Bangkitnya Arwah Penari Ronggeng

Bangkitnya Arwah Penari Ronggeng

Ritual pembangkitan arwah

Malam ini purnama bersinar dengan terang terdengar lolongan anjing saling bersahutan,seorang perempuan tua duduk bersama seorang laki-laki berpakaian serba hitam disalah satu makam.

"Gimana mbah,apa bisa kita lakukan?"perempuan itu bertanya pada lelaki disebelahnya yang sedang menyalakan dupa terdapat sesajen dan ayam hitam didepannya.

"Sabar sebentar lagi,"lelaki itu melihat kearah sinar bulan.

Setelah beberapa saat lelaki itu mulai menyembelih ayam hitam dan menadah darahnya kedalam mangkuk kecil.

Tiba-tiba angin bertiup sangat kencang,terlihat didepan mereka sosok harimau putih menatap mereka dengan marah,harimau itu kemudian menjelma menjadi sosok manusia.

"Apa yang sedang kalian lakukan,pergilah,"sosok berwujud manusia itu mengeram dan menatap dengan mata merahnya.

"Kalau kami tidak mau,kamu mau apa,pergilah jangan campuri urusanku,"lelaki berpakaian hitam balas menatap tajam kearah sosok didepannya.

"Aku sudah memperingatkan kalian,aku diperintah untuk menjaga tempat ini,siapapun yang datang dengan maksud tidak baik,akan berhadapan denganku,haummmmm....,"sosok lelaki itu berlari dan kembali menjelma menjadi harimau dan menyerang kedua orang didepannya.

"Mbah Sugeng aku takut,"perempuan disebelah lelaki perpakaian hitam mundur ketakutan.

"Tenang,aku bisa mengatasinya,"lelaki yang dipanggil mbah Sugeng berdiri mencabut keris,dan menyabetkan keris itu kedepan.

"Haummmm...Akhhhh,"sosok harimau jatuh ketanah dengan luka dikakinya.

"Menyerah lah,pergilah orang yang menyuruhmu sudah mati,kamu bebas tidak terikat apapun,"lelaki bernama mbah Sugeng mengacungkan keris yang mengeluarkan sinar merah pekat.

"Aku sudah berjanji pada pak kyai akan menjaga tempat ini dengan nyawaku,"harimau itu bangun kembali dengan satu kaki mengeluarkan darah.

"Kamu yang minta,"lelaki itu komat kamit membaca mantra, kemudian menerjang kedepan.

"Hiatttt.....,musnah lah makhluk rendahan,"mbah Sugeng melompat,menerjang kearah harimau itu.

Dan harimau itu berkelit kekanan dan menerkam dari arah samping.

"Sreetttt....,"ia berhasil melukai tubuh mbah Sugeng bagian pinggang.

"Akhhhh...,sialan dasar makhluk rendah hina,"setelah memaki mbah Sugeng kembali menerjang, luka dipinggangnya terasa perih membuatnya sangat marah,ia terus menyerang dan menyerang sehingga sosok harimau terdesak.

"Sreetttt....,Brukhhh,"harimau putih itu jatuh bersimbah darah perutnya terkoyak,ia diam tidak berdaya.

"Sudah aku bilang jangan campuri urusanku,"mbah Sugeng mendekati harimau putih itu dan tersenyum mengejek,ia mengangkat kerisnya tinggi-tinggi,lalu ia hujamkan ke arah sosok harimau putih,tapi tiba-tiba sosok harimau seperti ada yang menarik dan kemudian menghilang.

"Sialan siapa yang sudah mencampuri urusanku,"kemudian mbah Sugeng menyimpan kembali keris kesarungnya,ia kembali duduk didepan sesaji setelah mengusap luka dipinggangnya,kemudian memangil perempuan tua yang bersembunyi dibalik pohon.

"Cepat sini,waktunya akan habis dan kita tidak akan bisa membangkitkannya,"mbah Sugeng kembali menyalakan dupa dan membacakan mantra,perempuan tua itu kembali duduk disebelahnya.

