Fahira Salsabila, seorang wanita yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai satu anak perempuan bernama Yumna Arsyila.
Dia yang berstatus janda dinikahi oleh seorang pria yang bekerja sebagai Manager perusahaan ternama yang bernama Arka Ardinatha karena dijodohkan oleh orangtua Arka.
Fahira dinikahi tapi tak pernah disentuh oleh suaminya sampai dua tahun lamanya hanya dengan alasan tidak mencintainya.
Lalu bagaimana dengan perasaan Fahira yang tulus padanya, Apakah Fahira akan tetap terus bertahan dengan siksa batinnya ?
Atau justru dia akan pergi meninggalkan Arka ?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Tak Tersentuh
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 9
Pagi hari nya Fahira sudah menyiapkan sarapan di meja makan, Fania yang akan berangkat kerja baru saja keluar dari kamarnya, begitu juga dengan Arka.
Arka yang baru saja bangun, melihat Fahira di dapur segera menyusulnya. Fania yang tak tahu ada Arka datang, dirinya terkejut setelah melihat sosok Kakak iparnya disana.
"Kapan kau datang ? Dan mau apa kau kemari ?" tanya Fania dengan nada kesal dan penuh penekanan.
Fahira yang mendengar Fania bicara seperti itu langsung memanggilnya. Dia tak ingin ada sebuah perdebatan dirumah nya pagi-pagi.
"Fan.. Kita sarapan yuk ?"
Fahira sengaja memanggilnya untuk mengalihkan keduanya agar tidak bertengkar. Sedangkan Fania yang di panggil menoleh ke arah Fahira dan menatap Arka sinis meninggalkan nya yang masih berdiri disana.
Yumna yang sudah duduk di meja makan tak berani menatap Arka, dia masih takut padanya sejak dirinya di bentak oleh Ayah tirinya itu.
Fahira melihat Arka yang masih berdiri mematung lalu mengajaknya untuk sarapan bersama.
"Sarapan Mas.."
Hal itu membuat Arka tersenyum, akhirnya dia ditawari untuk makan. Karena sejak semalam Arka belum makan karena terus memikirkan Fahira selama perjalanan.
Arka mendekat dan berusaha mendekatkan diri dengan Yumna, dia menarik kursinya dan duduk di sebelah Yumna lalu tersenyum padanya.
"Selamat pagi Yumna.."
Yumna yang disapa Ayah tirinya itu menoleh dan menatapnya. Setelah melihat Arka tersenyum, Yumna juga membalas senyuman padanya.
"Selamat pagi juga.." sahut Yumna.
Arka yang mendengar Yumna membalas senyumnya lalu mengusap kepalanya dan kembali mengajaknya bicara.
"Maafkan Papa Arka ya ? Yumna mau kan memaafkan Papa ?"
Yumna kembali menatap Arka saat dia mengucapkan kata maaf padanya. Yumna kembali tersenyum menatap Arka dan menganggukkan kepalanya.
Fahira yang melihat interaksi Arka dan Yumna tersenyum simpul, ternyata Arka menepati ucapannya untuk mendekatkan diri dengan Yumna.
Sedangkan Fania yang melihat Arka bertingkah seperti itu meliriknya sinis. Seakan bersikap seperti itu karena ada mau nya agar Fahira bisa ikut pulang bersamanya.
"Dasar modus.."
Fahira yang melihat Fania seakan tidak suka, dia menggenggam tangan Fania dan menutup matanya sesaat seakan bicara semua akan baik-baik saja.
Fania yang sudah kenyang, dirinya beranjak berdiri dan berpamitan dengan Fahira juga Yumna untuk berangkat kerja.
"Aku berangkat dulu Kak. Yumna.. Tante Nia berangkat kerja dulu ya ? Yumna jangan nakal dirumah, nanti Tante bawakan jajan untuk Yumna.. Oke !"
Fania mengecup kepala Yumna dengan lembut dan juga menyalami Fahira. Tapi dia yang masih kesal dengan Arka tak mau berpamitan padanya dan pergi begitu saja setelah mengucap salam.
*
Setelah menyerahkan kue pesanan pada tetangga depan, Fahira melangkah pulang dengan wajah senang. Akhirnya dia mendapatkan penghasilan sendiri meski tak seberapa.
Arka yang melihat dari kejauhan menatap istrinya itu dengan lekat. Tanpa dia sadari bibirnya tersenyum saat melihat Fahira yang sedang berjalan pulang kerumahnya.
"Assalamualaikum.."
Arka yang berada diruang tamu menyahut salam dari Fahira dengan senyuman dibibirnya.
"Waalaikumsalam.. Dari mana ?" tanya Arka pura-pura tidak tahu.
"Habis nganterin pesanan kue di tetangga depan.."
Fahira tersenyum menunduk dan melangkah masuk meninggalkan Arka disana sendirian. Fahira menghampiri Yumna yang sedang main bersama boneka nya di lantai yang di alasi tikar di ruang Tv.
Sedangkan Arka yang ingin kembali pulang ke Jakarta, dia membujuk Fahira lagi agar mau ikut bersamanya ke Jakarta.
"Fahira.. Bisa kita bicara sebentar ?"
