Ariana, dibenci oleh suaminya dan mertua karena melahirkan anak yang buta, juga karena pekerjaan Ariana sebagai guru honorer yang dianggap tidak bisa membantu perekonomian keluarga.
Masalah semakin pelik di saat anak mereka terserang virus misterius yang menyebabkan kedua kaki nya lumpuh dan membutuhkan banyak biaya, pengobatan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Ariana pun dicerai oleh suaminya.
Ariana sangat mencintai puteri semata wayangnya meskipun cacat dan membutuhkan banyak biaya.. Ariana harus berjuang keras untuk mendapatkan uang agar anak nya sembuh dan tidak lumpuh permanen , Ariana terus berusaha agar punya banyak uang, Dia juga punya mimpi ada biaya untuk operasi mata puteri nya agar puteri nya bisa melihat indah nya dunia.. Dia pun iklas jika harus mendonorkan satu kornea mata nya...
Hmmmmm apa mungkin Ariana bisa mewujudkan mimpi nya dengan status nya sebagai guru honorer dengan gaji lima ratus ribu per bulan????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 4.
“Kenapa mendadak memberi tugas menggantikan jadwal nya..” gumam Ariana tetapi mau tak mau dia pun melaksanakan tugas dari seniornya yang sudah menjadi PNS itu. Ariana sebagai guru honorer sering begitu mendapat tugas tambahan, tetapi gaji tidak ada tambahan hanya kadang kadang saja ada teman guru senior yang berbaik hati memberi seiklasnya tanda terima kasih sudah dibantu.
Waktu pun terus berlalu, siang hari pun telah tiba.. teman nya sesama guru honorer mendekati nya, di saat jam istirahat siang..
“Ar, aku ada dagangan baru nih.. daster dan sprai mau jualin ga? Barang nya bagus aku ambil langsung dari produsen di Solo.” Suara lirih seorang perempuan muda, di tangannya membawa satu kantong sangat besar berisi dagangan. Seperti itu lah para guru honorer mencari tambahan rezeki.
“Tapi Jangan ditawarkan ke sekolah ini ya, mereka sudah menjadi target ku.” Ucap nya lagi sambil membuka kantong besar untuk memperlihatkan barang barang dagangannya..
“Okey Shel, aku bawa beberapa potong nanti aku tawarkan ke tetangga tetanggaku..” ucap Ariana pada teman nya yang bernama Shelly itu, Ariana tersenyum berharap tetangga tetangga orang tua nya mau membeli..
Akan tetapi tiba tiba terdengar bunyi dering hand phone di dalam tas kerja Ariana..
Ariana cepat cepat mengambil hand phone dari dalam tas nya..
“Bentar ya mungkin Ibu ku menghubungi aku..” gumam Ariana sambil membuka tas kerjanya dan cepat cepat mengambil hand phone yang masih berdering. Akan tetapi betapa kagetnya Ariana saat melihat nama kontak Kepala Sekolah yang melakukan panggilan suara.. Ariana cepat cepat menggeser tombol hijau..
“Selamat siang Pak...” ucap Ariana dengan santun.
“Selamat siang, setelah jam pelajaran terakhir selesai cepat Bu Ariana menemui saya di ruang saya.” Suara Pak Kepala Sekolah di balik hand phone milik Ariana.
DEG
Jantung Ariana serasa berhenti sesaat lalu berdetak lebih kencang..
“Baik Pak...” ucap Ariana dan sambungan panggilan suara pun terakhir..
“Ada apa Ar kok kamu tampak sedih?” tanya Shelly yang melihat ekspresi wajah Ariana sedikit berubah..
“Aku disuruh menghadap Pak Kepsek.” Ucap lirih Ariana..
“Kamu punya salah apa Ar?”
“Terlambat.” Ucap Ariana dan terdengar suara bel tanda jam istirahat telah selesai. Ekspresi wajah Shelly pun ikut bersedih karena temannya senasib bakal mendapat teguran dari kepala sekolah.. mereka berdua cepat cepat meringkasi barang dagangan dan bergegas masuk ke dalam kelas.
Waktu pun terus berlalu dan jam pelajaran terakhir pun telah usai.. Setelah keluar dari pintu kelas, Ariana segera melangkah menuju ke ruang kepala sekolah ..
TOK
TOK
TOK
Ariana mengetuk pintu dengan pelan pelan..
“Masuk.” Suara seorang laki laki dari dalam ruang itu.
Ariana pun membuka pintu pelan pelan..
“Selamat siang Pak..” sapa Ariana dengan santun sambil melangkah masuk.
“Selamat siang Bu Ariana, duduklah..” ucap seorang laki laki setengah baya berkaca mata, yang duduk di kursi kerja nya di balik meja kerja.. Ariana pun duduk di kursi di depan laki laki itu bersekat meja kerja..
