Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8 - Menuai Hasil
"Kamu cukup pintar, seharusnya sudah bisa berpikir tanpa harus ku jelaskan," bisiknya sama menakutkan seperti tadi malam.
Dada Mikhayla berdegup tak karuan, dia menggeleng dan pikirannya sudah macam-macam. Pria ini lebih menakutkan dari perkiraan, dia yang khawatir Mikhail akan terancam bahaya sontak berlutut dan memohon dengan serendah-rendahnya.
"Papaku tidak salah, jangan sakiti dia ... ada aku di sini, kenapa tidak aku saja?" Mikhayla mendongak dengan perasaan yang tidak bisa dia jelaskan, membayangkan kehilangan seorang papa saja dia tidak pernah karena memang sama sekali tidak akan siap.
"Kamu? Tadi malam kesempatannya. Tapi, kamu memberontak bahkan membuat jemariku terluka karena gigi tajammu itu. Dari yang kamu perlihatkan semalam, sepertinya kamu lebih sayang pada diri sendiri ... benar bukan?"
Keyvan memperlihatkan jemarinya yang kini diperban. Memang gigi Mikhayla hampir saja membuat jarinya patah, baru hari pertama bertemu mereka sudah saling menyiksa.
"Jangan pernah sentuh papaku!!" teriaknya masih memeluk kaki pria itu tanpa takut jika yang tadi malam kembali terulang, dia benar-benar tidak menduga jika Keyvan juga mengenal papanya.
"Lepaskan. Aku tidak suka wanita pemaksa."
Tampaknya memang pria ini tidak bisa bersahabat sebentar saja. Dia memaksa Mikhayla melepaskan diri dengan cara yang tidak biasa, dia paham itu akan sedikit sakit tapi Keyvan tidak punya cara lain.
"Aku tegaskan sekali lagi, aku paling tidak suka ditentang ... jangan membantah jika tidak ingin aku berbuat lebih gila dari yang kamu pikirkan, Mikhayla."
Mikhayla, pria itu mengetahui siapa namanya. Jelas saja pemilik manik coklat ini mundur beberapa langkah, dia sama sekali tidak memberitahukan namanya. Bahkan yang lebih menyebalkan lagi pria itu mengetahui nama orang tuanya, jelas saja Mikhayla merinding.
Tatapan keduanya terkunci, Mikhayla menatapnya penuh dendam. Wanita itu mengepalkan tangannya, ingin sekali dia hadiahkan bogem mentah di wajah pria itu. Tampan bak pangeran, ya dalam keadaan marah begini dia tetap sadar jika pria blasteran dengan manik hazelnya ini memang tampan.
Beberapa saat kemudian, pria itu berlalu begitu saja. Benar-benar pergi usai menanyakan kebenaran tentang siapa orangtua Mikhayla.
BRAK
Tutup pintu persis seperti menghajar maling, Mikhayla memejamkan mata kala pintu kamar itu tertutup sempurna. Untung saja dia sudah makan, jika tidak mungkin sampai lusa dia akan kehilangan naffsu makannya.
.
.
.
.
Jauh dari jangkauan Mikhayla, dua pria yang sama-sama berkuasa tengah berbicara empat mata. Tanpa didampingi asisten pribadi ataupun bodyguard seperti biasa, sesuai kesepakatan mereka sebelum bertemu.
"Senang bertemu dengan Anda, Tuan. Tapi sangat disayangkan pertemuan kali ini bukan untuk kerja sama perusahaan atau lainnya," tutur Keyvan sebagai salam pembuka kepada pria yang sempat bertemu dengannya di London dalam sebuah pertemuan bersama para pebisnis dunia tiga tahun lalu.
Dia tampak santai, sama sekali tidak seperti ada masalah. Kaca mata hitam yang bertengger di hidung bangirnya dia gunakan sebagai penutup kesedihan. Sementara Mikhail yang sudah panas sejak pesan pria ini beberapa jam lalu hanya mengepalkan tangannya kuat-kuat.
"Kembalikan putriku, kesalahan apa yang membuatmu sampai jadi pencundang seperti ini?" tanya Mikhail pada intinya, sekeluarga dibuat tidak tidur hingga pagi karena mengira Mikhayla pergi sendiri. Nyatanya justru diculik pria tak berhati dalam keadaan traumanya masih tersisa.
