NovelToon NovelToon
Ambil Saja Suamiku

Ambil Saja Suamiku

Status: tamat
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Pelakor / Mengubah Takdir / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:4.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lily Dekranasda

Desi 25th, wanita hamil 7 bulan yang menjalani kehidupan sederhana namun penuh kasih bersama suaminya, Bima, kapten pemadam kebakaran.

Suatu hari, nasib mempertemukan Desi dengan tragedi besar. Ketika ia terjebak di dalam reruntuhan sebuah bangunan, ia menelfon suaminya untuk meminta pertolongan.

Namun, harapannya pupus saat Bima lebih memilih menolong cinta pertama dan anak nya 5th.

Hati Desi hancur saat melihat suaminya memprioritaskan orang lain, meskipun ia sendiri berada dalam bahaya.

Di tengah derita fisik dan emosional, tragedi semakin besar. Saat dilarikan ke rumah sakit, Desi mengalami pendarahan hebat. Bayinya meninggal dalam kandungan, dan Desi koma selama tiga hari.

Ketika Desi membuka matanya, ia bukan lagi wanita yang lemah dan penuh luka. Jiwa baru telah memasuki raganya, jiwa seorang perempuan kuat dan pemberani.

Dengan kenangan Desi yang masih melekat, ia bertekad menjalani hidup baru dan meninggalkan suami nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi dan Kenyataan

Pikirannya terlempar kembali ke hari kecelakaan itu. Suara Desi saat dia menghubunginya pertama kali terngiang jelas di telinganya

"Mas Bima! Aku… aku di toko Doremi! Bangunan ini runtuh, aku terjebak! Tolong aku!" suara Desi terdengar panik di telepon.

"Kamu di mana? Di Doremi? Tunggu, aku—" Aku kaget kala itu namun perbincangan itu terputus karena ternyata Maya dan anaknya juga ada ditempat itu. Dia Menangis ketakutan dan aku mencoba menenangkannya.

Telfon itu masih berjalan, Desi pasti mendengar percakapannya. Tak berapa lama Bima mendengar suara istrinya lagi.

"Mas Bima… aku masih di sini. Mas Bima?"

Namun Bima bukannya menenangkan sang istri, malah ia berbicara, "Aku harus menolong Maya dan Abas dulu. Mereka terjebak di bagian terdalam. Desi, aku tidak bisa bicara lama. Bertahanlah, ya. Aku akan menyuruh tim lain mencari kamu!"

Lalu Bima memutuskan telepon nya. Dia bahkan tidak memberi kesempatan pada Desi untuk berbicara lebih jauh. Saat itu, pikirannya hanya terfokus pada menyelamatkan Abas dan Maya.

Bima menghela napas panjang, dadanya terasa sesak. Dia teringat bahwa setelah itu, dia melihat beberapa panggilan masuk dari Desi saat mereka semua berada di rumah sakit. Tapi dia sengaja tidak mengangkatnya.

"Aku sengaja tidak mengangkat teleponnya... Karena aku tidak ingin Desi tahu aku lebih memilih berada di sisi Maya dan Abas. Apalagi Abas memintaku menemani nya. Apa yang sebenarnya kupikirkan? Bagaimana mungkin aku lebih mementingkan mereka daripada istriku sendiri?"

Bima menutup matanya erat-erat, mencoba menahan air mata yang mulai menggenang. Kepalanya terasa berat dengan beban penyesalan yang terus menghantamnya.

"Aku salah... Salah besar. Aku seharusnya berada di sana untuk istriku. Aku seharusnya mendahulukannya, mendengarnya, memastikan dia baik-baik saja. Tapi aku tidak melakukannya. Aku bahkan memutuskan panggilannya tanpa tahu bagaimana kondisinya. Aku benar-benar suami yang buruk."

Dia mencoba menenangkan diri, tetapi pikirannya terus-menerus diserang oleh bayangan wajah Desi yang ketakutan. Wajahnya saat dia memohon bantuan, saat dia terjebak di reruntuhan itu.

Dia mencoba menenangkan diri, tetapi pikirannya terus-menerus diserang oleh bayangan bagaimana wajah istrinya yang ketakutan. Wajahnya saat dia memohon bantuan, saat dia terjebak di reruntuhan itu.

Bima menunduk, menggenggam erat ponselnya. Dia mencoba menelepon Desi lagi, tetapi tidak ada jawaban. Dia semakin panik.

Desi, di mana kamu sekarang? Kenapa aku tidak tahu apa-apa tentangmu? Kenapa aku begitu bodoh sampai membiarkanmu menghadapi semuanya sendiri? Apa kamu masih hidup? Bagaimana dengan anak kita?

Dia teringat kata-kata Dika tadi di kantor, tentang Desi yang mengeluarkan banyak darah saat kejadian. Dika bahkan menyinggung kondisi kehamilannya. Pikiran itu membuat Bima merasakan sakit yang menusuk di hatinya.

Dia membuka galeri ponselnya, mencoba mencari sesuatu yang bisa memberinya petunjuk. Dia terhenti pada foto terakhir mereka bersama, saat Desi tersenyum manis dengan perutnya yang mulai membesar. Air mata mulai mengalir tanpa henti.

Dia memikirkan ulang keputusannya hari itu, ketika dia memilih Abas dan Maya, ketika dia memutuskan panggilan Desi. "Aku pikir aku melakukan hal yang benar saat itu. Tapi sekarang, aku sadar itu keputusan paling egois dalam hidupku."

Rasa bersalah menyelimuti seluruh tubuhnya. Dia merasa tidak pantas menyebut dirinya suami. Bima menggelengkan kepala, mencoba melawan pikiran-pikiran buruk yang menghantuinya. Dia menghapus air matanya dengan kasar.

