[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]
ON GOING!!!
Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini
Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa
Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu
Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 09
...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...
...•...
...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Antonious melihat keluar jendela ruangannya, disana ada anak-anak yang bersenda gurau di lapangan saat jam istirahat. Tapi mereka hanya berkelompok sesuai warna seragam mereka
Selama delapan tahun Antonious memimpin akademi ini, dia memiliki keinginan untuk menyatukan seluruhnya
"Mungkin ini tahun yang tepat."
Pria yang terlihat seperti santa itu berjalan ke arah rak bukunya dan meniup debu yang ada disana
"Hmm dimana ya?. Bukan, bukan, oh ini dia!" Antonious mengetuk satu buku dengan sampul tebal berwarna silver
Awalnya tidak terjadi apa-apa sampai dia harus mengetuk buku itu berulangkali dengan kesal, hingga akhirnya terdengar sesuatu yang terbuka
Meja yang berada di tengah-tengah ruangan turun ke dasar lantai dan terlihatlah sebuah anak tangga menuju ke bawah. Antonious mengambil tongkat panjangnya kemudian turun dengan sangat perlahan
Meja tadi kembali menutup tangga bersamaan dengan Casper yang datang membawakan sebuah surat
"Lho Master?. Dimana dia?. Ah jangan-jangan dia terkunci di toilet lagi?!" Casper terbang keluar dengan panik
Di bawah ruangan kepala sekolah itu ada ruangan lagi. Antonious menyalakan lentera dan juga lilin-lilin yang melayang di langit-langit ruangan dengan tongkatnya
"Aku sudah menunggu-nunggu waktu yang tepat. Dulunya kupikir Valent dan teman-temannya lah yang terpilih, rupanya tidak. Aku salah dan tak akan mengulanginya lagi."
Antonious mengetuk tongkatnya di lantai, seketika ruangan itu bercahaya. Kelima sisi dinding ruangan terbuka menampilkan sebuah patung disana
"Aku mengembalikannya padamu, Yang Mulia, karena orang yang kau pilih ... tidak cukup siap." Antonious berjalan ke patung yang berada di tengah
Sebuah patung tegar seorang pria dengan baju bangsawan dan sebilah pedang emas. Antonious memasang jari manis tangan kanan patung itu dengan sebuah cincin emas, Empyreal Circlet
Perhatiannya teralihkan pada patung di sebelah kanan. Patung pria yang memakai baju zirah dan juga sebilah pedang besi, auranya sangat luar biasa
"Aku meminta perizinan mu untuk meminjamnya, tuan Gallagher." Antonious membungkuk kemudian mencabut kalung yang terpasang pada patung itu
Pria itu berbalik kemudian kembali ke atas, tapi ruangannya itu telah dipenuhi oleh kabut hitam. Sontak dia meremat erat tongkatnya dengan tatapan waspada
'Tak mungkin secepat ini!'
"Khekhekhe, ya benar. Aku telah kembali. Kau sebaiknya memberitahu para muridmu, sebelum ku jadikan tumbal ritual. HAHAHA!"
Antonious menatap sekeliling waspada karena dia tak bisa melihat apa-apa selain kabut
"Beraninya kau muncul di akademi!. Apa kau tau siapa dirimu itu?!. Jangan lukai muridku!"
"Hmm, kau memang sangat menarik ya. Antonious."
Antonious langsung melayangkan tongkatnya kala mendengar bisikan. Hingga tiba-tiba sesuatu yang masih diselimuti kabut hitam itu melesat dari belakang
"Fulmen Minor!"
JDERR
"Argh!"
Antonious tertegun kala mantan muridnya itu atau yang sekarang menjadi para petinggi akademi berdiri di hadapannya dengan Molly sebagai pelaku yang menembakkan petir tadi
Asap mulai menghilang dan tersisa sebuah makhluk bayangan yang mencoba untuk berdiri
"Apa ini?. Kalian ... lebih kuat dariku?!. Tidak mungkin!"
"Kau kembali setelah seratus tahun, tapi itupun terlalu cepat kalau mau melawan akademi," ucap Valent dingin
"Argh!. Sialan!"
"Aegis Vitalis!" Molly melindungi semuanya dengan sihir perisai ketika makhluk bayangan itu menembakkan jarum-jarum hitam dan menghilang begitu saja
"Master!. Anda baik'saja?" ucap Paula, seorang guru wanita dari Ignis
"Ya, kalian datang di waktu yang tepat. Aku tak terluka lihat!. Hahaha!" Antonious malah tertawa melengking
"Dasar pak tua," komen Adrian. Valent hanya berwajah datar sementara yang lain ikut tertawa
"Yang tadi itu ... Morrathiel?" tebakan Ronald, guru dari asrama Alkemis, yang langsung dijawab dengan keheningan
Antonious berdehem mencoba mencairkan suasana, dia berjalan menuju meja kerjanya dan duduk. Semuanya saling tatap karena master mereka itu tak bicara apa-apa
"Adrian." Sang empunya nama terkejut dan langsung maju sambil menunjuk dirinya dengan wajah linglung
"Iya kau bodoh," sarkas Antonious. Yang lain hanya tersenyum dan Adrian hendak protes tapi masternya itu mengeluarkan sebuah kalung dengan pedang kecil sebagai liontinnya
"Ambil ini."
