kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANGGILAN OM PAPAH
Rasa lega membuat Anita mengucapkan terimakasih berkali-kali pada Seno.
"Kamu jujur deh sama Aku, Kamu mau apa ke hotel tadi"
Anita terdiam menatap mata Seno, jika Ia berkata sesungguhnya apakah Seno akan percaya pada dirinya ucap dalam hati Anita.
"Sudah lah Seno, gak perlu bahas itu, yang pasti Aku cuma mau kasih saran ke Kamu, untuk hati-hati sama Aldi, Aku rasa Aldi bukan teman yang baik.
Seno mengerti dengan maksud dari perkataan Anita, bahkan Ia pun baru tahu kelakuan tak bermoral Aldi dari Tante Risma.
"Aku sudah tahu semuanya kok"
"Tahu apa?"
"Kelakukan Aldi sama Kamu selama Kamu bekerja di bar"
Anita merasa bingung mengapa Seno berbicara seperti itu.
"Memangnya apa yang Kamu tahu"
Seno langsung menggenggam tangan Anita, lalu Ia berkata,
"Dia sering melecehkan Kamu kan? Dia sering kurang ajar sama Kamu"
"Kamu tahu dari mana itu semua"
"Tante Risma"
Anita kaget sejak kapan Seno berbicara dengan Tantenya.
"Jadi Kamu tahu Aku pergi dengan Aldi dari Tante Risma juga"
"Ya begitu lah, Anita Aku mohon sekarang jika ada apa-apa bicara sama Aku ya, biar Kita lewati ini sama-sama"
Seno berbicara begitu lembut pada Anita dan terus menggenggam tangan Anita, membuat Anita merasa jatuh cinta kembali pada Seno.
"Apa yang Kamu ucapkan ini apakah benar-benar untuk melindungi ku"
"Iya Anita, Aku mencintai Kamu, Apa Kamu mau menerima ku lagi"
Lagi dan lagi Anita mendengar permohonan itu, perasaannya memang masih sangat mencintai Seno, tapi Ia ragu apa bisa Mereka bersatu.
"Aku belum tahu Seno, tolong jangan bicarakan ini dlu"
Tak lama Ia teringat putrinya yang sedang sakit.
"Sena... Aku harus kembali ke rumah sakit"
Dan Mereka pun pergi ke Rumah sakit, ketika sampai di Rumah Sakit, suster yang merawat Sena berkat pada Anita.
"Maaf ibu, bisa segera selesaikan administrasinya, agar Kami melakukan tindakan selanjutnya"
"Iya suster, Saya akan segera melunasi sisa pembayarannya"
Seno mendengar kesusahan Anita, tanpa bicara lagi, Seno segera ke administrasi untuk melunasi semua tunggakan biaya Rumah Sakit Sena.
"Mau kemana Seno?"
"Aku mau ke toilet sebentar"
Seno sengaja tak memberitahu Anita jika Ia akan membayar semua sisa pembayaran Rumah Sakit, karena Anita pasti akan menolak itu.
Sena sepertinya sudah terlihat lebih sehat, datangnya Anita langsung memeluk sang Putri.
"Sena.. Kamu sudah makan belum?"
"Sudah dong, kan ada Tante yang jagain Sena"
Ucap Tante Risma menyahuti pertanyaan Anita.
"Oh iya Anita, tadi Seno kesini dan bertanya soal Kamu, Tante bilang saja Kamu sedang pergi dengan Aldi"
Anita menghela nafasnya lalu menjawab,
"Iya Tante, tadi juga Seno menyelamatkan Aku, untung Seno datang, kalau gak... Aku gak tahu deh apa yang akan Aldi lakukan sama Aku"
"Memangnya Aldi mau ngapain Kamu?"
Baru saja Anita ingin bercerita, Seno masuk ke dalam menyapa Sena.
"Halo Sena"
Sena langsung sumringah melihat kedatangan Seno.
"Halo om Papah"
Anita di buat bingung mengapa putrinya memanggil Seno dengan sebutan itu.
"Om Papah?"
Ucap kebingungan Anita.
"Sekarang Aku akan menjadi Papahnya Sena, benarkan Sena?"
Tanya Seno pada Sena dengan wajah tersenyum namun pandangannya menatap wajah Anita.
"Oke.. Ide siapa sih ini"
Tanya ketus Anita kepada semuanya.
"Ide Aku Mah, Aku pengen banget punya Papah, Om Seno kan teman laki-laki Mamah satu-satunya, jadi Aku mau Om Seno jadi Papah sementara untuk Aku"
Anita terenyuh mendengar permintaan Sena, sungguh jika Sena tahu sebenarnya Seno adalah Papah kandungnya bukan Papah sementara.
