayo bawa Gaby ke rumah sakit aja." ucap Ken sembari melihat kondisi Gaby yang masih berada di pelukan gue.

"Aku gak mau ke rumah sakit." lirih Gaby.

"Baiklah, kita di rumah aja dek." ucap gue kemudian menggendongnya masuk ke dalam kamar.

Gaby sekarang udah gue baringkan di ranjang gue. Biarkan dia beristirahat dahulu.

"Sean..." panggil gue dari ambang pintu.

Sean yang sedang duduk bersandar di tembok menoleh ke arah gue. Dia terlihat kacau.

Gue menghampirinya, gue lalu duduk di sebelahnya.

"Pulang." suruh gue. Namun tidak ada jawaban dari mulutnya.

"Udah lo jangan nangis, Gaby gak papa. Lo pulang ya, udah sore nih."

Sean masih menangis sejak kejadian tadi. Dia berlarut-larut dalam kesedihan. Mungkin dia begitu ketakutan. Gue memakluminya karena dia masih terlalu muda, dia belum dewasa.

Gue menepuk-nepuk pundak dia supaya berhenti menangis.

Setelah membujuknya setengah jam, akhirnya Sean-pun mau pulang.

Sekarang giliran laki-laki yang berada di balkon.

Itu Ken.

Gue sebenernya masih sangat benci sama dia. Gue gak suka dengan kehadirannya disini.

"Pulang..." suruh gue padanya.

"Gak, gue mau jagain adek gue juga." ucapnya.

"Gak perlu, udah lo pulang aja sana ke rumah lo, gue bisa jagain dia sendiri."

Ken malah menyeringai. "Yakin lo? Gausah sok bisa jagain Gaby kalo nyatanya lo gak bisa sama sekali."

Ini anak bener-bener ngajakin gue ribut.

Gue langsung menarik kerah bajunya. "Maksud lo apa ha? Belum cukup gue gebukin lo kemarin?? Mau lagi iya??"

Pyarrrrrr...

"Gaby!"

Gue langsung berlari kearah kamar. Disusul dengan Ken juga.

"Yahh... pecah." ucap Gaby yang masih berbaring di ranjangnya.

Gue menghampirinya, melewati pecahan-pecahan gelas yang berhamburan di lantai. "Kamu haus ya? Kenapa gak manggil kakak sih?"

"Aku udah panggil, tapi gak ada yang nyaut."

"Maaf ya, bentar kakak ambilin yang baru."

"Gua aja!" ucap Ken dari ambang pintu.

Kini Ken telah kembali dengan segelas air putih di tangannya. Dia memberikannya pada gue, gue lalu meminumkannya ke Gaby.

Ken berjongkok dan mulai memunguti pecahan beling di lantai.

"Ntar aja, biar gue sendiri yang bersihin." cegah gue, tapi Ken masih tetep lanjut. Yaudahlah terserah dia.

Selesai minum air putih gue lalu membaringkan tubuh Gaby kembali. Dia masih lemes banget dan sesekali masih terbatuk-batuk.

"Masih sesek ya?"

Gaby menggeleng.

"Apa dada kamu sakit?"

Gaby menggeleng lagi.

"Kalo ada yang sakit bilang ya?"

Gaby pun mengangguk.

Gue mencoba nyentuh kening dia, dan ternyata anget.

"Kok badan kamu anget? Kamu pusing ya?"

Gaby cuman diem sambil nunduk. Hingga akhirnya Ken lah yang nyaut.

"Lo gak tau ya adek lo itu sakit dari kemarin?"

Hah? Sa-sakit? Jadi Gaby sakit dari kemarin?

"Kakak macam apasih lo?"

"Udahlah kak Ken." ucap Gaby dengan suara paraunya.

Gue disini cuma bisa diem. Gue merasa sangat payah karena baru tahu mengenai kondisi Gaby sekarang.

Emang bener yang dibilang Ken, kakak macam apasih gue ini????

Tiba-tiba Gaby menyentuh tangan gue. Gue lantas melihatnya.

"Kak, maaf... Kemarin Gaby mau bilang tapi takut." lirih Deby sembari menggenggam tangan gue.

Seketika kedua bola mata gue panas.

"Oiya By, ini obatnya. Benerkan yang gue beli?" Ken menyerahkan sebuah kantong kresek ke Gaby.

"Iya, udah bener. Makasih ya."

Gue udah gak kuat lagi berada disitu. Gue akhirnya pergi keluar dan mencari tempat untuk menyendiri.

Perasaan gue sangat sakit setelah tau semuanya.

Sebuah pelukan tiba-tiba mendarat ke tubuh gue, disertai tepukan pelan di dada gue.

"Ken..." Air mata yang gue tahan sedari tadi akhirnya tumpah.