Bima duduk di tepi ranjang, tubuhnya lelah setelah segala emosi yang bercampur aduk sejak pagi. Perutnya kosong, dadanya terasa sesak. Ia menatap kosong ke arah ponselnya yang telah tergeletak di atas meja. Semua panggilan tak terjawab dari Desi masih terpampang jelas di sana, seolah-olah menuduhnya.

Tangannya meremas rambutnya sendiri. "Kenapa aku bisa seburuk ini? Kalau sesuatu terjadi pada mereka, aku tidak akan pernah memaafkan diriku."

Pikirannya terus bergelut dengan rasa bersalah dan kecemasan. Namun, tubuhnya mulai menyerah. Sejak pagi ia belum memasukkan apa pun ke dalam perutnya. Dengan segala kepanikan dan rasa bersalah, ia bahkan lupa untuk sekadar minum air.

Kepalanya mulai terasa berat, dunia di sekelilingnya seperti berputar. Ia mencoba mengatur napas, tapi rasa pusing itu semakin menjadi. Apa ini? Apa aku sedang dihukum atas semua kesalahanku?

Dia memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri. Tapi begitu matanya terpejam, tubuhnya terasa makin lemah. Nafasnya mulai melambat, pikirannya perlahan tenggelam dalam kegelapan.

Beberapa menit kemudian, Bima tertidur di tempat itu. Wajahnya masih menyiratkan rasa bersalah dan kekhawatiran, meskipun tubuhnya mencoba mencari jeda sejenak dari segala tekanan.

Bima bermimpi. Dalam mimpinya, ia berdiri di tengah reruntuhan bangunan. Debu memenuhi udara, dan suara rintihan terdengar di sekelilingnya. Ia berusaha mencari sesuatu, atau seseorang.

“Desi! Sayang! Desi!” teriaknya.

Tidak ada jawaban. Ia terus berjalan melewati puing-puing, napasnya terengah-engah. Lalu, ia melihat sebuah bayangan di kejauhan. Itu adalah Desi, duduk sendirian sambil memeluk perutnya.

Bima berlari ke arahnya. Tapi anehnya, semakin ia berusaha mendekat, semakin jauh Desi terlihat.

“Desi! Sayang! Tunggu aku!”

Desi menoleh dengan mata penuh air mata. "Kenapa kamu tidak datang saat aku butuh kamu?" tanyanya dengan suara yang lirih namun menusuk.

Bima terdiam. Ia ingin menjelaskan, tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia hanya bisa menatap Desi yang semakin jauh darinya.

“Aku sudah mencoba meneleponmu. Tapi kamu tidak pernah menjawab,” lanjut Desi sambil menangis. “Apa aku tidak penting bagimu?”

Bima ingin menjawab, ingin berlari ke arah Desi. Tapi tubuhnya terasa berat, seperti diikat rantai yang tak terlihat.

Kemudian, suara bayi menangis terdengar dari belakang Desi. Bima mencoba melihat ke arah sumber suara itu, tapi semuanya tiba-tiba gelap.

Bima terbangun dengan napas terengah-engah. Dadanya naik-turun, keringat dingin membasahi dahinya. Ia menatap sekeliling, mencoba memahami di mana ia berada.

Mimpi... Itu hanya mimpi. Tapi kenapa rasanya begitu nyata?

Bima memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Ia mencoba mengatur napas, tapi suara tangisan Desi dalam mimpinya terus terngiang di telinganya.

Aku harus menemukannya. Aku harus memastikan dia baik-baik saja. Jika sesuatu terjadi pada Desi atau anakku, aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku.

Dengan tekad yang diperbarui, Bima bangkit dari tempat tidur. Meskipun tubuhnya lemah dan perutnya kosong, ia tahu ia tidak bisa berhenti sekarang. Apa pun yang terjadi, ia harus mencari istrinya dan membawa pulang keluarganya.

1
Eemlaspanohan Ohan
cepat sembuh Dan balas suamimu yg berengsek itu des
Eemlaspanohan Ohan
dasar laki berengsek malah nolongin mantan ketimbang nolongin istri
Melly Febriani
anak kecil bsnyak maunya. kemana sih ayah kandungnya. jgn2 anak hsl ga bener lg
Melly Febriani
dasar abas anak ga tau diri
Indah Rohmiatun
dasar ubur ubur loe bima
Melly Febriani
abas emang anaknya
tini 06
yaelah liat visual el bikin panas dingin
Rara 01
tolol banget dah anjing,, pengen gua tabok anjirr
tini 06
woyyy dia tuh ank org bukan ank u ngapain u urusin bego bukan urusin istri sma ank u sendiri malah urusin ank org lain biarin aja nangis suruk maknya yg tenangin u g punya kewajiban bego....jd emosi bacanya
tini 06
kondisi desi hampir sama ky aku cuma bedanya aku g kecelakaan cuma ya awalnya nyesek trs koma 10hari bayiku g bisa diselametin untungnya suami nungguin dari awal sampe aku sadar pas udh stabil bru deh bisa krj lg
Dbz Mar
tak pa Bu denes...di syukuri aja..dpt mnntu idaman kn...
Dbz Mar
jeahhhh
Dbz Mar
laki2 seperti ini tak bisa menjadi kepala keluarga krna slalu di setir ma ibunya..dgn alasan takut durhaka..keutuhan keluarga jadi taruha..
awesome moment
smua pasti kembali ket4 seharusnya
awesome moment
knp n hyooo
awesome moment
sampah dibungkus sutra c. g kecium buzuknya y?
awesome moment
wkwkkwk...mungut sampah c
awesome moment
deal. bsok sah
awesome moment
el n santuy bgt ngegiring desi jd pasangan sahnya
Mak Gemoy
kereeen. mantaap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!