Arnav yang selalu curiga dengan Gita, membuat pernikahan itu hancur. Hingga akhirnya perceraian itu terjadi.
Tapi setelah bercerai, Gita baru mengetahui jika dia hamil anak keduanya. Gita menyembunyikan kehamilan itu dan pergi jauh ke luar kota. Hingga 17 tahun lamanya mereka dipertemukan lagi melalui anak-anak mereka. Apakah akhirnya mereka akan bersatu lagi atau mereka justru semakin saling membenci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Arnav mengambil kotak bludru berwarna merah dan membukanya. Dia kini berlutut di hadapan Gita. "Maukah kamu hidup bersamaku lagi? Kita mulai kisah kita yang baru tanpa mengulang kesalahan di masa lalu."
Gita tersenyum menatap cincin perak bermata satu yang sangat cantik itu. Dia meraih tangan Arnav agar berdiri. Lalu dia menyusut air matanya yang hampir terjatuh. Bibirnya seolah kaku untuk bicara. Detak jantungnya semakin tidak stabil dan lututnya juga terasa lemas mendapat semua kejutan itu dari Arnav.
"Maukah kamu menikah denganku, lagi?" tanya Arnav lagi karena belum mendapat jawaban dari Gita.
Pertanyaan itu membuat Gita semakin tersenyum. Dia hanya mengangguk pelan.
"Jawabannya?" goda Arnav. Dia tahu jika Gita saat ini sedang grogi dan tidak bisa bersuara.
"Iya, aku mau hidup bersama kamu lagi dan membahagiakan kedua anak kita bersama-sama," kata Gita.
Arnav memasangkan cincin itu di jari manis Gita. "Terima kasih." Kemudian dia memeluk tubuh Gita yang diiringi tepuk tangan dari semua orang yang menyaksikan mereka berdua.
"Mama, Papa, selamat!" teriak Vita. Dia berlari bersama Arvin mendekati kedua orang tuanya dan ikut bergabung dalam pelukan itu.
"Kalian di sini?"
"Aku yang mengundang mereka. Ada Ayah dan Ibu juga," kata Arnav.
Gita melepas pelukan Arnav. Air mata itu mengalir begitu saja saat melihat kedua mertuanya. Dia berlari mendekat dan memeluk mereka berdua.
"Ayah, Ibu, apa kabar? Maafkan aku tidak pernah berkunjung."
"Tidak apa-apa. Ibu senang sekali kamu kembali bersama Arnav. Ibu juga senang sekali melihat cucu perempuan Ibu sudah besar dan sangat cantik. Semoga kebahagiaan selalu menyertai keluarga kalian. Jangan bertengkar lagi. Inti dari sebuah hubungan itu adalah saling percaya."
Air mata semakin berjatuhan di pipi Gita. Seandainya kedua orang tuanya masih ada, pasti mereka akan mengatakan hal yang sama.
"Wah, kisah cinta yang sangat menyentuh. Apa ending dari drama ini juga seromantis ini?"
"Jadi tidak sabar mau nonton. Pemainnya kesayangan aku lagi."
Gita semakin bahagia mendengar komentar orang lain tentang drama yang sedang proses syuting itu. Yah, dia berharap dramanya juga sukses seperti kisah cintanya.
"Kita ke rumah ya. Makan malam sama ibu dan ayah," ajak Arnav.
"Tapi aku sampai malam di sini," kata Gita.
"Kamu pergi saja. Nikmati harimu," kata Ulfa yang datang ke tempat itu setelah tahu tentang food truck kiriman Arnav.
"Terima kasih, Bu Ulfa." Kemudian Gita menggandeng tangan Vita dan mengajaknya pergi dari taman itu. Tapi Vita mengalihkan tangan mamanya pada papanya.
"Aku jalan sama Kak Arvin saja," kata Vita sambil memundurkan langkah kakinya.
Arnav semakin mengeratkan tangannya. "Aku akan mengurus surat-surat di KUA. Paling tidak satu minggu lagi kita akan menikah."
"Buru-buru sekali?"
"Iya, buat apa menunggu lama-lama lagi. Kita sudah 17 tahun berpisah. Itu waktu yang sangat lama."
"Iya. Nanti kita bicarakan lagi di rumah sama ibu, ayah, dan anak-anak."
...***...
Suasana rumah ini masih tetap sama seperti dulu.
Setelah selesai makan malam dan berbicara banyak dengan keluarga Arnav, Gita duduk di taman rumah Arnav sambil membawa minuman hangatnya.
"Aku kira sudah ke kamar? Tidak nyaman tidur di kamar tamu? Atau mau tidur di kamarku?" tanya Arnav yang berdiri di dekat Gita.
Seketika Gita mencubit pinggang Arnav. "Sekali ini saja aku menginap di sini sebelum kita sah."
Arnav duduk di sebelah Gita lalu meneguk minuman yang Gita bawa. "Apa kita menikah besok saja? Satu minggu lagi kayak terlalu lama. Sudah tidak sabar." Arnav menatap Gita sambil tersenyum penuh arti.
"Ck, yang ada di pikiran kamu hanya soal itu saja."
Satu tangan Arnav merengkuh bahu Gita. "17 tahun aku menahannya."
Gita hanya berdecak lalu dia mendongak dan menatap langit malam hari itu. "Aku tidak menyangka, kita bisa bersama lagi."
"Iya. Semua berkat anak-anak yang mempertemukan kita." Kemudian Arnav mengambil ponselnya yang bergetar beberapa kali. "Ada e-mail masuk dari Pak Herman."
"Pak Herman siapa?" tanya Gita.
"Pengacara keluarga Shaka." Kemudian Arnav membuka e-mail itu. "Akhirnya aku berhasil menemukan pengacara keluarga Shaka. Dia masih di Singapura menangani kasus. Empat hari lagi baru bisa ke kota ini. Aku akan menemui Shaka untuk menyusun rencana selanjutnya. Semoga Shaka segera mendapatkan haknya."
Gita ikut senang mendengarnya. "Iya, semoga masalahnya cepat selesai. Kasihan calon menantu. Cinta pertama Vita." Gita tertawa kecil lalu meninggalkan Arnav.
"Cinta pertama Vita? No! Papanya pasti menjadi cinta pertama Vita." Arnav menyusul langkah Gita. Saat Gita akan masuk ke dalam kamar tamu, dia menarik tangannya dan menahan tubuh Gita di depan pintu.
"Untungnya sekarang rasa cemburu kamu terbagi sama Vita. Jangan terlalu posesif lagi." Gita mendorong dada Arnav tapi Arnav tidak juga melepasnya.
"Aku hanya bercanda. Tentu saja aku tidak akan seposesif dulu. Baik sama kamu maupun anak-anak. Aku akan belajar untuk menjadi orang tersabar sedunia."
Mendengar hal itu membuat Gita semakin tertawa. "Jangan hanya manis di bibir saja."
"Manis? Iya, bibir kamu memang manis." Arnav mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Gita.
"Arnav."
Mendengar suara itu seketika Gita mendorong Arnav dengan keras lalu dia masuk ke dalam kamarnya.
"Ayah belum tidur? Aku mau ke kamar." Buru-buru dia berjalan ke kamarnya. Dia benar-benar merasa muda lagi saat kegeb seperti itu oleh ayahnya.
💕💕💕
Jangan lupa komen. 😁
Cerita ini mau tamat? Tentu saja tidak. 🤣 Ingat, mereka belum sah. 😁 Masih setia kan?
KRNA zeva bukan adik asli