Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19 - Buka baju?
\*\*\*
Flashback...
Juli keluar dari kamar Bian sambil mengoceh yang mengatakan jika Raisa adalah janda gatal penggoda pria. Hal itu terdengar secara tidak langsung oleh Bian yang hendak turut keluar melihat keberadaan Raisa, lalu ia mengurungkan niatnya itu karena sesuatu yang dia dengar dari Juli.
Waktu sekarang...
Raisa berada dalam situasi sulit saat berusaha keluar dari bak mandi yang membenamkan tubuhnya. Dia merasakan rasa terjepit dan tertekan, namun dengan usaha dan ketekunan, akhirnya dia berhasil melepaskan diri dan keluar dari bak mandi.
Namun, ketika dia berdiri di pinggir bak mandi, dia menyadari bahwa tubuhnya masih basah dan air terus bercucuran darinya.
Raisa merasa dilema, karena dia tahu bahwa tidak mungkin baginya untuk keluar dari kamar mandi Bian dalam keadaan basah kuyup seperti itu. Dia tidak ingin mengotori kamar atau membuat Bian marah.
Raisa berdiri di sana, memikirkan solusi untuk masalah ini. Dia mencari handuk di sekitar kamar mandi, namun tidak menemukan apa pun. Dalam keputusasaan, dia berpikir sejenak.
Kemudian dia mengambil beberapa tisu toilet dan mulai menepuk-nepuk tubuhnya dengan lembut untuk menyerap sebanyak mungkin air yang ada. Meskipun tidak sempurna, tindakan ini setidaknya membantu mengurangi kelembaban pada tubuhnya.
Setelah cukup puas dengan upayanya, Raisa memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Dia berharap bahwa sedikit kelembaban yang tersisa tidak akan terlalu mencolok atau membuat kamar menjadi kotor.
"Aku harap tuan Bian tidak ada di kamarnya," gumamnya.
Bela membuka pintu kamar mandi dan sedikit mengintip. Dia merasa senang karena tidak melihat Bian di kasurnya dan mencoba keluar.
Ketika Raisa keluar dari kamar mandi, dia berusaha untuk berjalan dengan hati-hati dan menghindari kontak langsung dengan permukaan yang sensitif atau berpotensi meninggalkan bekas basah. Dia merasa gugup dan waspada, berharap tidak menimbulkan kerusakan atau membuat Bian marah.
"Ini juga salahnya, kenapa dia menjeburkan aku ke dalam bak! Aku tidak habis pikir padanya, sebenarnya apa maksudnya?."
Setelah berhasil keluar dari kamar Bian tanpa membuat kekacauan di dalamnya, Raisa memutuskan untuk mencari solusi lain untuk mengeringkan tubuhnya.
Dia sadar bahwa jika dia menuju kamarnya, air yang tersisa pada tubuhnya akan terus bercucuran dan mengotori lantai. Selain itu, balkon atap terletak lebih dekat, memberinya akses yang lebih cepat untuk mengeringkan diri.
Dengan langkah hati-hati, Raisa berjalan menuju pintu menuju balkon atap. Dia berharap tidak bertemu dengan siapapun di sepanjang jalan, karena dia ingin menjaga privasinya dan menghindari keadaan yang memalukan.
"Aku akan kunci pintu ini dulu agar tidak ada orang yang masuk, dan aku harap bajuku yang di jemur masih ada, aku sudah kedinginan... 😖."
Setibanya di balkon atap, Raisa melihat sinar matahari yang tinggal sedikit karena hampir senja dan angin sepoi-sepoi yang membuatnya semakin menggigil.
Dia merasa lega karena menemukan tempat yang tepat untuk mengeringkan tubuhnya tanpa mengganggu kebersihan di dalam rumah.
Raisa membiarkan sinar matahari menghangatkan tubuhnya walau hanya sedikit, sementara angin mengeringkan air yang tersisa.
Dia berdiri di balkon atap, merasakan kelembutan angin yang menyentuh kulitnya. Raisa memanfaatkan momen ini untuk bersantai sejenak, menikmati pemandangan sekitar dan merasakan ketenangan yang datang dari dalam dirinya.
"Kok makin dingin ya? Aku harus cari baju ganti nih...."
Raisa mengecek baju yang dia jemur di antara pakaian lain yang masih bergantungan di sana. Setelah mencari sebentar, dia menemukan baju yang diinginkannya dan langsung meraihnya untuk segera dipakai.