"Wahai arwah yang....,bangkit lah,aku memanggilmu,tuntaskan apa yang belum kamu tuntaskan, kejar mereka semua,"mbah Sugeng menyiramkan darah disekitar makan dan kemudian membaca mantra.

Seketika angin kencang bertiup dan lolongan anjing semakin kencang bersahutan,suasana di sekitar berubah mencekam.

Tiba-tiba asap tebal membumbung tinggi dan asap itu berubah menjadi sosok perempuan dengan luka bakar disekujur tubuhnya,bau gosong dan busuk sangat menyengat tercium disekitar tempat itu.

"Sari Neng,ini Emak,"perempuan disebelah mbah Sugeng ternyata adalah Emaknya Sari,ia maju dan ingin mendekati sosok didepannya.

"Mak,sakit Mak,perih,"sosok itu menatap perempuan didepannya.

"Iya Emak tahu,Emak tidak rela kamu mati seperti itu,pergi dan balaskan dendammu,Emak ingin mereka merasakan apa yang kamu rasakan."wanita tua itu menatap wajah Sari dengan sedih.

Sementara itu dikamar Akhmad tidur dengan gelisah,ia berteriak-teriak memangil nama Nek Ipah.

"Nek jangan pergi Nek,aku kangen sama Nenek,Nek....."

Teriakkan Akhmad terdengar oleh Imran yang sedang melaksanakan sholat tahajud.

"Mad,bangun,Akhmad bangun, "Imran menggoyangkan tubuh Akhmad yang masih memangil nama Nek Ipah sambil menangis.

Akhmad terbangun,"ia melihat kesekeliling,tadi aku bertemu Nenek Mran,itu seperti nyata dia bilang menyuruhku hati-hati."

"Sudahlah itu hanya mimpi,besok kita sambangi makam Nenek dan kakek kehutan,kita doakan mereka,udah sana ambil wudhu sholat,"Imran menepuk-nepuk tangan Akhmad,kemudian ia keluar dan pergi memeriksa sekitar rumah.

Imran terkejut begitu melihat keluar rumah kabut seperti menyelimuti seluruh rumah dan sekitarnya,Imran mengambil senter dan memeriksa sekeliling dan ternyata bukan hanya ditempatnya tapi menyelimuti hampir seluruh desa.

"Apa ini,Ya Allah apa ini,ada kejadian apa?"Imran masih terus memeriksa sekitar,ia terus berjalan menyusuri rumah-rumah warga,ketika ia sedang mengarah kan senternya kesekeliling,tiba-tiba ia melihat seperti bayangan terbang.

"Siapa itu,"dengan langkah cepat ia mengikuti arah perginya sosok bayangan itu,ia terus berjalan dan ketika sampai dipersimpangan jalan Imran terkejut ada beberapa cahaya yang terarah padanya,ia terkejut dan berteriak.

"Akhhhh....setan,"Imran berteriak karena terkejut.

Dari arah depan juga terdengar suara teriakan,"Akhhhh..setan,"terdengar suara beberapa orang dan cahaya-cahaya itu seperti tak beraturan kesana kemari.

Imran berbalik dan berteriak,"siapa disitu,aku Imran,"Imran berteriak pada mereka,karena jarak pandang yang tertutup kabut hanya hanya 1 sampai 2 meter jadi ia tidak bisa melihat kesekeliling karena tertutup kabut semua.

Terdengar suara percakapan dan kemudian,sinar-sinar itu kembali dan mendekatinya.

"Benarkah kamu Imran,"terdengar suara yang sepertinya Imran kenal.

"Kang Usup yah,"teriak Imran.

"Iya,kamu Imran ya,"sinar-sinar dari senter mendekatinya dan setelah deket terlihat ia melihat ada kang Usup beserta 3 warga lainnya.

"Iya kang,loh kang Usup lagi ronda kang?"

"Iya Mran,kami sedang ronda keliling kampung,tapi setelah ada suara lolongan anjing bersahutan tiba-tiba kabut muncul dan ternyata seluruh desa ditutup kabut semua."Sahut kang Usup.

