Sebuah surga impian yang baru saja dibangun terpaksa hancur karena kehadiran orang ketiga. Nadia Mustika Wijayanto harus menelan kenyataan pahit jika sang suami pulang dengan membawa seorang wanita yang merupakan madunya. Pernikahan yang dia kira sebagai surga, nyatanya berubah menjadi neraka. Nadia yang sedari awal tidak ingin dipoligami memutuskan untuk bercerai daripada harus berbagi hati dan suami.
Mengasingkan diri ke luar negeri dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan menjadi pilihan Nadia setelah perceraian. Hingga akhirnya dia bertemu dengan sahabat lamanya tanpa sengaja. Devano Kazim Ravendra, pria dengan senyum lembut yang bisa membuatnya tertawa lepas setelah sekian lama.
***
" Terima kasih sudah menghancurkan surga yang aku impikan, Mas " ~ Nadia Mustika Wijayanto.
***
IG: gadis_taurus15
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Taurus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Rindu
" Hai! Kamu sudah lama ya? Maaf, aku buat kamu nunggu ya? " ucap Nadia dengan rasa bersalah saat sudah berada di dekat Devan.
Devan yang tadi sedang memandang lurus ke depan pun langsung menoleh ke arah samping dimana Nadia berada. Bibirnya langsung tersenyum saat melihat keberadaan seseorang yang memang sedang dia tunggu.
" Tidak kok, Nad. Aku juga baru sampai sekitar lima menit yang lalu " jawab Devan tersenyum.
" Duduklah! " ucap Devan menepuk bangku di sampingnya.
Nadia menurut dan langsung mendudukkan tubuhnya di samping Devan. Cukup berjarak, tetapi tidak terlalu jauh.
" Oh iya, aku tadi masak orek tempe dan tahu bacem. Aku ingat kalau kamu suka dua makanan ini, kemarin kamu juga bilang kalau sudah kangen makanan Indonesia. Jadi, aku bawa makanan ini untuk kamu " ucap Nadia sangat antusias mengeluarkan kotak makan dari dalam paper bag dan memberikannya pada Devan.
Sepertinya yang Nadia harapkan, Devan terlihat sangat senang saat menerima kotak makanan itu.
" Wah... Kamu masak ini untuk aku, Nad? " tanya Devan menatap Nadia dengan mata berbinar.
Nadia pun menganggukkan kepalanya. " Iya Van. Semoga kamu suka sama masakan aku " jawab Nadia tersenyum.
" Aku pasti suka, Nad. Walaupun belum pernah makan masakan kamu, tapi aku yakin pasti enak. Bunda kamu saja sangat pintar masak, apalagi anaknya " ucap Devan dengan sangat yakin.
Dengan tidak sabar, Devan segera membuka kotak makanan yang diberikan oleh Nadia. Aroma wangi masakan langsung masuk ke dalam indra penciumannya dan bisa dipastikan makanan itu rasanya enak.
" Nad, ini mah dari wanginya saja bisa dipastikan enak " ucap Devan pada Nadia.
Nadia pun tersenyum untuk menanggapinya, dia berharap pun begitu. Devan akan suka dan cocok dengan masakannya.
" Aku coba ya, Nad " ucap Devan yang sudah tidak sabar untuk memakan masakan Nadia.
" Iya Van " jawab Nadia.
Kemudian Devan mulai menyendok makanan itu dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Sedangkan Nadia harap-harap cemas menunggu reaksi dari Devan setelah memakan masakannya.
.
.
.
Terlihat Devan terdiam sembari terus mengunyah makanan di dalam mulutnya. Kedua matanya seketika langsung berkaca-kaca karena makanan itu. Rasanya tidak perlu diragukan lagi, tapi ada hal yang berbeda saat Devan memakannya.
" Van? Kenapa? Tidak enak ya? " tanya Nadia sedikit takut karena Devan hanya diam saja.
Devan langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat dan tersenyum. " Tidak, Nad. Ini sangat-sangat enak dan ini adalah makanan terenak yang pernah aku makan " jawab Devan jujur.
" Aku cuma merasa teringat dengan semua kenanganku di Indonesia, rasanya rinduku juga sedikit terobati. Masakan kamu ini juga mengingatkan aku pada Kakekku, aku sangat rindu dan sudah dua tahun tidak bertemu dengannya " ucap Devan dengan tatapan mata yang sendu.
