NovelToon NovelToon
The Constellation : Legenda Zodiak

The Constellation : Legenda Zodiak

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Preman / Penyelamat
Popularitas:295
Nilai: 5
Nama Author: Banu Sahaja

Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak Licik Cancer Claws

Hari itu, langit Sektor 5 tertutup awan tebal, memberikan suasana kelabu yang terasa berat. Galang duduk di beranda dojo, menyelesaikan pemeriksaan terakhir pada Honda CBR 1000RR Fireblade-nya. Motor itu tampak sempurna, dengan mesin yang berkilauan setelah dibersihkan dari sisa-sisa balapan terakhirnya. Tama berdiri di dekatnya, menggulung lengan baju mekaniknya yang penuh noda oli.

“Aku nggak tahu gimana caranya kamu menang lawan Raja,” kata Tama tiba-tiba, nada suaranya campuran kekaguman dan kekhawatiran. “Tapi aku yakin, setelah ini, masalahnya cuma makin besar.”

Galang mengangkat kepala, menatap Tama sejenak sebelum melanjutkan pekerjaannya. “Kita tahu ini akan terjadi,” jawabnya pelan. “Dunia ini tidak akan berhenti. Mereka akan terus datang.”

Tama mendengus kecil. “Kalau memang begitu, apa kamu nggak capek? Selalu harus bertarung untuk sesuatu yang nggak kamu cari.”

Galang diam, tidak menjawab. Ia tahu Tama benar. Setiap kemenangan yang ia raih hanya membawa lebih banyak perhatian, lebih banyak musuh. Tetapi ia juga tahu bahwa menyerah bukanlah pilihan. Dunia jalanan tidak mengenal kata damai tanpa perjuangan.

Hari itu berlalu dengan tenang, atau setidaknya itulah yang mereka pikirkan. Tama pergi ke bengkel pusat untuk mengambil suku cadang yang ia pesan beberapa hari sebelumnya, meninggalkan Galang sendirian di dojo. Galang memanfaatkan waktu itu untuk mempersiapkan dirinya, menyadari bahwa ancaman berikutnya bisa datang kapan saja.

Sekitar satu jam kemudian, suara deru motor terdengar dari kejauhan. Galang menghentikan pekerjaannya dan berdiri. Dua motor besar berhenti tepat di depan dojo, debu jalanan beterbangan di sekitarnya. Dua pria bertubuh kurus dengan jaket hitam yang dihiasi lambang kepiting merah di punggung turun dari motor mereka.

Salah satu dari mereka, pria dengan wajah penuh bekas luka dan rambut yang dipotong pendek, melangkah maju. Senyumnya terlihat licik, tetapi matanya memancarkan keseriusan. “Galang, kan?” tanyanya dengan nada rendah.

Galang mengangguk pelan, tetap tenang. “Siapa kalian?”

“Nama gue Anton,” jawab pria itu. “Kami dari Cancer Claws. Bos kami, Andra Sujana, ingin bicara sama lo.”

Galang tidak mengubah ekspresinya. “Kalau dia ingin bicara, kenapa dia tidak datang sendiri?”

Anton tertawa kecil, memperlihatkan giginya yang tidak rata. “Bos gue bukan tipe orang yang buang waktu. Kalau dia kirim kami, itu berarti ini serius. Jadi lo mau ikut, atau gue harus bawa lo paksa?”

Galang menatap pria itu selama beberapa detik, lalu menarik napas panjang. “Di mana tempatnya?”

“Pelabuhan tua. Tengah malam nanti,” jawab Anton. “Dan gue saranin lo datang sendiri. Jangan bawa teman lo, kecuali lo mau masalah lebih besar.”

Setelah kedua pria itu pergi, Galang berdiri diam di tempatnya. Ia menatap ke arah jalan yang kosong, memikirkan apa yang baru saja terjadi. Suasana di sekelilingnya tiba-tiba terasa lebih dingin, lebih gelap.

Beberapa saat kemudian, suara motor Tama terdengar dari kejauhan. Tama tiba dengan wajah yang tampak sedikit pucat, jelas ada sesuatu yang mengganggunya.

