NovelToon NovelToon
Cahaya Yang Tak Pernah Sampai

Cahaya Yang Tak Pernah Sampai

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Romansa / Roman-Angst Mafia / Pembantu / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Queen Jessi

Rara Maharani Putri, seorang wanita muda yang tumbuh dalam keluarga miskin dan penuh tekanan, hidup di bawah bayang-bayang ayahnya, Rendra Wijaya, yang keras dan egois. Rendra menjual Rara kepada seorang pengusaha kaya untuk melunasi utangnya, namun Rara melarikan diri dan bertemu dengan Bayu Aditya Kusuma, seorang pria muda yang ceria dan penuh semangat, yang menjadi cahaya dalam hidupnya yang gelap.

Namun Cahaya tersebut kembali hilang ketika rara bertemu Arga Dwijaya Kusuma kakak dari Bayu yang memiliki sifat dingin dan tertutup. Meskipun Arga tampak tak peduli pada dunia sekitarnya, sebuah kecelakaan yang melibatkan Rara mempertemukan mereka lebih dekat. Arga membawa Rara ke rumah sakit, dan meskipun sikapnya tetap dingin, mereka mulai saling memahami luka masing-masing.

Bagaimana kisah rara selanjutnya? yuk simak ceritanya 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen Jessi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melindungi Mu Diam-diam

Pagi itu, Rara melangkah ringan menyusuri pusat kota. Ia ingin membeli beberapa barang keperluan untuk dirinya. Saat melewati sebuah toko pakaian mewah, matanya tertarik pada setelan jas berwarna cokelat susu yang dipajang di etalase.

“Kalau Arga pakai ini, pasti makin terlihat berwibawa,” gumamnya sambil memasuki toko.

rara sekarang ini memang sangat kesal kepada arga,namun arga tetaplah suaminya.

Setelah memutuskan untuk memesan jas tersebut, suara tawa mengejek yang familiar tiba-tiba terdengar di belakangnya. Ketika Rara berbalik, ia melihat Rani, adik tirinya, bersama ibu tirinya, kartika, mendekatinya dengan senyum sinis.

“Wah, wah, ini siapa? Rara? Belanja di sini? Mana mungkin kamu sanggup beli pakaian di tempat semahal ini,” cemooh Rani dengan nada tinggi.

Kartika menambahkan, “Atau jangan-jangan… kamu sudah jadi wanita simpanan, Ra? Soalnya nggak mungkin kamu masih bersama Arga. Kalau iya, mana pengawalnya? Arga itu nggak pernah biarin orangnya ke mana-mana sendirian, kan?”

Rani tertawa keras mendengar ibunya. “Bener juga, Bu. Mungkin Arga udah bosan sama kamu, ya, Ra? Makanya kamu sekarang jalan-jalan sendiri.”

Rara menatap keduanya dengan tajam, menahan emosi yang membuncah. Ia menarik napas dalam sebelum menjawab dengan tegas, “Cukup, Rani. Kamu boleh ngomong apa pun, tapi jangan bawa-bawa Arga.”

“Oh, jadi bener kamu sudah nggak bareng Arga? Makanya sensitif banget,” balas Rani sambil tertawa kecil.

Rara mendekatkan diri ke Rani, tatapannya penuh keberanian. “Dengar ya, Rani, aku mungkin nggak datang ke sini dengan pengawal atau pamer kemewahan, tapi aku nggak perlu itu untuk membuktikan siapa aku. Kalau aku masih di sini, masih berdiri kuat, itu karena aku punya harga diri. Sesuatu yang mungkin kamu nggak tahu artinya.”

Rani terdiam sejenak, tetapi kartika menyela dengan nada sarkas. “Harga diri? Hahaha, lucu sekali. Kita lihat saja sampai kapan harga diri kamu bertahan kalau Arga benar-benar meninggalkan kamu.”

Rara tersenyum tipis, penuh percaya diri. “Tenang saja, Bu, kalau pun aku jatuh, aku pasti bangkit lagi. Dan saat itu terjadi, aku tidak akan pernah seperti kalian—hidup dari uang orang lain sambil terus menjatuhkan orang lain.”

Melihat Rara yang begitu tenang dan percaya diri setelah melawan balik, wajah Rani memerah menahan amarah. Ia mengepalkan tangan, tampak ingin melanjutkan serangan verbal.

“Berani sekali kamu bicara seperti itu ke aku, Rara!” bentak Rani, langkahnya maju mendekati Rara. “Kamu pikir siapa kamu, hah? Jangan sombong kalau cuma numpang nama besar Arga! Tanpa dia, kamu itu nggak ada apa-apanya!”

Rara menoleh dengan tatapan dingin. “Kamu tahu apa tentang aku, Rani? Hidupmu terlalu sibuk mencari kesalahan orang lain sampai lupa memperbaiki diri sendiri. Kalau kamu memang lebih baik dari aku, kenapa harus sibuk menjatuhkan?”

Rani semakin naik darah mendengar jawaban itu. Ia menunjuk Rara dengan agresif. “Kamu pikir kamu hebat, ya? Tunggu saja, aku akan buktikan kalau kamu nggak pantas di sisi Arga! Dia hanya akan sadar bahwa kamu adalah beban!”

Namun, Rara hanya tersenyum tipis, penuh ketenangan yang membuat Rani semakin geram. “Silakan saja, Rani. Kalau kamu punya waktu untuk membuktikan itu, aku akan tetap berdiri di sini. Tapi ingat, semakin keras kamu mencoba menjatuhkan aku, semakin kamu menunjukkan siapa sebenarnya yang lemah di sini.”

