seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28
Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya sampai di rumah Pita.
Pita turun dari mobil Delvin, lalu mengucapkan terima kasih kepada mereka. Nabillah membalas dengan senyuman hangat sebelum Delvin segera melajukan mobilnya kembali, meninggalkan rumah Pita. Pita yang melihat mobil Delvin menjauh hanya tersenyum miring, menyembunyikan perasaannya.
Di dalam mobil, suasana hening. Delvin terus-menerus melirik Nabillah yang bersandar di kaca jendela, terlihat lelah.
"Kamu sudah makan?" tanya Delvin tiba-tiba, memecah keheningan.
Nabillah menggeleng, membuat Delvin langsung memberhentikan mobil di pinggir jalan.
"Kenapa, Kak?" tanya Nabillah, sedikit terkejut dengan aksi Delvin.
"Kenapa belum makan?" balas Delvin tegas, menatap Nabillah serius.
"Kakak marah sama aku," jawab Nabillah dengan nada sedikit ketus.
"Apa hubungannya?" tanya Delvin bingung.
"Tadi aku mau ngajak Kakak makan, tapi Kakak bilang sudah makan," jawab Nabillah.
"Astaga, sayang. Aku marah wajar dong," ucap Delvin sambil menghela napas panjang.
"Kakak marah kenapa, sih?" tanya Nabillah lagi, lebih lembut.
"Aku nggak suka kamu terlalu dekat sama pria itu," jawab Delvin dengan nada tegas.
Nabillah langsung mengerti maksud Delvin. "Astaghfirullah, Kak. Aku sama dia cuma rekan kerja, nggak lebih," ucapnya, mencoba meyakinkan Delvin.
"Ya, tapi tetap saja aku nggak suka. Aku cemburu, sayang," balas Delvin jujur.
Nabillah tersenyum kecil mendengar pengakuan Delvin. Rasa cemburu Delvin membuatnya merasa dihargai.
"Dan satu lagi, jangan terlalu dekat sama Pita, ya. Aku juga nggak suka kamu terlalu sering dengannya," lanjut Delvin, membuat Nabillah terkejut.
"Kak, Pita itu sahabat aku," jawab Nabillah, membela diri.
"Aku tahu. Tapi aku tetap nggak suka. Aku cuma mau kamu hati-hati. Aku nggak mau ada orang lain, siapa pun itu, mengambil perhatian kamu dariku," ujar Delvin serius, tetapi tetap lembut.
Nabillah menghela napas, lalu menatap Delvin dengan lembut. "Kak, kamu tahu aku cuma milik kamu, kan? Aku nggak akan ninggalin kamu buat siapa pun, apalagi Pita."
Delvin tersenyum kecil, lalu mengelus kepala Nabillah dengan lembut. "Baiklah. Aku cuma ngingetin. Aku sayang banget sama kamu."
Mobil kembali melaju, suasana di antara mereka terasa lebih tenang setelah percakapan itu. Meskipun Delvin sering merasa cemburu, Nabillah tahu itu adalah bentuk rasa sayang yang besar darinya.
Setelah beberapa saat, mereka tiba di sebuah restoran, mengingat Nabillah belum makan sejak pagi.
"Kamu mau pesan apa, sayang?" tanya Delvin sambil menyerahkan menu kepada Nabillah.
Nabillah menerima menu itu, lalu membaca daftar makanan dengan seksama. "Aku mau ayam panggang sama es teh manis aja, Kak," jawabnya sambil tersenyum.
Delvin memanggil pelayan, lalu memesan makanan untuk mereka berdua. "Ayam panggang satu, es teh manis satu, dan untuk saya, steak sapi medium rare sama kopi hitam, ya," katanya kepada pelayan.
Setelah pelayan pergi, Delvin menatap Nabillah yang sedang memperbaiki rambutnya yang sedikit berantakan. "Kamu tahu, sayang, kamu tetap cantik walaupun lagi lapar," ucapnya tiba-tiba.
Nabillah tersipu dan menundukkan wajahnya. "Kakak ini, ada-ada aja," balasnya malu-malu.
Delvin tertawa kecil, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Aku cuma jujur. Aku sayang banget sama kamu."
"Terima kasih, Kak. Aku juga sayang banget sama Kakak," jawab Nabillah lembut, sambil menggenggam tangan Delvin di atas meja.
Mereka menikmati momen itu sambil menunggu makanan datang, merasakan hubungan yang semakin erat setelah melewati berbagai hal bersama.
Setelah selesai makan, Delvin kembali mengemudikan mobil, membawa Nabillah pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, mereka langsung disambut oleh ibu Nabillah yang sudah menunggu di depan pintu.
Nabillah tersenyum hangat, kemudian bersalaman dan memeluk ibunya erat untuk melepas rindu yang sudah lama dipendam.
"Akhirnya kalian sampai juga," ucap Ibu Nabillah setelah melepaskan pelukan dari putrinya. Wajahnya tampak lega melihat Nabillah kembali.
Delvin, yang berdiri di belakang Nabillah, tersenyum ramah dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan ibu Nabillah.
"Bagaimana perjalanan kalian? Lancar, kan?" tanya Ibu Nabillah sambil mengarahkan mereka masuk ke dalam rumah.
"Lancar, Bu. Alhamdulillah," jawab Nabillah sambil mengangkat koper kecilnya.
"Delvin, terima kasih sudah mengantar Nabillah pulang. Kamu istirahat dulu, ya, di sini. Nanti kita makan bersama," ujar Ibu Nabillah dengan ramah.
"Terima kasih, Ibu. Senang bisa antar Nabillah," balas Delvin sopan, sambil menatap Nabillah sekilas, yang tersenyum kecil di sampingnya.
Setelah itu, mereka masuk ke ruang tamu, dan suasana rumah terasa hangat dengan obrolan ringan di antara mereka. Nabillah merasa bahagia bisa kembali ke rumah bersama orang-orang yang ia sayangi.
TBC....