"Ini ... Oathshard Amulet?" Semuanya terdiam
"Ya. Berikan itu pada salah satu muridmu."
"Master ini terlalu cepat!" seru Valent
"Valent, sudah kubilang aku lebih berpengalaman kan?. Anak-anak itu sudah angkatan ketiga dan ditunggu hingga seratus tahun oleh para leluhur, kau tak bisa berpaling hanya dengan dalih bahwa mereka masih anak-anak. Bukannya kau lihat sendiri, bagaimana muridmu itu memperlihatkan jati diri Roylt di lapangan kemarin?"
Valent berdecak kesal dan mengalihkan pandangannya. Adrian kemudian menyimpan kalung itu dan menaruh tangan di dada kirinya
"Aku bersumpah akan menjaga benda ini dan melakukan seperti yang kau katakan master," kata Adrian
"Yah yah, lakukan saja seperti biasa." Adrian menatap kesal dan mengumpat dalam hati
"Master, boleh aku bicara?"
"Oh Molly?. Tentu saja boleh anakku."
Molly maju dan memikirkan hal yang akan ia katakan
"Jujur alasanku kembali ke akademi karena aku sudah dengar kalau para leluhur menginginkan penerus mereka menyelamatkan negri ini. Tapi seperti yang Valent katakan, anak-anak itu tak bersalah sehingga harus mendapat beban seberat itu."
Valent menengok. Semuanya mendengarkan
"Jadi apa yang ingin kau coba katakan anakku?" Molly mengulum bibirnya dan menghela nafas
"Tidak ada master. Aku hanya ingin semuanya berakhir dengan cepat dan Eldhora bisa mendapat kejayaannya." Antonious tersenyum dan mengangguk
"Kalian berlima telah mendapat amanah untuk menjadi pemimpin dari kelima asrama. Untuk itu dengarkan aku baik-baik anakku, masing-masing di asrama kalian adalah pilihan para leluhur. Kalian diwajibkan untuk membimbing dan mengarahkan mereka agar tak tersesat. Morrathiel bisa saja kembali dan melakukan apapun."
"Baik master!"
BRAKK
"MASTER MENGHILANG!"
Semuanya terkejut sampai Molly mengeluarkan tongkatnya kembali
"Casper, kenapa kau?" ucap Paula
Casper menganga setelah melihat Antonious duduk anteng di kursinya
"A-ah permisi!" Ruangan itu akhirnya dipenuhi gelak tawa kecuali Valent yang menatap malas mereka semua
...Ƹ̵̡Ӝ̵̨̄Ʒ...
"Ah apa ini?!. Sup rumput laut dan ekor udang?!. Gak ada makanan lebih mewah dan layak dari ini ya?!. Ugh ini alasanku tak mau keluar dari istana!"
Erynn menatap datar dua gadis di hadapannya yang terus mengomel tapi juga mengambil makanan tersebut
"Hey, kalau sudah selesai cepat minggir dong." Gadis itu hendak protes tapi tak berani setelah mendapat tatapan tajam Erynn dan akhirnya menyingkir
"Kau mau satu mangkuk penuh?" Erynn mengangguk
Bibi kantin itu mengisi mangkuk dengan sup rumput laut. Setelah mendapatkan makan siangnya, Erynn segera menuju meja dan makan
Dia melirik malas anak-anak seasramanya yang saling berbisik dan sesekali melirik ke mejanya. Memang sih, sejak dia yang dengan sukarela membantu salah satu anggota bangsawan pembuat onar membuat namanya tercoreng saat itu juga
"Hey!" seru Erynn tiba-tiba saat melihat Freya
"Kau mau aku duduk denganmu?"
"Yahh, aku juga tidak ada teman. Kenapa?. Ini bukan pertama kali kita makan satu meja kan?"
Freya akhirnya duduk dan mereka makan dalam keadaan canggung. Sebenarnya itu karena tidak ada kehadiran Esther dan mereka sadar akan hal itu
"Aku…" Keduanya bicara bersamaan dan terkejut, tapi sedetik kemudian mereka tertawa
"Haha aku sepertinya tau alasan Esther mau berteman denganmu. Kau itu … baik."
Freya tertegun dan tersenyum malu
"Oh apa ini?. Seorang putri ksatria berteman dengan penyihir aneh?. Pfftt lawak banget." Erynn menyadari wajah Freya yang tadinya senang menjadi sedih, dia segera berdiri untuk marah
Sebelum terdengar suara seseorang…
"Kepalamu gak cukup ku buat berdarah ya?. Alice Paramitha."
...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...