Bertahun-tahun Devan tidak pernah pulang ke Indonesia karena tuntutan dari kedua orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya di Inggris. Devan adalah pewaris tunggal di keluarganya sehingga membuatnya memiliki tanggung jawab yang besar dan harus benar-benar mempersiapkan masa depannya untuk meneruskan perusahaan serta bisnis keluarga. Biasanya, kakeknya yang akan mengunjunginya ke Inggris setiap musim dingin, tetapi karena kondisi tubuhnya yang sudah renta sehingga membuat kakeknya itu tidak bisa lagi melakukan perjalanan jauh.
" Kalau kamu rindu? Kenapa tidak pulang ke Indonesia? Bukankah banyak waktu saat libur semester? " tanya Nadia pada Devan.
Nadia cukup tahu kedekatan Devan dengan kakeknya karena beberapa sempat bertemu. Keduanya sangat dekat, apalagi sejak beberapa bulan lahir hingga usia 12 tahun memang Devan tinggal bersama dengan kakeknya di Indonesia. Kedua orang tua Devan memilih menetap di Inggris untuk meneruskan bisnis keluarga dari pihak ayahnya yang memang berasal dari negara tersebut. Mereka tidak bisa membawa Devan yang masih bayi turut serta karena saat itu mereka memang sangat sibuk membangun perusahaan yang hampir gulung tikar. Hingga akhirnya, Devan tinggal bersama kakeknya yang selalu ada untuk merawatnya.
" Tanggung jawabku di sini sangat besar dan aku tidak bisa pulang ke Indonesia selama pendidikanku belum selesai. Di saat libur semester atau hari libur lainnya, aku akan di perusahaan untuk membantu Daddy dan Mommy serta belajar memimpin perusahaan " jawab Devan menghela napasnya panjang.
" Ya walaupun sebenarnya sedari dulu aku ingin sekali pulang ke Indonesia untuk bertemu kakek dan juga kamu. Tapi, aku sudah memiliki janji pada kedua orang tuaku yang harus aku tepati. Mereka sudah mengatur semuanya dan aku tidak bisa berbuat apa-apa " lanjut Devan.
Sungguh, Nadia merasa sangat kasihan pada Devan yang tidak bisa menentukan hidupnya sendiri. Untuk bertemu dengan kakeknya saja, Devan harus menunggu lama dan menahan rindu yang semakin hari semakin tertumpuk.
" Kamu yang sabar ya, Van. Kedua orang tua kamu melakukan itu semua juga dengan masa depan kamu. Untuk sekarang kamu fokus saja untuk menyelesaikan pendidikanmu supaya cepat selesai. Yang terpenting kamu masih bisa berkomunikasi dengan kakek kamu dan terus mendoakannya untuk tetap sehat. Kakek kamu pasti sangat bangga pada kamu dan menunggu kamu pulang ke Indonesia untuk menemuinya " ucap Nadia mencoba untuk memberikan dukungan untuk Devan.
" Iya, Nad, kamu benar. Terima kasih ya " jawab Devan menoleh ke arah Nadia sebentar.
Nadia pun menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
" Nanti kalau aku pulang ke Indonesia, aku akan coba mampir ke rumah kakek kamu. Kamu bisa titip apa saja nanti sama aku. Kakek masih tinggal di rumah yang dulu, kan? " ucap Nadia pada Devan.
" Iya, kakek masih tinggal di rumah yang dulu " jawab Devan tersenyum tipis.
Beberapa kali memang Nadia pernah pergi ke rumah kakek dari Devan untuk sekedar berkunjung ataupun di saat mereka belajar bersama.
" Kalau begitu, dimakan lagi dong. Katanya tadi, masakan aku itu makanan terenak yang pernah kamu makan " ucap Nadia mengalihkan pembicaraan agar Devan tidak terus merasa sedih.
" Iya Nad, tenang saja. Aku pasti memakan masakan kamu sampai habis dan bersih, tidak mungkin aku menyia-nyiakan makanan seenak ini " jawab Devan kembali ceria seperti tadi.
Setelah itu, Devan pun segera memakan makanan itu kembali dengan ditemani Nadia. Sesekali mereka mengobrol sembari memperhatikan orang-orang yang juga mengunjungi taman itu.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