"Ada apa sayang" saat adanya perdebatan tersebut tiba-tiba arga berada disampingnya sambil merangkul pinggang rara.

Rara masih terpaku dengan rangkulan Arga di pinggangnya, perasaan campur aduk menguasai dirinya. Ia tak menyangka suaminya tiba-tiba muncul di tengah perdebatan panas itu. Sementara itu, Rani dan Kartika yang semula percaya diri kini terlihat gelisah.

“Arga, ini semua cuma salah paham. Aku hanya ingin memastikan kamu nggak merasa terbebani oleh Rara,” ucap Rani dengan senyum tipis yang dipaksakan.

“Benarkah? Aku rasa nada bicaramu tadi tidak terdengar seperti itu,” balas Arga dingin, matanya menyipit menatap Rani.

Rara terpana melihat situasi yang tiba-tiba berubah dramatis. Ia menatap Arga yang kini berdiri dengan percaya diri di sampingnya, tangannya tetap melingkari pinggangnya dengan erat.

Kartika, yang tak mau kalah, mencoba mencairkan suasana. “Kami hanya peduli, Arga. Kami tidak ingin kamu menyimpan beban. Lagipula, kalau memang Rara penting buatmu, kenapa dia tidak dijaga seketat kamu dijaga?”

Arga mengerutkan kening, lalu menatap Nanda yang berdiri di belakangnya. Dengan isyarat kecil dari Nanda, tiba-tiba beberapa pria berbadan tegap yang berpakaian biasa mendekat. Mereka memberikan hormat kepada Arga sambil berdiri di sekelilingnya.

“Apakah sebanyak ini tidak cukup untuk menjaga Rara?” tanya Arga dengan nada datar, tapi tajam.

Rani dan Kartika terdiam, wajah mereka pucat. Mereka baru menyadari bahwa selama ini Rara tidak benar-benar sendiri. Pengawal tersembunyi yang ditugaskan oleh Arga ternyata selalu berada di dekatnya, mengawasinya dengan saksama tanpa terlihat mencolok

“Jadi, apa yang kalian katakan tadi? Aku tidak peduli pada istriku?” tanya Arga, suaranya dingin namun tajam, membuat suasana di toko itu semakin mencekam.

Rani mencoba tertawa kecil untuk meredakan ketegangan, tetapi jelas terlihat gugup. “Ah, bukan begitu maksudku, Arga. Aku hanya khawatir. Maksudku, kamu kan biasanya selalu melindungi Rara dengan ketat…”

Arga memotongnya dengan tenang, “Dan aku memang melindunginya. Hanya karena kalian tidak melihat pengawal di sekitarnya, bukan berarti dia tidak dijaga. Aku tidak perlu pamer untuk membuktikan apa pun.”

Kartika, yang sedari tadi juga terdiam, mencoba berbicara. “Tapi, Arga, apa benar kamu masih ingin bersama Rara? Maksudku, hubungan kalian kan bisa jadi hanya sebatas formalitas—”

“Cukup,” potong Arga lagi, suaranya mulai terdengar lebih dingin. “Rara adalah istriku, dan aku tidak pernah sekalipun berpikir untuk meninggalkannya. Kalau ada yang mencoba memfitnah atau mengganggu rumah tangga kami, aku tidak akan tinggal diam.”

Rara menatap Arga dengan mata berkaca-kaca, bingung harus merasa lega atau masih marah karena sikapnya beberapa waktu lalu. Tetapi keberanian dan ketegasan Arga saat ini membuatnya merasa sedikit terlindungi.

Rani menggigit bibir bawahnya, tampak kesal karena rencananya untuk mempermalukan Rara justru berbalik. Ia hanya bisa diam, sementara Arga melirik sekilas ke arah Nanda.

“Nanda,” ucap Arga singkat.

Nanda mengangguk, lalu menatap para pengawal. “Kembali ke posisi kalian masing-masing. Pantau situasi seperti biasa.”

Para pengawal segera mundur dengan disiplin, kembali ke posisi mereka yang tersembunyi. Toko kembali tampak seperti biasa, meskipun ketegangan masih terasa.

Arga menoleh ke Rara, mengusap lembut bahunya. “Kamu sudah selesai belanja?”

Rara, yang masih bingung dengan situasi, hanya mengangguk pelan. “Sudah.”

“Kalau begitu, ayo pulang. Aku akan mengantarmu,” ucap Arga, nada suaranya jauh lebih lembut daripada sebelumnya.

Ia menggandeng tangan Rara, meninggalkan Rani dan Kartika yang berdiri membisu, wajah mereka dipenuhi kekesalan. Di dalam hati, Rani bersumpah untuk tidak membiarkan Rara menang dengan mudah.

Sementara itu, Rara yang kini berjalan di samping Arga merasa perasaannya bercampur aduk. Arga baru saja membelanya, tapi luka di hatinya karena kejadian sebelumnya masih belum sepenuhnya sembuh. Namun, ia memilih untuk diam, mencoba memahami sikap suaminya yang penuh kontradiksi.

1
Tomat _ merah
semangat thor cerita nya bagus, mmpir juga ya ke cerita aku yg "Terpaksa dijodohkan dengan seorang dosen"
Kelly Andrade
Gak bisa berhenti membaca nih, keep it up thor!
Luna de queso🌙🧀
Bawa pergi dalam imajinasi. ✨
Queen: Semoga suka ya kak sama alur ceritanya 🤗🤍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!