"Sayang, maafin Mamah ya dari kecil Kamu kehilangan sosok Papah"
Sena tersenyum dan memeluk sang ibu, lalu berkata sesuatu yang membuat Anita kaget.
"Boleh ga sih Mah, Om Seno jadi Papah beneran Aku, biar Aku dan Fathia jadi saudara"
Seno, Anita juga Tante Risma hanya saling memandang, Mendengar permintaan seorang anak kecil yang ingin dapat kasih sayang seorang Ayah.
"Sena, Om Papah janji akan menjadi Papah Sena, kalau Mamah Sena sudah siap"
Ucap Seno menatap wajah Anita penuh dengan harap.
Karena hari semakin sore, Anita pun harus pulang beristirahat sejenak mengumpulkan tenaga untuk bekerja nanti malam.
"Em.. Sena, ini sudah sore, Mamah pulang sebentar ya, Mamah mau istirahat kan Mamah harus kerja nanti malam"
"Iya Mah, terus Om Papah pulang juga"
"Iya Sena, Om Papah harus pulang, masih banyak pekerjaan Om yang belum selesai"
Anita pun berbicara pada Tante Risma menitipkan Sena malam ini.
"Iya Tante pasti jagain Sena"
"Tante, terimakasih banyak ya, atas semua yang sudah Tante lakukan untuk Aku, mungkin kalau gak ada Tante, Aku hidup berjuang seorang diri"
Risma tersenyum haru mendengar ucapan Anita.
"Seandainya Kamu tahu siapa Kamu dan keluarga Kamu dahulu, jika saja orang tua Kamu tidak di bunuh olehnya, hidup Kamu pasti berkecukupan harta Anita"
Ucap Risma berkata dalam hatinya.
Sebelum pulang Anita menghampiri resepsionis bermaksud untuk membayar sisa biaya rumah sakit Sena dengan uang seadanya yang Ia miliki, namun bagian administrasi mengatakan jika sisa pembayaran Sena sudah lunas.
"Lunas Mbak, tapi Saya belum membayarnya sama sekali hari ini"
Kemudian bagian administrasi mengatakan jika seorang pria telah membayarkan semua sisa biaya tunggakan, Anita merasa Seno lah pria itu, untuk memastikan apakah benar, Anita bertanya pada bagian administrasi dengan memperlihatkan foto Seno di handphonenya.
"Iya benar, dia orangnya Mbak, yang tadi barusan saja melunasi semua sisa pembayaran"
Anita sungguh tak enak hati merepotkan Seno dalam urusannya, Anita pun berjanji mengucap dalam hatinya, akan mengganti semua itu, setelah uangnya terkumpul.
Seperti biasa Anita datang tepat Jam 8 malam di bar, Ia mulai merapihkan bekas-bekas gelas yang di minum oleh tamu, kemudian manager bar datang mengatakan akan ada pergantian shift mulai besok.
"Jadi Kamu besok libur dulu ya Anita, dan lusa masuk di pagi hari jam 8 pulang di jam 5 sore"
"Iya Pak baik terimakasih"
Anita senang Kini bisa masuk di pagi hari, selama satu bulan ini Ia tak akan lagi begadang.
Tiba-tiba saja Aldi datang menghampiri.
"Aldi... Mau apa Kamu?"
"Tenang dong Anita, Aku kesini hanya ingin mengatakan terimakasih sama Kamu, karena tadi siang Kamu gak berkata yang macam-macam ke Seno tentang Aku"
"Oh... Aku cuma gak mau ada keributan, Kamu tahu kan, kalau sampai Kamu menyentuh sedikit saja ujung jariku, kira-kira Seno akan berbuat apa sama Kamu"
Ucap Anita dengan suara tegas dan mata yang begitu tajam memandang Aldi.
"Jadi sekarang Kamu mengancam Saya"
Anita tertawa sinis mendengar ucapan Aldi, lalu Ia menjawab,
"Bukan mengancam... Aku sedang memberitahu Kamu, sekarang Seno kekasih hati Aku, akan ada terus untuk Aku dan menyelamatkan Aku kapanpun dan dimanapun Aku berada"
Anita berkata dengan lugas dan sengaja mengatakan hal itu agar Aldi tak berani macam-macam lagi dengannya.
Setelah berkata seperti itu, Anita pergi begitu saja meninggalkan Aldi yang berdiri dengan tatapan penuh kelicikan.