Fahira yang mendengar Arka bicara dengannya langsung menoleh ke arahnya. Dia lalu menatap Yumna untuk berpamitan bicara dengan suaminya sebentar.
"Bunda mau bicara dulu dengan Papa Arka ya ? Yumna main sendiri dulu nggak apa kan ?"
Hal itu diangguki oleh Yumna, Fahira yang sudah mendapat ijin dari sang putri langsung bangkit berdiri melangkah menuju tempat dimana Arka duduk diruang tamu.
"Fahira, sekali lagi maafkan aku.. Aku mohon pulang lah bersamaku malam ini."
Arka kembali mengucapkan kata maaf setelah melihat Fahira duduk dihadapannya. Tujuannya agar Fahira mau ikut pulang bersamanya. Fahira mendengar Arka kembali mengucapkan kata maaf menyahutnya dengan lembut.
"Apa jaminannya jika aku kembali bersamamu ke Jakarta Mas ?" tanya Fahira agar lebih yakin dengan hatinya.
"Aku berjanji akan merubah semuanya, termasuk menjadi Ayah yang baik untuk Yumna." balas Arka terus meyakinkan Fahira.
"Lalu soal kita ?"
Arka mengerutkan keningnya setelah mendengar pertanyaan Fahira tentang mereka. Dia tak tahu arah pertanyaan Fahira kemana.
"Tentang kita gimana maksudnya ?" sahut Arka balik bertanya.
"Soal kita.. Di ranjang.."
Fahira mengatakan nya dengan jelas, hal itu membuat wajah Arka kembali tegang. Sejujurnya Arka belum bisa mencintai Fahira. Namun jika dipaksa Arka takut akan menyakiti hatinya.
"Aku mohon mengertilah, soal itu aku belum bisa memenuhinya. Bukan karena aku tidak mau menyentuhmu, aku hanya tidak ingin menyakiti hatimu Fahira.." jelas Arka pada Fahira.
Sedangkan Fahira yang mendengar penjelasan Arka membuatnya kembali ragu. Dirinya lalu mengajukan syarat demi kenyamanan bersama.
"Aku akan ikut bersamamu, asal kau tidak lagi membawa para wanita jalangmu itu kerumah. Dirumah bukan hanya ada aku dan kamu, tapi ada Yumna diantara kita, aku nggak mau pikirannya jadi rusak jika melihatmu memeluk wanita lain selain aku dihadapannnya ! Jika kau tidak bisa menyentuhku, setidaknya kau menjaga perasaanku untuk tidak membawa wanita kerumah !"
Fahira menjelaskan panjang lebar pada Arka dan memberinya syarat, dia ingin perlahan menaklukan Arka dihadapannya. Arka yang mendengar penjelasan Fahira pun menganggukkan kepalanya memberi tanda setuju.
*
Malam hari, Fahira sudah menyiapkan semuanya di dalam koper termasuk pakaian dan Boneka Yumna yang akan dibawa ke Jakarta. Sedangkan Fania yang melihat Kakaknya akan kembali ke Jakarta merasa keberatan.
"Kakak yakin akan kembali lagi bersama dia ?" tanya Fania duduk ditepi kasur melihat Fahira yang sedang melipat baju ke dalam koper.
"Kakak memberinya satu kesempatan lagi, dia sudah berjanji akan berubah. Jadi tidak ada alasan bagi Kakak untuk tidak memberinya kesempatan kedua." balas Fahira tersenyum menyentuh dagu Fania lembut.
"Huufftt.. Ya sudah jika memang itu keputusan Kakak, kabari aku jika Kakak membutuhkan aku.." balas Fania di angguki oleh Fahira.
Kini setelah makan malam, Fahira bersiap untuk pergi bersama suaminya ke Jakarta. Dia terus meyakinkan dirinya agar tidak lagi ragu.
Sedangkan Fania melihat Yumna yang sedang bersenda gurau dengan Arka menatapnya kesal. Seakan ingin menerkam Arka saat itu juga tanpa ampun.
"Fan, Kakak pergi dulu ya ? Kamu baik-baik dirumah. Jangan buka pintu diatas jam sembilan malam, jangan lupa kunci semua pintu dan jendela. Kakak juga sudah minta tolong sama Deni, agar mau menjagamu dari kejauhan.."
Fahira berpamitan dengan Fania di ambang pintu, sedangkan Arka menunggu Fahira bersandar di mobilnya. Fania meneteskan air matanya karena harus kembali sendirian dirumahnya.
"Hati-hati Kak, hubungi aku jika Kakak membutuhkan ku." sahut Fania yang sudah meneteskan airmatanya.
Fania lalu berjongkok menatap Yumna dan memeluk keponakan kesayangannya itu.
"Yumna jangan nakal disana ya ? Yang nurut sama Bunda, jika Bunda menangis segera telfon Tante.. Oke !"
Fania kembali memeluk Yumna setelah bicara dengannya. Dia seakan berat ditinggal oleh sang Kakak dan keponakannya. Fahira lalu melangkah menuju mobil dan melambaikan tangannya pada Fania.
Sedangkan Fania yang masih berdiri di ambang pintu terus menangis melambaikan tangannya melihat kepergian sang Kakak.
...----------------...
Bersambung...