“Bu Ariana kenapa hari ini terlambat lagi, sebagai seorang guru harus memberi contoh yang baik pada anak anak didik kita..” ucap Bapak Kepala Sekolah sambil menatap Ariana.
“Maaf Pak, tadi antrian di pom bensin sangat panjang dan saya tidak tahu kalau diminta untuk mengganti jam pelajaran Pak Anton di jam pertama.”
“Bukannya Pak Anton sudah memberi kabar pada Bu Ariana?”
“Benar Pak, Pak Anton sudah memberi kabar tapi lima belas menit sebelum jam pelajaran dimulai, saya sudah di perjalanan dan tidak sempat membuka hand phone Pak, Pak Anton memberi kabar lewat chat..”
“Hmmm maksud Pak Anton minta Bu Ariana untuk menggantikan agar bisa menambah jam Bu Ariana agar point Bu Ariana bertambah, tolong lain kali Bu Ariana bisa mengelola waktu dengan baik lagi. Saya paham sebagai guru honorer gaji sangat minim dan menambah penghasilan dengan bekerja sampingan tetapi Saya sangat berharap agar pekerjaan sampingan tidak mengganggu tugas nya sebagai guru yang mendidik dan menjadi contoh buat anak anak..”
“Baik Pak..” ucap Ariana.
“Ya sudah silakan keluar dari ruang saya, jangan terlambat lagi.. kemarin alasan motor mogok sekarang pom bensin antri panjang...” ucap Pak Kepala Sekolah sambil geleng geleng kepala..
“Maaf Pak..” ucap Ariana sambil bangkit berdiri dan melangkah keluar dari ruang kepala sekolah.
Ariana terus melangkah menuju ke ruang guru. Banyak guru guru yang sudah pulang, tampak Selly teman nya sesama guru honorer masih duduk menunggu Ariana.
“Dapat ceramah Ar? Ini kamu bawa berapa potong?” tanya Selly sambil menatap Ariana ..
“Iya Sel, gara gara Pak Anton yang selalu memberi tugas mendadak.. alesan untuk membantu menambah jam.”
“Hais.. padahal hanya jam yang bertambah tapi gaji juga ga tambah.. nasib nasib.. masih mending kalau yang minta tolong baik hati..” ucap Shelly lirih agar tidak didengar oleh yang lain..
“Itulah Shel.. Padahal Pak Anton itu kalau sama aku pelit banget, entahlah macam disengaja saja, dia kan saudara sepupu mantan suami ku, mana sering ngasih tugas untuk koreksi pekerjaan siswa, dan sering nya zonk... mau ditolak juga nanti mengurangi point kita, karena laporan buruk dari senior, tidak bisa diajak kerja sama.. buntutnya kita gagal dapat incentif..” Ucap Ariana sambil memilih milih daster dan sprai yang akan dibawa untuk dijualkan.
“Mantan? Kamu cerai Ar?” tanya Shelly tampak kaget.
“Dalam proses Shell, sudah bunting perempuan nya. Sudahlah aku juga mending cerai, buat apa kalau dia tidak mau menerima Arumi.. Cuma aku harus pikir keras buat tambahan pendapatan Shell.. aku masih numpang di rumah orang tua ku, setidaknya aman lah buat makan.. tapi obat, susu, biaya terapi dan vitamin Arumi aku harus pikir keras.. kamu tahu sendiri kan obat Arumi sangat mahal buat ku tapi aku ingin Arumi selamat..” ucap Ariana dengan nada serius.
“Iya Ar, buat aku juga mahal banget itu obat Arumi sebotol jutaaan dan tidak ditanggung seratus persen oleh asuransi. Tapi nyawa anak dan kesehatan anak memang utama Ar. Suami kamu itu benar benar egois tidak berperi kemanusiaan.. anak sakit malah dia cari kesenangan sendiri. Ya sudah Ar, semangat ngejualin dagangan ku.. laris.... laris... laris.....laris... ” ucap Shelly sambil tangannya menepuk-nepuk batang barang dagangan yang sudah dipilih oleh Ariana.
“Amiiinnn... Aku juga sudah pinjam koperasi untuk persiapan beli obat Arumi yang akan habis, tetapi sudah berkurang untuk keperluan lain.. ” ucap Ariana sambil meringkasi barang barang nya.
Dua perempuan muda guru honorer itu lantas bangkit berdiri. Ariana menggendong tas ransel kerja nya dan kini di tangannya membawa kantong plastik besar berisi dagangan baju baju daster dan kain seprei.. lumayan jika laku, keuntungannya bisa untuk beli bensin motor tua nya atau keperluan lain.
Akan tetapi di saat dia perempuan muda guru honorer itu berjalan di koridor gedung sekolah tiba tiba ada suara seorang memanggil Ariana..
“Bu Ariana tunggu....”