"Salahnya? Sederhana ... rabu, 00:30 dini hari, istriku meregang nyawa karena kecerobohan gadis ingusan yang mengemudi dalam keadaan mabuk. Jika Anda berada di posisi saya, apa tidak akan marah?" tanya Keyvan begitu dingin, matanya membasah tapi tertutup kacamata hitam yang menjadi andalannya.
Bak dihunus anak panah, Mikhail merasakan sakit yang mengalir di sekujur tubuhnya. Dadanya tercekat dan napasnya benar-benar berat, pasokan di udara di ruangan ini seakan tidak berhasil membuatnya lega.
"Saya banyak mencaritahu tentang Anda, senior yang paling menekankan tanggung jawab dalam setiap langkahnya ... putri Anda menghilangkan nyawa istriku, apa Anda akan menekankan dia untuk bertanggung jawab juga?"
Sejak awal Mikhail sudah tegaskan pada Mikhayla untuk tidak lari dari tanggung jawab. Kali ini, secara langsung orang yang terluka akibat tindakannya meminta tanggung jawab secara langsung. Putrinya memang salah, dan mau bagaimanapun Mikhail takkan membenarkan kesalahannya.
"Iya, tentu saja. Aku akui putriku salah, dan aku tidak akan membenarkan perbuatannya ... sekalipun penjara aku tidak keberatan, selagi dia masih diperlakukan sebagai manusia."
Berat sebenarnya, ayah mana yang rela putrinya hidup dalam kesengsaraan? Sepertinya tidak ada. Mikhail menyayangi putrinya sepenuh jiwa, akan tetapi dalam hal ini dia tidak akan membersihkan kesalahan Mikhayla dengan harta dan kuasa yang dia punya.
"Bagus, tapi bukan hukuman penjara yang saya inginkan ... apalagi denda," ucapnya kemudian seraya menarik sudut bibir tipis.
"Lalu apa yang kau inginkan?"
"Putrimu ... seutuhnya."
Mendengar hal itu Mikhail naik pitam, dia paham otak pria. Baru juga dia berdoa agar Mikhayla dijauhkan dari orang-orang sepertinya, kini pria itu justru dibuat ketar-ketir lantaran merasa pria di hadapannya adalah dia di masa muda.
"Cih dasar licik, kau kira aku tidak paham isi otakmu?"
Mikhail maju beberapa langkah. Namun, belum sempat dia menghadiahkan pukulan di wajah Keyvan, pria itu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya tepat di depan wajah Mikhail.
"Ays Anda membuatku semakin terlihat buruk, pelatuknya siap kutarik kapan saja ... sekalipun Anda yang mati detik ini, tidak menjamin anak dan istri Anda selamat."
Mikhail yang sama sekali tidak menduga pria itu akan menggunakan cara gila jelas saja mati kutu. Bukan hanya dia yang dipikirkan Mikhail, melainkan anak dan istrinya juga.
"Oh iya, saat ini putri Anda tengah tertidur pulas di kamarku ... jangan membuatnya semakin lelah karena mendengar kematian Anda, Tuan Mikhail," ucapnya kemudian yang membuat Mikhail kian naik darah, Mikhail akui dia memang licik. Akan tetapi, sepertinya pria ini lebih dari sekadar licik.
"Jangan pernah sentuh putriku!! Kau pikir aku takut dengan ancamanmu yang begini?"
"Hahah yakin? Andai seluruh keturunan Ibrahim Megantara mati perlahan apa tidak masalah? Valenzia Arthaneda, nama istri Anda cantik sekali ... pasti secantik orangnya."
Sungguh, Mikhail dibuat bungkam kali ini. Musuhnya bukan orang sembarangan, jika saja Keyvan tidak mengikutsertakan istri dan anaknya maka Mikhail akan baik-baik saja. Akan tetapi, hendak melawan saat ini putrinya masih berada di bawah kekuasaan Keyvan.
"Tanda tangani surat itu, hanya perjanjian sederhana ... putrimu jadi milikku, namamu dan namanya akan kembali baik di mata publik, bukankah ini menguntungkan?"
Mikhail tampaknya tengah benar-benar menuai semua yang dia tanam di masa muda. Mendapatkan Valenzia dengan cara menulis perjanjian seenak jidatnya, kini dia justru dipaksa membubuhkan tanda tangan di atas surat perjanjian gila itu.
"Putriku belum siap menikah," ucap Mikhail kemudian, yang benar saja putrinya mendapatkan suami seperti Keyvan, bagaimana nasibnya nanti.
"Lalu? Anda rela dia dijadikan budak ranjang tanpa imbalan? Tidak kan?"
To Be Continue -
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