"Gak papa, nangis aja, Gaby gak akan liat. Tuntasin dulu tangis lo Chan."

Gue nangis kejer sekarang.

Ken dengan sabarnya nenangin gue, dan nungguin sampek semuanya reda.

Sekarang disinilah gue dan Ken, di balkon menikmati warna jingga keunguan di pergantian antara sore dan malam.

"Gue emang kakak yang gak becus ya Ken..."

"Enggak juga."

"Menurut lo Gaby itu untung apa sengsara punya kakak kayak gue?"

"Emmm... fifty-fifty."

Gue menghela napas panjang, sontak Ken langsung natap gue. "Jangan melas gitu ah, masa lakik gitu..."

Gue mencoba tersenyum, meski sebenarnya tidak ada hasrat sama sekali.

"Ken..."

"Apa?"

"Thank you ya udah mau jagain Gaby pas gue gak ada di samping dia. Oh iya btw sorry gue sering mandang lo sebelah mata tanpa tau apa yang sebenernya terjadi. I'am so sorry Ken..."

Ken langsung merangkul gue. "Udah, yang lalu biar berlalu Chan. Sekarang lo temuin Deby, dia pasti butuh lo. Dia pasti pengen lo ada disampingnya terus."

"Emm, gue keliatan abis nangis gak?"

Kai lalu natap wajah gue lekat-lekat. "Gak kok, udah sana buruan." suruhnya sambil dorong punggung gue.

"Iya iya sat."

Gue masuk kamar, menutup pintu dengan hati-hati. Gue gak mau ngebangunin Gaby. Memang ini masuk waktu adzan maghrib, gak baik tidur jam segini. Tapi Gaby masih kelelahan, jadi gue membiarkannya buat beristirahat aja dulu.

Gue berjongkok di hadapan Gaby. Memandangi wajahnya yang tengah tertidur. Wajah yang sangat nyaman dan tenang.

Gaby melenguh pelan. Gue coba mengelusnya, "Shh... Kakak disini ada apa?" tanya gue pelan.

Perlahan Gaby pun membuka matanya.

"Kak..."

"Hmmm..." Gue menggenggam erat tangannya.

"Kakak udah maafin kak Ken?"

Gue mengangguk.

"Kak Ken gak salah, yang salah kak Silvy."

"Iya dek, kakak udah tau, kakak udah ikhlasin semuanya. Kamu gak usah pikirin itu lagi ya, sekarang istirahat aja oke..."

Gaby perlahan mengangguk.

"By..."

"Iyah?"

"Mulai sekarang kalo ada apa-apa jujur ya ke kakak. Bilang ke kakak kalo kamu sakit, keluhin semua yang kamu rasain ke kakak. Semuanya..." ucap gue, menekankan pada kata 'semuanya'.

"Iya... Gaby minta maaf ya kemarin udah gak jujur sama kakak."

Gue mengangguk. "Kakak juga minta maaf ya, udah marah-marah dan bikin kamu takut."

Kita berdua akhirnya berdamai, saling mengakui kesalahan masing-masing dan meminta maaf.

Rasa mengganjal di hati kita telah hilang sekarang.

Gue kemudian naik ke atas ranjang. Gue ikut berbaring di sampingnya.

Gaby langsung menyambut gue dengan pelukannya. Dia mengeratkan tangannya ke tubuh gue. Gue bisa merasakan dengan jelas pergerakan di dadanya, gue merasakan napas dia.

Beberapa jam lalu gue pikir bakal kehilangan dia. Gue pikir bakal gak bisa ngelihat dia lagi. Gue gak bisa ngebayangin kalo hal itu benar-benar terjadi.

Gue pasti akan gila.

...***...

Ceklek

Bleng

Ceklek

Bleng

Ceklek...

"Apaan sih lo sat?" Gue omeli Ken yang berkali-kali buka tutup pintu. Ganggu Gaby yang tidur aja tau gak!

"Emm itu gu-gue udah masak makan malem."

Seketika gue langsung tercengang.

What? Makan malem? Seriusan si Ken bisa masak makan malem?

Hmmm... Masih aman kan kompor gue?

"Bangunin Gaby bentar, biar dia makan." ucap Ken.

Gue menoleh ke arah jam dinding sebentar. Udah isya', pantes aja Ken nyuruh kita makan malem.

"Iya, gue bangunin Gaby dulu." ucap gue kemudian balik lagi masuk ke kamar.

"Dek, bangun... Maem dulu yuk." Gue mengelus pipinya perlahan.

Astagfirullah, Gaby makin panas.

"Euuunggghh..." Gaby akhirnya membuka mata dan mulai bergerak ingin bangun.

