NovelToon NovelToon
Dosenku, Tamu Pertamaku

Dosenku, Tamu Pertamaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Dosen
Popularitas:10.5k
Nilai: 5
Nama Author: By.dyy

Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.

Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.

Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bohong

"Sa, makasih ya. Semoga usaha kamu, bisa buat Papamu sembuh."

Sebuah ungkapan yang pada saat itu membuat dada Alysa sesak. Andai ibunya, Yuni. Mengetahui bagaimana Alysa mendapatkan uang untuk biaya operasi Satria, apakah Yuni akan sama mengucapkan hal demikian?

Alysa tidak bisa membayangkan bagaimana Yuni kecewa terhadap dirinya nanti, ketika ia mengetahui semuanya. Ia putri Yuni yang sangat dibanggakan, ketika bersama teman-temannya ia tidak segan akan menunjukkan bagaimana putrinya sangat berprestasi diberbagai bidang yang ia geluti. Ia seorang ibu yang hanya ingin melihat hidup gadis kecilnya tumbuh dengan baik serta berbahagia dalam menjalani hidupnya.

Namun, semua itu harus hancur karna keputusan Alysa sendiri. Alysa pikir, setelah menikahlah nantinya ia akan belajar untuk hidup mandiri. Rupanya, dugaannya salah besar. Sebelum hari pernikahan impian itu tiba, realita hidup lebih dulu menamparnya sangat jauh dari impian-impian yang Alysa inginkan.

Alysa tidak tahu, ujian yang ia hadapi sekarang akan sepadan dengan balasan apa yang akan Tuhan beri untuk dirinya dapatkan dimasa mendatang, misal mendapat suami yang baik yang nantinya membahagiakan dirinya. Semoga saja, bukankah impian-impian itu berawal dari doa-doa baik yang diharap?

"Mamah bangga sama kamu, kamu udah besar sekarang." lagi Yuni mengutarakan kebanggaannya.

Alysa mengukir senyum. Ditatapnya mata Yuni, maka dengan sangat cepat ia mendapati kantong mata yang hitam, wajah yang lelah serta senyuman kecil nan getir. Ya Tuhan, Alysa benar-benar merindukan masa jaya orang tuanya. Dirinya tidak sanggup melihat Yuni yang biasa menyibukkan diri berperawatan mahal, sekarang terlihat sangat kusut, meski tidak menghilangkan wajahnya yang cantik di usianya sekarang.

"Iyalah, masa aku kecil terus." sahut Alysa.

Yuni tertawa kecil sambil meraih memeluk tubuh Alysa. "Nanti kalau papa sudah sembuh, mamah bakal cerita kalau putri kecilnya, kebanggannya ini sudah sangat mandiri, bisa cari uang sendiri bahkan bisa bayar uang rumah sakit papanya." terang Yuni.

"Harus kalo itu mah. Biar papah izinin Alysa keluar Negri sendiri." ucap Alysa diikuti cengiran kecil.

Yuni menyatukan Alisnya tidak terima. "Kalau itu juga mamah setuju sama papa. Kita gak bisa jauh." timpal Yuni.

Alysa tersenyum menanggapi. Sedangkan hatinya terus memohon ampun, karna sudah mengecewakan kedua orang tuanya. Tepat saat Alysa masih berpelukan dengan ibunya Sahabatnya, Tika datang.

"Hallo, selamat sore." ucap Tika.

"Tika, sini masuk." titah Yuni sembari melepaskan pelukan dari Alysa.

"Aduh kayanya aku ganggu deh," Melihat Alysa dan Yuni tengah berpelukan sebagai seorang Ibu dan Anak.

"Enggak." Yuni merangkul Tika. "Makasih ya, udah mau nemenin Alysa."

"Sama-sama tante. Aku bawa makanan. Nasi padang." bisik Tika pada Yuni.

Alysa tersenyum melihat keakraban Ibu dengan sahabatnya.

"Makasih ya. Tapi, makananya kamu yang makan aja sama Alysa. Tante harus pulang dulu, Soalnya mau ganti pakaian. Kamu temenin Alysa ya, dia kebetulan belum makan. Kalau tante udah selesai dari tadi."

Tika mengangguk. Setelah itu Yuni mempersilakan Tika untuk duduk. Sedangkan dirinya bersiap untuk pulang.

"Mamah pulang dulu, titip papa ya. Kalau ada apa-apa cepet telpon mamah." titah Yuni sambil melakukan cipika-cipiki pada kedua anak gadisnya.

Sudah yakin Yuni tidak ada dalam ruangan. Tika semakin mendekatkan diri pada tubuh Alysa. "Gimana kedaan bokap lo?" tanya Tika cemas.

"Papah baru selesai Operasi siang tadi. Bersyukur semuanya berjalan lancar. Mungkin, kedepannya tinggal tahap pemulihan aja." ucap Alysa.

"Sukurlah, semoga om Satria cepet sembuh lagi." Tutur Tika. "Dan... Lo bener-bener lakuin hal itu?" tanya Tika hati-hati.

Alysa menengok kebelakang, ke tempat Satria terbaring. Kemudian membawa kresek hitam makanan yang dibawa Tika, sekaligus membawa tangan Tika keluar dari ruang rawat inap.

