Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arthur dan Alea
Alea menatap keluar jendela dan menyandarkan kepalanya di jok mobil, tanpa sengaja dia melihat Arthur yang baru saja keluar dari coffe shop. "Laki-laki itu?!" Seketika Alea teringat akan surat dan cek yang di berikan pria asing itu kepadanya. "Aku ingat aku memiliki sejumlah uang dari laki-laki itu. Aku harus kabur dari sini, dengan uang itu aku yakin aku bisa bertahan hidup," batinnya.
Alea memegangi gagang pintu mobil dan perlahan membukanya lalu kemudian melompat dari mobil itu.
Bruag.
"Alea!!!" teriak Carlos. "Cepat kejar dia!" lanjutnya pada sopir pribadi.
"Akh," pekik Alea memegangi tangannya yang terasa sakit, dia segera bangkit lalu lari untuk menghindari kejaran sopir pribadi Carlos.
"Nona Alea, tunggu!" sopir itu berupaya untuk terus mengejarnya, namun karena usianya yang sudah renta membuatnya tidak bisa mengejar Alea yang larinya begitu cepat.
Arthur menyalakan mesin mobil lalu melajukan nya, tak sengaja dia pun melihat Alea yang sedang berlari dengan menjinjing sepatu high heels. Arthur mengurangi kecepatan mobilnya dan memperhatikan Alea dari kejauhan, namun dia tidak melihat sopir ayahnya karena sudah tertinggal jauh oleh perempuan lugu itu.
"Gadis itu! Sedang apa dia disini?" gumam Arthur yang enggan memalingkan penglihatannya. Saat sadar, dia hampir saja menabrak seorang pelintas jalan. Dengan cepat Arthur mengerem mobilnya.
Cekit.....
"Hampir saja." gumamnya, namun saat dia menoleh kearah tempat dimana tadi dia melihat Alea, ternyata Alea sudah tidak ada.
****
Carlos kembali ke mansion tanpa Alea, dia mengerahkan seluruh anak buahnya untuk mencari keberadaan Alea.
Semua penghuni mansion di buat tegang akibat ulah Alea yang melarikan diri, karena kalau Carlos marah seisi rumah yang akan menjadi sasarannya.
"Tuan Carlos coba minum ini, ini akan membantu Tuan sedikit rileks," ucap Stevani istri ketiganya.
Carlos meraih coklat panas yang ada di tangan istri ketiganya, namun kemudian membantingnya hingga tumpah dan cangkirnya pun pecah.
Seketika Stevani langsung menunduk tak berani menatap wajah murka suaminya.
Malam hari setelah melihat amarah Carlos sedikit mereda, Samantha pun memberanikan diri untuk berbicara dengannya.
"Tuan Carlos." Samantha mendekat kearah kursi goyang yang di duduki suaminya.
"Ada apa?" tanyanya yang sekilas menoleh lalu kemudian kembali menatap keluar jendela.
"Kenapa Tuan memblokir black card Arthur?"
"Bukankah kau sendiri yang mengatakan, jika kau menginginkan dia pulang."
"Tapi itu menyulitkannya, aku tidak ingin dia kesusahan."
"Aku sengaja! Dengan begitu dia pasti akan segera kembali, karena Arthur tidak akan sanggup untuk hidup di luaran."
Samantha tertegun, ucapan Carlos menurutnya ada benarnya juga, Tapi disisi lain Arthur pergi juga bukan karena tanpa alasan, dia benci ketika lagi-lagi ayahnya berbagi hati dengan wanita lain.
"Jangan khawatir, beberapa anak buah ku juga sudah aku tugaskan untuk mencari Arthur dan akan memaksa dia untuk pulang," pungkas Carlos.
*
Alea memesan kamar hotel. Setelah mendapatkan kunci hotel lantas dia segera berjalan dan masuk kedalam kamarnya. "Semoga anak buah tuan Carlos tidak akan menemukan ku," gumamnya. Alea merebahkan tubuhnya yang letih akibat habis kejar-kejaran bersama sopir pribadi Carlos.
Alea pun mengambil cek pemberian Arthur lalu tersenyum getir. "100 juta! heuh," desisnya. "Semua laki-laki kaya sama saja! Tidak tua, tidak muda, mereka hanya bisa menilai segala sesuatunya dengan uang," rutuk Alea. "Tapi aku sedang membutuhkan uang ini," lanjutnya. Dia pun membanting tubuhnya ke ranjang, baru saja dia ingin memejamkan mata tiba-tiba dari luar terdengar suara kegaduhan, dengan cepat dia kembali bangkit untuk mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.
