Setelah menjatuhkan talak pada Amira, Reifan menyesalinya. Reifan ingin merujuk Amira, setelah dia tahu kalau perceraian mereka terjadi hanya karena kesalahpahaman. Selama ini Amira hanya di fitnah oleh ibu mertuanya. Dan setelah Reifan mengetahui hal itu, Reifan menyesal dan ingin menebus kesalahannya dengan merujuk Amira. Namun tanpa sadar Reifan telah mentalak Amira sebanyak tiga kali, sehingga tidak bisa membuat mereka rujuk lagi kecuali Amira menikah lagi dengan lelaki lain dan bercerai dengan lelaki itu.
Apa yang akan Reifan lakukan untuk bisa kembali dengan Amira?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pujian untuk Aditya
Pagi ini, Aditya sudah berada di dapur. Seperti yang biasa Aditya lakukan saat di rumah orang tuanya. Dia selalu membantu ibu dan adiknya mengerjakan pekerjaan rumah termasuk memasak.Aditya memang pandai memasak. Karena sejak kecil dia rajin membantu ibunya dalam urusan dapur. Apalagi dulu orang tua Aditya pernah punya usaha warung makan. Dan Aditya dari kecil sudah ikut membantu orang tuanya di warung makan.
Bik Atun terkejut saat melihat Aditya.
"Pak Aditya, apa yang sedang Pak Aditya lakukan di sini?" tanya Bik Atun.
Aditya menatap Bik Atun lekat.
"Bibik nggak lihat, kalau saya sedang memasak."
"Memasak? Pak Aditya bisa masak?"
"Apa yang tidak bisa saya lakukan Bik. Apapun akan saya lakukan asal bisa membuat istri dan anak saya senang."
Bik Atun tersenyum.
"Tapi memasak kan seharusnya menjadi tugas saya Pak di rumah ini."
"Tidak apa-apa. Bibik kerjakan pekerjaan yang lain saja. Biar saya yang memasak."
Bik Atun kemudian pergi meninggalkan dapur. Sementara Aditya melanjutkan memasaknya.
"Mama ayo bangun. Kayla mau mandi. Kayla kan harus berangkat sekolah," ucap Kayla saat membangunkan Amira.
Amira mengerjapkan matanya. Dia terkejut saat melihat anaknya sudah terbangun.
"Kamu sudah bangun Nak? Jam berapa ini?" tanya Amira sembari beringsut duduk.
Amira menatap jam dinding. Amira terkejut saat melihat waktu sudah menunjukkan jam enam pagi.
"Apa! sudah jam enam. Jadi Mama kesiangan Kay."
Kayla mengangguk.
"Maaf ya Kay, Mama kesiangan. Mama harus ke dapur untuk menyiapkan bekal untuk kamu ke sekolah," ucap Amira.
Amira buru-buru turun dari tempat tidurnya. Amira melangkah ke kamar mandi untuk mandi dan membersihkan tubuhnya. Setelah itu Amira buru-buru pergi ke dapur.
Amira terkejut saat melihat dapur sudah tampak rapi. Di meja makan juga sudah tampak banyak makanan.
"Tumben jam segini Bik Atun sudah selesai memasak," ucap Amira.
"Bik...! Bibik...!" seru Amira.
Bik Atun yang dipanggil buru-buru menghampiri Amira.
"Iya Bu. Ada apa?"
"Maaf ya bik aku kesiangan. Baru saja aku mau bantuin bibik di dapur. Eh, ternyata bibik sudah selesai memasak."
Bik Atun tersenyum.
"Ini semua bukan bibi yang memasak Bu. Tapi Pak Aditya."
"Aditya?"
"Iya. Waktu bibik bangun, Pak Aditya sudah ada di dapur. Dan dia menyuruh bibik untuk mengerjakan pekerjaan yang lain."
"Aditya pintar masak?"
"Sepertinya begitu Bu."
"Terus, bekal makan Kayla apa bibi sudah siapin?"
"Pak Aditya juga sudah menyiapkan bekal untuk Kayla Bu. Ada sosis sama naget untuk bekal hari ini."
"Sekarang Aditya mana?" tanya Amira sembari menatap sekeliling.
"Pak Aditya sudah kembali ke kamarnya Bu. Dia mungkin lagi mandi," jawab Bik Atun.
"Oh, ya udah. Aku mau mandiin Kayla dulu ya bik."
Bik Atun mengangguk.
Setelah Kayla mandi, dan dia sudah memakai seragam lengkap, Amira membawa Kayla ke ruang makan.
"Sayang, kita makan dulu ya," ucap Amira sembari menarik kursi untuk Kayla duduk.
"Iya Ma." Kayla kemudian duduk di kursi itu.
Beberapa saat kemudian Aditya datang menghampiri ruang makan.
"Aditya, kamu yang sudah masak semua ini?" tanya Amira.
"Iya. Emang kenapa Mir?" tanya Aditya sembari menarik kursi dan duduk di atasnya.