"Kita bicara disini." Alysa membawa Tika keluar ruangan. Keduanya kini duduk di kursi besi panjang, masih dekat dengan kamar Satria. Jadi, semisal terjadi sesuatu dirinya masih bisa menjangkaunya lebih cepat.

"Jadi?" tanya Tika penasaran.

"Iya seperti yang lo liat." ucap Tika.

"Lo bener tidur sama pelanggan pertama lo itu?" tanya Tika.

Alysa melirik tidak suka atas kalimat yang keluar dari mulut Tika. Mungkin benar, Alysa melakukan tindakan kurang baik, tapi ia tidak terima kalau ada orang yang mengucapkannya langsung pada dirinya.

"Sorry gue cuma mau memastikan aja," kata Tika.

Alysa mengangguk. "Seperti yang lo liat, gue bisa bayar uang rumah sakit bokap gue."

Tika memeluk Alysa. "Maafin gue ya."

Alysa menggelengkan kepala. "Bukan salah lo, itu keputusan yang gue buat sendiri."

"Tapi, semuanya bakal aman, kan? Maksud gue, orang itu gak bakal cerita sama siapapun atas kejadian ini?" tanya Tika.

Pikiran Alysa seketika mengingat Reyhan. Sepertinya, Alysa bisa percaya kalau tidak ada orang lain yang mengetahui semua ini selain keduanya, selain karna Alysa adalah mahasiswinya, Reyhan juga yang harus menjaga reputasinya sebagi Dosen. Maka, dengan fakta tersebut, keduanya bisa sama-sama diuntungkan dalam hal ini.

"Aman si harusnya."

"Dia pasti kaya banget, tapi tua, jelek, berkumis terus perutnya buncit, emang gak tau diri om-om begitu, tuh." oceh Tika.

Alysa mengulas senyum, bukan karna mendengar ocehan Tika. Sebaliknya, ia kembali mengingat Reyhan. Apa yang menjadi dugaan Tika semuanya salah. Apalagi soal fisik, Reyhan sangat jauh dari perkiraan Tika. Bahkan, Alysa bisa membayangkan, kalau Reyhan tua-pun ia akan tetap memiliki tubuh yang indah dan bugar, setelah melihat bagaimana kerasnya otot perut Reyhan malam tadi."

Tika yang kebingungan atas sikap Alysa yang mendadak diam sambil tersenyum kecil, segera menggoyangkan tubuh Alysa. "Kenapa?" tanya Tika.

"Gak."

"Ko senyum-senyum. Lo ketagian ya?" tanya Tika dengan nada bercanda.

Alysa menggelangkan kepala tidak percaya. "Mana mungkin, yang ada gue ga mau ngulang seumur hidup gue lagi." kata Alysa.

"Terus kenapa lo senyum-senyum?"

"karna pak Tua itu." kata Alysa.

"Emang siapa namanya? Siapa tau gue kenal? Dia pejabat? Pengusaha? Atau kerja apa?" tanya Tika beruntun.

Alysa ingin sekali menjawab kalau Tika juga mengenali pelanggan pertamanya. Ia bahkan terbilang dekat, karna sering menggoda Dosen muda itu. Saking, tampannya bisa ia gunakan sebagai penyemangat belajar. Namun, sebisa mungkin Alysa tidak akan bercerita Reyhan pada siapapun, termasuk Tika.

"Gue ga banyak nanya sih. Yang gue tau dia punya duit buat bayar gue." ucap Alysa.

"Iya juga sih. Udah ga usah dipikirin, kita makan aja." selesai mengucapkan hal itu Tika membuka dua bungkus nasi padang. Satu untuk dirinya, sedangkan satunya lagi untuk Alysa. Tapi, sebelum itu Tika terlebih dahulu memfotonya.

"Ya ampun," komentar Alysa.

"Gak apa-apa buat kenang-kenangan."

Alysa tersenyum senang. Dirinya tidak mengira bahwa dirinya akan sangat dekat dengan Tika. Padahal keduanya dahulu adalah rival dalam banyak kompetisi menari, bernyanyi, modeling, sampai lomba masuk universitas impian ini.

"Enak?" tanya Alysa pada Tika yang sudah lebih dahulu mencicipi nasi padang bawaannya.

"Banget."

Usai menghabisakan nasi padang, keduanya kembali kedalam ruangan. Alysa duduk dekat Satria, sedangkan Alysa duduk di meja tamu, yang tertidur akibat kekenyangan.

Alysa terus menyapu halus tangan Satria yang kini hanya sudah tersisa hanya satu jarum infus ditangan. Berbeda dengan kemarin, selang hingga kabel kecil yang tidak diketahui namanya oleh Alysa terpasang cukup banyak dibadan Satria, sebagai alat bantu Satria untuk bertahan hidup.

Dalam keheningan ruangan, sebuah pesan masuk pada gawai milik Alysa. Satu pesan ia terima dari Reyhan.

"Alysa aku tunggu di Aparteman. Aku kirim alamatnya sekarang."

1
Muhamad Ezar raditya
lanjut thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
By.dyy: siappp, stayyy yaaa
total 1 replies
Maira_ThePuppetWolf
ceritanya jagat banget thor, author harus lanjutin!
By.dyy: Ditunggu yaa. Terima kasih sudah membaca
total 1 replies
Blue Persona
Thor, saya ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya!
By.dyy: Hai ka, saya sudah up ya. Selamat membaca:)
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!