Alea syok saat melihat keempat anak buah Carlos tampak sedang menyeret seorang pemuda, namun dia tidak dapat melihat dengan jelas wajah pemuda itu karena ia membelakanginya. Laki-laki itu terlihat berontak dan melawan, karena tak ingin ketahuan Alea kembali masuk kedalam kamar.
Alea merasa sangat gelisah, dia tidak bisa beristirahat dengan tenang karena bayang-bayang tuan Carlos dan anak buahnya terngiang-ngiang di kepala.
"Aku sudah tidak bisa berpikir jernih," gumam Alea sembari mengacak-acak rambutnya hingga berantakan. "Ibu! Kenapa tiba-tiba saja aku kepikiran dia? Walaupun aku kecewa karena dia telah menjual ku, tapi dia adalah orang yang berjasa besar karena telah merawat dan membesarkan ku."
***
"Cepat kasih tahu kami, dimana keberadaan Nona Alea? atau kami tidak akan segan-segan untuk menghabisi mu!" gertak pria itu.
"Sudah ku katakan, kalau aku tidak tahu dimana keberadaannya."
"Kalau begitu cepat hubungi dia, dan tanyakan dimana sekarang Nona Alea berada!"
Merasa nyawanya dalam bahaya, Aleta pun mengikuti semua kemauan para pria itu. "Baik aku akan menghubungi Alea, tapi setelah ini kalian harus melepaskan aku." Aleta mencoba menghubungi nomer Alea namun ternyata tidak bisa. "Nomernya tidak aktif," lanjutnya.
Bugh.
"Akh..." pekik Aleta saat salah satu dari mereka memukul punggungnya sehingga dia tersungkur, namun kemudian pria itu kembali membangunkannya lalu menekannya.
"Cepat katakan dimana Nona Alea?"
"Sudah ku katakan aku tidak tahu! Sekalipun kau memukuliku hingga mati, aku tetap tidak akan mengatakannya karena aku memang benar-benar tidak tahu keberadaannya."
Kring.....
Tiba-tiba saja ponsel Aleta berdering dia pun menoleh kearah layar. "Nomernya tidak aku kenal."
"Angkat saja! siapa tahu itu Nona Alea," titah pria itu.
Dan benar saja. Itu memang panggilan dari Alea. Dia sengaja mengganti nomernya agar tuan Carlos tidak bisa melacak keberadaannya. Aleta pun mulai memainkan sandiwara.
"Ini Alea Bu."
"Iya Alea, Ibu bisa mengenali suara mu. Kau pasti marah sama Ibu, sehingga kau mengganti nomer ponselmu."
"Soal itu kita bahas lagi nanti. Aku hanya ingin menanyakan apa keadaan Ibu baik-baik saja?"
"Alea kau dimana sekarang?" Aleta langsung menodongnya dengan pertanyaan tersebut.
"Maaf Bu, aku tidak bisa memberi tahu keberadaan aku sama Ibu. Sudah dulu ya? Aku hanya sekedar memastikan kalau keadaan Ibu baik-baik saja."
"Tunggu Alea!" Aleta mencegah Alea saat ingin menutup panggilannya.
"Apa lagi Bu?"
Aleta memikirkan cara agar Alea mau memberi tahu keberadaannya. "Alea, Ibu ingin bertemu denganmu."
"Maaf Bu, tapi aku tidak bisa menemui Ibu sekarang."
"Kalau begitu biarkan Ibu yang datang menemui mu."
Alea enggan memberi tahu Aleta, mengingat akan kesalahan dia yang telah tega menjualnya.
"Kenapa diam saja? Ibu janji Ibu tidak akan memberi tahu mu kepada siapa pun." Aleta meyakinkannya.
"Baik Bu, sekarang aku sedang menginap di hotel bla bla bla."
"Terima kasih, Ibu akan segera kesana." Aleta segera menutup teleponnya. "Maafkan Ibu, Alea," batinnya seraya memegang erat ponsel yang ada di tangannya. Aleta memang egois. Demi menyelamatkan dirinya sendiri ia rela mengorbankan orang lain, meskipun itu anak angkatnya sendiri.