"Em Aditya, kenapa kamu harus repot-repot memasak sih. Kan itu sudah menjadi tugas Bik Atun dan aku."
Aditya tersenyum.
"Nggak apa-apa Amira. Aku cuma mau bantu kamu aja Amira. Tadi malam, kamu sepertinya lelah banget. Aku nggak mau kamu kecapean. Nanti kamu sakit. Kalau kamu sakit, siapa yang akan jagain Kayla."
"Iya memang kemarin aku sedikit lelah."
"Ayo duduk Amira dan cicipi masakan aku," pinta Aditya.
Amira tersenyum. Setelah itu dia duduk di dekat Kayla untuk sarapan.
"Hem, Dit. Masakan kamu enak. Sepertinya masakan kamu lebih enak dari masakan aku," ucap Amira setelah dia mencicipi masakan Aditya.
Aditya tersenyum tipis.
"Masa sih. Menurut aku masakan aku biasa aja rasanya."
"Dit, aku nggak nyangka, kamu bisa masak seenak ini. Jarang banget lho, cowok bisa masak. Mas Reifan aja nggak bisa masak. Bumbu dapur aja dia sama sekali tidak tahu. Kamu belajar dari mana Dit soal masak memasak?" tanya Amira penasaran .
"Kebetulan dulunya orang tuaku punya warung makan sendiri. Aku sering banget bantuin orang tuaku di warung makan. Tapi setelah ayahku meninggal, warung makan itu bangkrut. Dan kehidupan keluargaku lumayan susah waktu itu," jelas Aditya.
"Oh... Itu sebelum kamu kerja di kantornya Mas Reifan ya?" terka Amira.
"Yah begitulah Amira. Roda kehidupan itu terus berputar. Terkadang kita tidak akan di atas terus. Ada kalanya kehidupan kita itu akan di bawah. "
"Iya. Benar itu Dit. Kehidupan itu memang ada pasang surutnya."
"Sekarang aku sudah nggak takut terlambat lagi Amira. Karena rumah ini nggak jauh dari kantor. Aku juga bisa jalan kaki, nggak perlu naik mobil,".
"Iya."
Setelah menikah dengan Amira, Reifan juga mengizinkan Aditya untuk tinggal bersama Amira dan Kayla di rumah baru. Tampaknya Reifan itu sangat percaya pada Aditya asistennya. Namun itu tidak akan berlangsung lama. Karena Reifan hanya memberi waktu pada Aditya dan Amira tiga bulan.
Selesai sarapan, Amira bangkit dari duduknya. Dia kemudian membereskan meja makan dan membawa piring-piring kotor itu ke dapur.
"Kay, kamu sudah siap?" tanya Aditya menatap Kayla lekat.
"Sudah Om."
"Kamu mau Om antar ke sekolah?"
"Aku mau sama Mama aja Om."
"Oh iya, maksud Om nanti Om yang antar kamu dan mama kamu. Biar kalian nggak usah naik taksi."
"Iya Om."
Amira kembali menghampiri ruang makan. Dia tersenyum saat melihat Aditya dan Kayla.
"Amira, kamu tidak perlu naik taksi. Karena mulai sekarang aku adalah sopir pribadi kamu dan Kayla. Aku akan selalu siap untuk mengantar kamu dan Kayla kemana saja kalian mau."
"Makasih ya Dit."
Aditya mengangguk.
Setelah semua siap, Aditya, Amira dan Kayla keluar dari rumahnya. Mereka melangkah menuju garasi untuk mengambil mobilnya. Setelah itu mereka pun meluncur pergi meninggalkan rumah.
Aditya masih fokus menyetir. Tiba-tiba ponsel Aditya berdering. Aditya terkejut saat mendapat panggilan dari Reifan.
Pak Reifan ngapain nelpon. Apa dia sudah sampai di kantor. Sebentar lagi akan ada meeting penting di kantor. Aku harus datang tepat waktu. Kalau nggak, Pak Reifan bisa marah besar sama aku. Tapi aku juga harus nganter Kayla ke sekolah dulu, batin Aditya.
"Siapa Dit yang nelpon? kenapa kamu nggak angkat?" tanya Amira.
"Ini dari Pak Reifan Amira."
Amira dan Kayla terkejut saat mendengar ucapan Aditya.
"Papa, apa itu telpon dari Papa Om? boleh aku bicara sama Papa Om?" tanya Kayla.
"Iya iya. Nanti Om dulu yang bicara sama Papa kamu."
Aditya mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan dari Reifan..
"Halo Pak Reifan."
"Kamu ada di mana sekarang Dit?"
"Saya lagi ada di perjalanan menuju sekolah Pak."
"Kamu mau ke sekolah? Mau nganter Kayla."
"Iya Pak. Apa bapak sudah sampai kantor?"
"Iya. Saya lagi dalam perjalanan. Sebentar lagi sampai kantor."
Papa...
"Itu seperti suara Kayla. Boleh aku bicara dengan Kayla."
"Iya Pak."
Aditya kemudian memberikan ponselnya pada Kayla.