Tanpa pikir panjang, Raisa mulai melepaskan pakaian yang sedang dia kenakan. Dia merasa aman dan nyaman di balkon karena dia mengira tidak ada orang di sekitarnya.
Namun, tanpa Raisa sadari Bian yang juga berada disana tanpa sengaja melihat aktivitas Raisa. Bian merasa sangat canggung dan tidak tahu harus berbuat apa dan mengusap wajahnya kasar.
Bian buru-buru menoleh ke sisi lain dan berusaha untuk tidak memperhatikan apa yang terjadi di arah yang tidak jauh darinya. Dia merasa bersalah karena tanpa sengaja melihat tubuh Raisa dalam keadaan hampir polos.
"Apa yang di lakukan gadis itu? Bisa-bisanya dia sembarangan membuka baju," batin Bian dengan perasaannya yang membludak-budak setelah menyaksikan pemandangan yang luar biasa he he...
Setelah berganti baju dan merasa siap, Raisa turun dari sana dengan langkah cepat. Dia bergegas menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Sementara itu, Bian masih membelakangi Raisa dengan berbagai kata yang terperangkap di hatinya. Dia merasa bingung dan terjebak dalam perasaan campur aduk setelah menyaksikan Raisa berganti baju secara tidak sengaja. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan dan emosi yang sulit untuk diungkapkan.
Dalam keheningan yang tak tertahankan, Bian akhirnya memutuskan untuk berbalik namun ia tidak melihat keberadaan Raisa yang sudah pergi sedari tadi tanpa menyadari keberadaannya.
"Dia pergi begitu saja? Oh God...."
Setelah tiba di lantai bawah dan hampir mencapai kamarnya, tiba-tiba Raisa dihadang oleh Juli. Juli dengan cepat mendekati Raisa, wajahnya penuh dengan ekspresi yang tidak puas.
"Wah wah wah... Ada apa ini? Masuk ke kamar pakai baju putih, keluar kamar pakai baju hitam... Jangan bilang tuan Bian menyuruhmu mengganti baju di hadapannya?!."
"Apa maksudmu Juli?."
"Ya ya ya... kau tidak perlu menjelaskan apapun padaku, karena kamu sudah dengan jelas mengatakannya dengan cara seperti ini, dasar wanita ja*ang!."
Tanpa memberikan kesempatan pada Raisa untuk menjelaskan apa pun, Juli langsung mulai mencela Raisa dengan berbagai alasan.
Dia menyebutkan kekurangan-kekurangan yang menurutnya dilakukan oleh Raisa dalam pekerjaan mereka, memperbesar masalah kecil menjadi masalah besar.
Raisa, terkejut dengan sikap tiba-tiba Juli, mencoba menjelaskan bahwa dia baru saja mengalami kejadian yang memalukan di kamar Bian, dan dia berharap dapat mengatasi masalah tersebut dengan tenang.
Namun, Juli tidak memberikan kesempatan baginya untuk berbicara dan terus menerus mencela tanpa henti. Raisa merasa frustasi dan kesal dengan sikap Juli yang begitu menghinanya, namun dia memilih untuk tetap tenang dan tidak memperburuk situasi dengan menanggapi dengan kemarahan.
Sementara itu, beberapa art lainnya yang berada di sekitar juga melihat kejadian ini dan menjadi tidak nyaman dengan sikap Juli yang terlalu agresif.
Akhirnya, Bela yang juga menyaksikan kejadian ini, mengambil langkah majikan yang bijak dan tegas. Dia menegur Juli dengan keras, mengingatkannya untuk bersikap sopan dan tidak menyimpang dari aturan kerja yang telah ditetapkan.
"Aku tidak suka pada orang yang mengintimidasi orang lain! Kalian harusnya bekerja sama bukan saling mencela, mengerti?...."
Mendengar teguran Bela, Juli merasa takut jika ia akan di pecat dari pekerjaannya. "Juli, cepat minta maaf pada Raisa, dan jangan mengulanginya," perintah Bela.
Juli pun meminta maaf kepada Raisa meskipun dengan terpaksa. Ia hanya tidak ingin majikannya itu memberi penilaian buruk padanya dan memecatnya dari pekerjaan yang sudah lama ia geluti itu.
"Awas kamu Raisa, aku tidak akan membiarkanmu merasa menang."
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