“Galang,” kata Tama tergesa-gesa, bahkan sebelum ia mematikan mesinnya. “Cancer Claws ada di bengkel pusat tadi. Mereka nggak bilang apa-apa, tapi aku yakin mereka ngikutin aku sampai setengah jalan ke sini.”

Galang menatap Tama dengan serius. “Aku sudah tahu,” katanya pelan. “Mereka mengirim orang untuk menyampaikan pesan. Bos mereka ingin bertemu malam ini di pelabuhan tua.”

Wajah Tama berubah cemas. “Galang, ini jelas jebakan. Mereka nggak pernah main adil. Cancer Claws terkenal karena kelicikannya. Mereka bisa bikin kita kalah bahkan sebelum pertarungan dimulai.”

“Aku tahu,” jawab Galang. “Tapi aku tidak punya pilihan. Kalau aku tidak datang, mereka akan terus mengejar kita.”

Tama mengepalkan tinjunya. “Kalau begitu, aku ikut.”

Galang menggeleng. “Tidak. Mereka ingin aku datang sendiri. Kalau mereka melihatmu, itu hanya akan memberi mereka alasan untuk menyerang lebih dulu.”

“Tapi—”

“Percayalah padaku,” potong Galang. “Aku akan menyelesaikan ini.”

Malam itu, pelabuhan tua menjadi panggung utama untuk pertemuan yang akan menentukan langkah selanjutnya. Tempat itu gelap dan suram, diterangi hanya oleh lampu neon yang berkedip-kedip di beberapa sudut. Tumpukan kontainer yang menjulang tinggi menciptakan bayangan panjang yang tampak mengintimidasi.

Ketika Galang tiba, suara motor-motor besar menyambutnya. Puluhan anggota Cancer Claws telah berkumpul, membentuk lingkaran di sekitar lintasan sempit yang mereka buat sendiri. Di tengah kerumunan, berdiri seorang pria bertubuh kekar dengan kepala plontos dan tato kepiting besar di lengannya.

Itulah Andra ‘Crab’ Sujana, pemimpin Cancer Claws. Meskipun tubuhnya lebih pendek daripada kebanyakan anak buahnya, auranya terasa lebih kuat, lebih menekan. Ia mengenakan jaket kulit gelap, dan senyum liciknya membuatnya terlihat lebih berbahaya.

“Selamat datang, Galang,” kata Andra sambil melangkah maju. “Aku sudah dengar banyak tentangmu. Kau membuat banyak orang di sini penasaran.”

Galang turun dari motornya dengan tenang. “Apa yang kau inginkan?” tanyanya langsung.

Andra tertawa kecil. “Aku suka caramu bicara. Langsung ke intinya. Baiklah, aku tidak akan buang waktu. Aku ingin tahu apakah semua cerita tentangmu itu benar. Kau telah mengalahkan dua geng besar, tapi Cancer Claws bukan mereka. Kami lebih dari sekadar geng motor.”

“Aku tidak peduli dengan omong kosong itu. Katakan apa yang kau rencanakan.”

Andra menyipitkan matanya. “Satu balapan. Satu pertarungan. Kalau kau menang, kami akan meninggalkanmu dan temanmu. Tapi kalau kau kalah...” Ia berhenti sejenak, membiarkan kata-katanya menggantung di udara. “Dojo dan bengkel itu akan menjadi milik kami.”

Galang menatapnya dengan mata tajam. “Baik,” katanya akhirnya. “Aku terima tantanganmu.”

1
penadau
keren banget, di tunggu updatenya!
Banu Sahaja: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Focarix
Semangat bang cerita nya bagus
Banu Sahaja: terima kasih banyak, tunggu updatean selanjutnya yaa...cerita ini adalah salah satu cara saya untuk pulih
total 1 replies
Sara la pulga
Sumpah keren banget, saya udah nungguin update tiap harinya!
Banu Sahaja: makasih banyak yaa, aku nangis baca komen ini
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!