Akhirnya Imran ikut bergabung dengan mereka keliling desa.

Paginya suasana desa seperti biasa,mereka beraktivitas kesawah dan ladang,kejadian semalam tidak banyak yang tahu.

Dibatas desa terlihat sebuah mobil masuk,dan didalamnya terlihat Kang Azam,Dewi dan maharani yang dipanggil Rani (9 tahu) anaknya memasuki desa mereka.

Rani terlihat senang,sepanjang jalan ia selalu berceloteh,tapi begitu melewati pohon-pohon besar kanan kiri jalan Rani terdiam,tapi kemudian ia tersenyum dan melambaikan tangan.

Dewi yang sedang melihat kearah Rani terkejut,"Rani sayang kamu lihat apa Neng?"Dewi melihat arah tatapan Maharani.

"Itu Bu,ada kakak cantik sekali,ia melambaikan tangan pada Rani."

Deg,jantung Dewi berdegup kencang,"Kang,"Dewi menatap Kang Azam.

"Kita bicarakan nanti,biarkan saja dulu,kita sebentar lagi sampai."Kang azam berusaha menenangkan Dewi.

Mereka sampai didepan rumah kang Azam yang dulu,dan sekarang sudah dibangun,Bapaknya Dewi,pak Darso sudah menunggu didepan rumah.

"Kakek...."Maharani berlari memeluk Kakeknya.

"Rani cucu kakek,pak Darso langsung memeluk cucunya dengan erat.

Dewi menghampiri mereka dan mengalami bapaknya dan memeluknya,begitu pun dengan Azam.

"Masuk,masuk,"Bapak Darso mengendong Maharani masuk.

Setelah mereka duduk Bapak memangil Inah anak tetangga yang membantu Bapak dirumah,"Inah siapkan minum dan makanan."

"Iya pak,"beberapa saat kemudian Inah datang dari belakang membawa minuman dan makanan.

"Teteh,kok baru kesini lagi,kasian tuh Bapak setiap hari liat kejalan berharap Teteh pulang."

"Ya Nah,Kang Azam sibuk,lagian kan Rani juga sekolah,ini mumpung Rani libur sekolah jadi kita kesini,"kata Dewi,lalu Dewi mengeluarkan bingkisan dari tas bajunya dan memberikannya pada Inah.

"Buat saya Teh,"Inah terlihat sangat senang.

"Iya,makasih selama ini udah rawat Bapak."

"Ah Teteh bisa aja,kan saya juga suka dikasih duit sama Teteh."

"Udah sana masuk Inah,Bapak masih kangen sama Dewi mau gobrol,kalau kamu nimbrung bisa enggak kebagian ngomong,"Bapak Darso mengusir Inah pergi.

"Iya pak,"sambil cemberut Inah berlalu kebelakang.

"Minumlah dulu tehnya,terus istirahat Bapak mau ngajak Rani kebelakang melihat burung-burung,dan jago peliharaan Bapak,oh ya nanti malam ada acara dibalai Desa,rombongan kang Jejen yang ngisi acara dan besok juga ada wayang kulit."

"Acara apaan Pak?"Dewi yang mau beranjak berhenti melihat kearah Bapaknya.

"Itu bongkar Bumi,nanti sekalian Bapak kenalkan sama kades baru, ia menantunya komar,suaminya Mumun."

"Oh,"Dewi mangut-mangut lalu mengajak Kang Azam kekamar,"ayo Kang aku mau istirahat capek,Rani biar sama bapak."

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

wah ibunya sari ini memang ya udah gak berotak,,sudah matipun anaknya masih disuruh balas dendam,,ibu macam apa dia,,sudah tau semasa hidup sari slalu menebar kejahatan saat matipun disuruh berbuat kejahatan lagi,,,bener² iblis nih Mak nya sari..

2024-12-02

2

Teteh Lia

Teteh Lia

teteh, maaf baru sempat mampir 🙏

2024-12-29

0

NT.RM

NT.RM

Salam neng Sari, aku gak tahu kalau sari sampai begini 😭 gk bisa main main ya sama ilmu hitam

2024-12-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!