"Kita tunggu saja, Kamu akan sama seperti dulu Anita, ditinggalkan Seno untuk yang kedua kalinya"
Saat sedang mengerjakan pekerjaan kantornya, Tania kembali masuk ke rumah Seno, menghampiri ruang kerja Seno.
"Sibuk sekali sepertinya"
"Untuk apa Kamu kembali kesini"
"Santai dong Seno, barang pribadi Aku masih banyak disini, Aku berniat ingin membawanya pulang kerumah orang tua ku"
"Cepat Kamu ambil dan segera pergi dari rumah ini"
Tania hanya terdiam tak menjawab apapun, lalu Fathia mendekati sang Ayah.
"Papah..."
"Fathia"
Fathia langsung memeluk Seno dan berkata,
"Kenapa Mamah harus pergi, ini kan rumah Kita Pah, rumah Mamah juga Papah"
Lalu Seno menjelaskan pada Fathia dengan caranya.
"Sayang... Mamah dan Papah sudah gak bisa tinggal bersama, jadi Mamah harus pergi dari sini"
"Tapi kenapa harus pergi Pah...?"
Tania sepertinya senang Seno di cecar pertanyaan oleh putrinya.
"Fathia, suatu saat Fathia akan tahu apa yang Papah ucapkan, tapi kalau Fathia mau tidur disini sama Papah boleh kok sayang"
"Tapi Aku mau Mamah juga disini Pah"
Bagaimana mungkin Seno menyakiti hati Fathia, akhirnya Seno memberikan izin Tania untuk menginap semalam saja disini.
"Ya sudah sekarang Fathia main dulu ya, sama bi Ijah di bawah, Papah harus bicara sama Mamah"
Setelah Fathia pergi, Seno pun berkata,
"Lebih baik Kamu bicara yang halus dengah Fathia, beri Dia pengertian, hanya malam ini Aku masih maklumi, tapi malam-malam berikutnya, Aku harap Kamu mengerti Tania"
"Fathia gak akan mengerti Seno karena Dia hanya anak kecil, yang tidak tahu urusan orang dewasa"
"Ya maka itu Kamu beri pengertian Dia"
"Iya iya, Aku tahu Kamu ingin segera membawa wanita itu ke rumah ini kan?"
Tania mulai lagi dengan dramanya membuat Seno merasa muak mendengarnya.
"Tania Aku capek banget, Aku gak mau berdebat dengan Kamu, pokonya besok Kamu kasih pengertian sama Fathia atau Aku akan mengusir Kamu dengan paksa"
Tania merasa kesal terlihat dari wajahnya seperti menahan amarah.
Saat sedang melayani banyak pelanggan, Bu Riana tiba-tiba saja berada di bar menemui Anita.
"Jadi ini pekerjaan Kamu, menjadi waiters di tempat ini, atau menjadi wanita panggilan disini"
Anita merasa begitu kaget melihat kedatangan Bu Riana dan berkata seperti itu padanya.
"Tante.. Apa kabarnya?"
Anita berbasa-basi menyapa Bu Riana.
"Gak usah basa-basi Kamu, Saya sengaja datang kesini ingin melihat Kamu, pekerjaan Kamu dan anak itu"
Anita tak mengerti apa yang sedang ingin Bu Riana katakan, mengapa Sena putrinya di bawa-bawa ucapnya dalam hati.
"Maaf Tante, Tante cari informasi Aku iya?"
"Kalau Iya emang kenapa, kehadiran Kamu membuat Seno menceraikan istrinya, Saya penasaran dong, dan ternyata benar dugaan Saya, Kamu memang berada disini lagi, sekian tahun Kamu menghilang kenapa baru sekarang Kamu muncul, Kamu pasti punya maksud tertentu"
Anita tertawa merasa bingung lalu Ia menjawab,
"Tante, bahkan Aku gak tahu kalau Aku akan bertemu Seno lagi, jika Aku bisa memilih Aku juga gak ingin bertemu Seno"
"Bagus kalau begitu, jadi sebaiknya Kamu jauhi Anak Saya"
Dengan percaya diri Anita mengatakan jika bukan dirinya yang mengejar Seno, melainkan Seno lah yang mengejar dirinya.
Bu Riana terlihat semakin marah saat Anita berkata seperti itu.
"Dasar perempuan malam, gak tahu diri Kamu, seakan Seno mengejar Kamu... Ngaca dong Kamu, Kamu itu gak pantas bersanding dengan anak Saya"
Lagi dan lagi hinaan masa lalu itu terucap kembali dari mulut Bu Riana mencemooh Anita dan merendahkan martabat Anita.