"Untuk hidupku sendiri, akan ku lakukan apapun yang bisa dilakukan, agar dapat bertahan hidup di dunia Aneh ini." ( Athena / Phoenix)
*****
'Phoenix'. Sebuah nama samaran dari seorang pensiunan yang bekerja sebagai psikolog kriminal.
Ia telah lama bekerja sama dengan para penyelidik di kepolisian untuk mengungkap banyak pelaku kejahatan. Banyak penghargaan serta mendali emas yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya.
Namun, hal itu tidak menyebabkan semua orang senang dengan kemampuan prediksinya. Terutama para penjahat yang telah di tangkapnya.
Pada akhirnya, Phoenix harus pasrah menerima kematiannya di tangan salah satu penjahat yang sempat ia tangkap.
Tapi..... Benarkah Phoenix benar-benar mati?
Atau takdir malah memberikan kesempatan kedua padanya untuk hidup di dimensi lain?
Simak kisahnya dalam cerita ini.
😌😌😌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10. Gadis yang meminta jatah perbekalan.
"Tampaknya hujan tidak akan reda hari ini." ucap Athena sambil memandang jendela di samping.
Meja makan sengaja diletakkan di samping jendela bangunan, agar mereka tetap waspada kalau-kalau terjadi sesuatu di tempat mereka menginap.
"Hmm, hujan bahkan tidak pernah berhenti sejak tadi malam." ucap Daniel berkomentar.
Semua orang duduk dengan hikmat dalam satu meja. Tanpa rasa malu lagi, mereka dengan cepat melahap hidangan di hadapannya.
Hingga saat makanan itu hampir habis, seorang gadis tiba-tiba menghampiri.
"Pe.... Permisi." ucap gadis itu gugup.
Matanya terus melirik sisa makanan yang ada di meja, dan tanpa sadar, air liurnya mulai menetes.
"Siapa anda? Apa tujuan anda datang kemari?" tanya salah seorang anggota pengawal.
Pria itu berdiri dari posisinya dengan raut wajahnya datar. Suasana hatinya sedang buruk sebab seseorang mengganggu waktu makannya.
"Saya... Nama saya Mei Xian, saya berasal dari kota XXX dan berhasil selamat dari kota tersebut. Sekarang saya tinggal bersama rombongan dan...."
"Saya tidak perduli asal usul anda! Yang saya tanyakan tujuan anda datang kemari!" seru pengawal tersebut datar.
Athena cukup terkejut melihat bagaimana salah seorang tentara yang di tunjuk sebagai pengawalnya akan bersikap sedemikian kasar pada seorang gadis.
"Nona, tolong jangan khawatir. Dia seperti itu karena waktu makannya di ganggu. Dia paling tidak suka jika di ganggu saat makan." ucap Daniel yang melihat keraguan di mata sang nona.
"Oh." balas Athena dengan menaikan sebelah alisnya, kemudian mengangguk pelan.
Ya, dia pun tidak suka jika waktu istirahat nya di ganggu. Terutama ketika ia tidur.
Athena mengalihkan atensinya kembali pada pertunjukan kecil di hadapannya sambil sesekali menyuapkan makanan yang belum habis ia makan.
Terlihat, tubuh gadis itu nampak gemetaran. Tatapan tajam sang pengawal sepertinya membuat ia takut dan ragu untuk berbicara.
"Sial! Jika saja pria tua dan ibu tiri itu tidak memaksa ku untuk mencoba berdiskusi dengan kelompok ini, aku tidak akan berada pada posisi ini. Sungguh, pria ini sangat menakutkan." gerutu sang gadis asing dalam hati.
"Kenapa anda malah menunduk? Jika tidak ada yang ingin di bicarakan lagi, silahkan kembali." usir sang pengawal.
"Tidak! Tolong tunggu!" seru sang gadis.
Dia tidak bisa lagi menundanya hanya karena ke pengecutan nya, jika tidak misi akan gagal.
"Bicara." titah sang pengawal.
"Aku dan keluarga ku kekurangan makanan. Kami tidak mendapatkan cukup jatah perbekalan dari tentara yang kami ikuti. Bisakah..." ucap gadis sambil melirik makanan di meja makanan yang sudah habis tak bersisa.