Gue segera membantunya, mendudukkan tubuhnya bersandar pada bantal yang gue tumpuk.

"Makan dulu ya, abis itu minum obat."

"Langsung minum obat aja kak, aku lagi gak laper." ucapnya dengan suara yang semakin kesini semakin parau.

Apa? Langsung minum obat aja katanya?

Hmm... Si Gaby kayaknya kehilangan selera makan deh.

"Gak boleh gitu, kalo mau minum obat perutnya harus keisi dulu. Makan ya, sama Ken udah dibuatin makan malem tuh."

Gaby hanya natap gue seperti orang gak ada semangat hidup.

"Aku ambilin dulu ya, makannya di kasur aja."

Gue lalu bergegas kebawah.

Alangkah kagetnya gue ketika sampai di meja makan.

"Ken?!" Gue memekik melihat buanyak banget makanan di atas meja makan.

Gilak, bener-bener kayak lagi ada acara hajatan.

"Sorry Chan, abis gue gak tau selera kalian tuh apa. Yaudah gue masak aja semua bahan yang ada dikulkas..."

Gue menghela napas panjang.

Okelah gak papa, kalo gak abis bisa dipanasin lagi nanti atau gak suruh ngabisin aja si Ken, dia kan rakus.

Oiya gue baru inget, astaga kayaknya kalo sekarang udah basi deh.

"Kai ambilin mie ayam yang ada di mobil gue sana. Kalo lo mau, makan aja."

Ken pun mengangguk.

"Taadaaaaaa.... Liat yang kakak bawa! Nasi goreng spesial buatan chef item!"

Gaby hanya terdiam. Ekspresinya tuh bener-bener gak ada semangat-semangatnya sama sekali. Lemes pol.

"Ada ayam gorengnya juga By, liat."

Gue mulai menyendok dengan suapan besar kearah mulutnya.

"Udah kakak cicipin tadi, alhamdulillah enak kok. Gak beracun juga. Yukk aaaakkk...."

Gaby mangap, makanan udah masuk ke mulutnya, kini dia mulai mengunyahnya.

Walaupun dengan malas ngunyahnya tapi gue salut, dia akhirnya abis satu piring penuh. Entahlah, mungkin Gaby nyoba ngehargain perjuangan Ken yang udah masak juga kali ya.

Ken tiba-tiba muncul dari pintu. "Tadaaaaaaa susunya udah jadi..."

"Dihh apaan sih, ngikut-ngikut." sinis gue.

"Ya maap." lirih Ken kemudian memberikan segelas susu itu ke gue.

Sebelum ngasih ke Gaby gue cobain dulu susunya, siapa tau yakan...

Ken langsung menatap sinis ke gue. "Suudzon kuburan lo nanti ambles."

"Antisipasi anjir!" seru gue, Ken lalu menjitak kepala gue.

Sontak Gaby langsung ketawa.

Yesss. Gaby udah ceria lagi. Alhamdulillah...

"Ken gue mau protes satu hal." ucap gue.

"Paan nyet?"

"Lo pernah buat susu gak sih? Anjir ini tuh kurang kentel. Pelit banget sih lo ngasih bubuknya."

Gue memberikan segelas susu ini ke Ken lagi, gue minta ditambahin lagi, kurang lebih satu sendok lagi lah bubuknya. Gilaa ini tuh encer banget, kek susu kucing tau gak.

Tiba-tiba...

"Eh eh kenapa By????" Gue auto kaget karena Gaby tiba-tiba menutup mulutnya dan dahinya berkerut.

"Dia mau muntah Chan!!!" pekik Ken.

Gue auto nyari-nyari tempat sampah ataupun wadah apapun yang bisa dijadiin tempat. Karena gak ketemu akhirnya gue menengadahkan tangan gue aja ke depan mulut Gaby.

"Ayo muntah aja gak papa."

Ken dan Gaby seketika natap gue dengan heran.

"A-aku ke kamar mandi aja...." ucapnya sambil berangkat sendiri ke kamar mandi.

~to be continue...

1
Yuningsih
lanjut thor
Jessie Heydens: asiappp! 🤗
total 1 replies
Yuningsih
Q bacanya nyicil Thor bagi bagi waktu😁
Yuningsih: sama sama Thor
Jessie Heydens: Ihh kak, makasih banyak lohh. Terharu aku jadinya. Pokoknya makasih banyak yaa🥺😭😭😭🙏
total 2 replies
Yuningsih
Q kasih iklan Thor biar semangat up lagi ☺️
Jessie Heydens: terimakasih banyak kakkk💕💕💕💕
total 1 replies
Yuningsih
is thebest
Yuningsih: sama-sama
Jessie Heydens: makasih kakk🥰🥺💕
total 2 replies
Yuningsih
mantul 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!