"... Bisakah aku meminjam sedikit perbekalan kalian?" lanjutnya dengan nada memohon.
Suara perut kelaparan sudah sejak tadi berbunyi, dan ia benar-benar lapar sekarang.
Namun sebelum pengawal itu menjawab, seseorang menepuk bahunya dari belakang. ketika ia berbalik, ia melihat nona-nya berjalan mendekati gadis itu.
"Apakah pemimpin kelompok mu tahu jika kamu datang kemari?" tanya Athena.
"Tidak... Aku tidak mengatakan kepada siapapun jika aku ingin kesini. Hanya keluargaku." jawab gadis itu gugup.
Dari pakaian yang dikenakannya, dapat dilihat jika gadis yang bertanya padanya bukanlah gadis biasa.
Buktinya, dia masih bisa berpakaian bersih dan rapi, memakai gaun cantik dengan rambut tersisir rapi.
Dia pernah mendengar, jika orang-orang yang tinggal di lantai 2 adalah pasukan khusus yang sedang melakukan misi pengawalan.
Mungkinkah, gadis ini yang mereka kawal dan lindungi?
Siapa dia?
Apa statusnya sehingga pasukan khusus bisa menjadi menjadi pengawal gadis tersebut?
Gadis penyintas tidak bisa tidak menyembunyikan rasa iri-nya. Sebagai seorang wanita, sudah menjadi salah satu impiannya untuk diperlakukan sebagai putri kerajaan. Dengan banyak pria kuat yang mengawalnya.
Dan dengan datangnya apocalypse, keinginan itu akan semakin kuat. Akan tetapi, sayangnya ia tidak seberuntung itu.
"Maaf, tapi perbekalan kami hanya cukup untuk kami berenam. Kami tidak bisa berbagi bahan materi yang sudah kami dapatkan secara susah payah pada orang asing." ujar Athena menjelaskan.
"Tapi... Tapi aku melihat kalian memiliki bahan materi yang lebih. Tidak bisakah kalian berbagi sedikit dengan kami? Hanya sedikit." ucap gadis itu tidak mau menyerah.
"Nona, apa kau tidak melihat juga jika tim kami di isi dengan para pria besar? Tentu saja, mereka juga harus memiliki nafsu makan yang sama besarnya untuk mengganti energi yang telah mereka keluarkan untuk bertarung dengan zombie." jawab Athena beralasan.
"Lagipula, kenapa kau tidak meminta tambahan makanan pada pemimpin kelompok mu? Setidaknya, ia harus bertanggung jawab pada orang-orang yang ia bawa juga kan?" lanjut Athena berbicara.
Gadis tersebut tidak berbicara, ia tidak tahu harus berbicara apa. Gadis itu mendongak, dengan mata berkaca-kaca ia melihat beberapa pria di sekelilingnya untuk menarik rasa simpati mereka.
Sayangnya, para pria besar ini tidak sedikitpun terpengaruh. Mereka lebih memilih untuk menyibukkan diri dengan membereskan tempat makan atau mencuci bekas peralatan makan dan masak, daripada mengurusi gadis asing tersebut.
"Sudahlah, tidak ada gunanya kau berdiri disini. Mereka tidak akan perduli dengan mu. Lebih baik kau kembali ke tempat mu." ucap Athena menyarankan, setelah melihat ekspresi menyedihkan yang gadis itu tampilkan.
Dia tahu, apa yang ingin gadis bernama Mei Xian itu lakukan. Memanfaatkan ekspresi polos, lugu, serta menyedihkan untuk meraih simpati dan rasa kasihan orang lain terhadapnya. Terutama kepada para pria yang mungkin tidak bisa menahan hasratnya.
Beruntung, para tentara yang mengawalnya bukanlah seorang idiot yang akan termakan umpan jebakan gadis polos dan lugu tersebut.
Adapun bahan materi, Athena bersyukur sebab timnya lah yang pertama kami menginjakan kaki di supermarket ini. Sehingga ia dapat dengan cepat memasukan semua bahan materi yang ada ke dalam ruang space nya.
...****************...
...****************...
Di lantai 1 supermarket.
Keluarga yang terdiri dari 12 orang yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, dan anak-anak, telah menunggu hasil misi dari salah seorang keluarganya.
Melihat Mei Xian telah kembali, beberapa orang dari keluarga langsung menyambutnya dan bertanya tentang hasil yang di bawa.
Gadis itu cemberut ketika di tanyai hasil dari misinya. Ia teringat para pria di lantai 2 yang bahkan tidak mau meliriknya.
"Gagal. Para pria itu bahkan tidak mau melirik ku sama sekali." ucap Mei Xian dengan raut wajah masam.
"Mereka tidak mau melirik mu? Apa kau tidak menunjukkan kharisma mu?" tanya sang sepupu laki-laki.
"Aku telah berusaha mengambil simpati mereka dengan tampil dengan sangat menyedihkan. Aku juga menangis untuk menarik rasa belas kasih orang-orang itu. Tapi mereka tidak peduli." jawab Mei Xian, tak mau di salahkan.
"Jangan banyak beralasan, kau saja yang kurang berkompeten untuk menjalankan misi ini." balas sang sepupu laki-laki memarahi.
Kemudian pemuda itu melihat sang kakek dan ayahnya, kemudian mulai mengutarakan apa yang ada di pikirannya.
"Kakek, ayah, jika mengirim Mei Xian tidak berhasil, lalu bagaimana kalau kita mengirim anak-anak untuk melakukan misi ini. Bagaimanapun, mereka tidak mungkin menolak permintaan anak-anak." ujar sang sepupu.
Mei Xian mengerutkan kening, tidak terlalu berharap jika rencana sepupu nya akan berhasil. Sesungguhnya ia ingin mencegah, namun suaranya pasti tidak akan di dengar.
"Ini, apa tidak apa-apa?" tanya sang ibu dan bibi.
"Ibu, Bibi, tenanglah. Mereka adalah tentara, tidak mungkin bagi mereka menyakiti anak-anak." jawab pemuda tersebut menenangkan.
Kedua wanita paruh baya itu mengangguk pelan, meski masih ada ke khawatiran yang yang tidak bisa keduanya hilangkan begitu saja.
Sementara pemuda itu, memberitahukan apa saja yang harus anak-anak itu lakukan.
Disisi lain, Athena yang mengetahui hal tersebut akan terus berlanjut berjalan menuju sang kapten.
"Kapten." panggil Athena.
"Nona, apakah anda membutuhkan bantuan?" tanya Daniel langsung.
"Bukan. Hanya saja aku merasa jika hal yang baru saja terjadi, tidak akan menjadi yang terakhir." ucap Athena.
"Itu wajar saja. Hujan belum reda dan mereka tidak dapat keluar untuk mencari bahan materi. Kejadian ini mungkin akan terulang kembali." balas Daniel.
Sebagai kapten dari pasukan khusus, dirinya bukanlah orang bodoh. Ia sudah mengetahui keadaan di sekelilingnya dan mengerti bahwa hal ini akan terus berlanjut.
"Apa anda ingin membantu mereka?" tanya Athena langsung.
"Nona, jika aku ingin membantu para penyintas itu, aku tidak akan mengabaikan gadis yang pertama kali meminta bantuan." jawab Daniel tersenyum kecut.
Perbekalan yang di bawanya hanya cukup untuk anggota tentaranya. Adapun bahan yang ada di ruang sang nona, ia tidak memiliki hak untuk semua bahan materi itu.
"Tidak ada yang bisa kita lakukan di saat hujan deras seperti ini, dan tidak ada yang bisa menghentikan pemikiran orang-orang." ucap Athena.
"Aku akan kembali ke kamar dan tidak akan keluar sampai saat makan siang. Kalian cobalah untuk abai bahkan terhadap anak-anak, bayi, dan lansia. Kalian tidak memiliki bahan makanan yang cukup untuk menggemukkan mereka. Dan aku terlalu pelit untuk berbagi dengan orang tidak berguna." lanjut gadis itu berucap.
Dengan kata lain, Athena sudah memutuskan untuk tidak membagikan bahan materi miliknya. Para penyintas itu harus sadar, ini apocalypse!
Semua orang harus bisa berdiri dengan kakinya sendiri. Jangan terlalu mengandalkan atau mempercayai orang lain.
Di dunia apocalypse, cuma diri sendirilah yang dapat di percayai.
.
.
.
TO BE CONTINUE.
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗
semangat Thor up nya 🤗🤗