Semenjak kandungan Andini menginjak usia tiga bulan, dia sering muntah darah dan kata dokter itu karena dia sama sekali tidak ada makan nasi sehingga asam lambung jadi naik.
bau mulut nya juga membuat Hendra sangat bingung, tubuh Andini juga kurus kering seperti tengkorak. hingga Hendra pun memutuskan untuk pulang kedesa nya saja.
Bagai mana kisah mereka?
Mampu kah Hendra membawa istri nya pulang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Ternyata sama.
Wati tiba di rumah teman nya untuk numpang tinggal selama beberapa hari, tak lupa juga nanti nya akan memberikan uang sebagai biaya nya untuk tinggal di sana. lagi pula rumah teman nya ini lumayan besar dan dia hanya tinggal dengan adik nya saja, karena mereka sudah yatim piatu sejak empat tahun yang lalu akibat orang tua mereka kecelakaan.
Laila pun menerima kedatangan Wati dengan senang hati karena ada teman yang akan menemani nya, mumpung masih libur juga karena bos nya sedang pulang mengurus sesuatu. rasa nya Laila juga mau curhat karena masalah hati, rasa rindu pada Hendra yang pasti tak akan bertemu lama.
Sebagai teman yang baik, Wati masih mendengarkan curahan hati nya Laila tentang pria tersebut. namun dalam hati sudah tidak yakin karena jarang ada cinta anak buah dan majikan bisa bersatu, padahal saat ini Laila belum cerita bahwa bos yang di taksir sudah memiliki istri yang amat di cintai.
"Sayang nya dia sudah punya istri, apa salah aku mencintai pria yang sudah punya istri?" Laila bertanya pada Wati.
"Kamu kok masih nanya, salah lah wong dia sudah ada yang punya! apa yang kau cintai dari suami orang, pasti hanya karena harta saja." Wati langsung sewot.
"Bukan! aku menatap wajah nya saja langsung membuat jantung berdebar, walau dia miskin pun aku akan tetap mencintai nya!" jawab Laila yakin sekali.
"Maka nya kita harus bisa menjaga pandangan, kalau di turuti maka aku juga pasti akan naksir pada bos ku! tapi aku menahan dan tidak pernah melihat wajah nya, sebab aku tau merusak hubungan orang itu sangat tidak baik." Wati mengambil nafas panjang.
"Kau juga naksir pada bos mu?!" Laila semangat mendengar nya karena dia merasa tidak sendirian.
"Siapa yang tidak naksir bila melihat wajah dia itu, ku rasa memang setiap wanita akan suka pada dia." Wati teringat wajah tampan Hendra.
Laila duduk mendekat karena dia juga penasaran dengan bagai mana sikap Wati pada Bos nya selama ini, bila memang bisa maka dia akan mencoba juga. padahal Wati bukan naksir gila gilaan seperti Laila, dia hanya kagum melihat Hendra yang sangat tampan dan juga baik sekali pada istri walau Andini sedang tidak baik baik saja.
"Aku ada foto dia, hanya foto saja yang bisa ku jadikan obat rindu." Laila mengambil ponsel.
"Gimana kamu enggak tambah gila, wong foto nya saja sampai kau simpan segala! tidak baik begitu, kau harus belajar melupakan nya." Wati kaget dengan tingkah Laila, ini sudah sangat luar biasa gila nya.
"Foto nya saja ku jadikan wallpaper, agar kalau bika ponsel yang langsung lihat senyum dia." sahut Laila.
"Gila! kau sudah sangat gila, jangan sampai kau salah langkah." Wati jadi takut sendiri.
"Nama nya cinta ya di kejar lah, Ti! kau itu gimana sih, kok putus asa dalam cinta." Laila malah memarahi Wati.
"Yang mau di kejar tuh di lihat dulu, Laila! kalau suami orang ya untuk apa mau di kejar?" Wati masih bisa berpikir jernih.
"Cinta yang membuat ku jadi begini, asal kamu tau saja bahwa cinta tidak pernah salah!" kekeh Laila.
"Kepala Bapak mu tidak pernah salah! sudah jelas kalau mencintai suami orang itu salah, andai kan kau mau menekan perasaan mu maka tak akan jadi bumerang." kesal Wati.
Laila merengut dan kembali menunjukan foto Hendra di ponsel nya, Wati yang di tunjukan jadi mendelik karena ini adalah orang yang sama. Laila tersenyum karena mengira Wati juga kaget karena melihat ketampanan Hendra, maka nya dia tersenyum senang dan sangat yakin Wati akan mendukung nya.
"Ini Tuan Hendra!" lirih Wati tak percaya.
"Kau tau? kenal kau dengan dia!" Laila jadi kaget pula.
"Dia majikan ku di rumah yang ku kerjakan, istri dia nama nya Andini." jawab Wati.
Mendelik mata Laila mendengar ini semua dan tahu bahwa Wati juga menyukai pria ini, karena mereka ini adalah satu bos sehingga sudah pasti menyukai Hendra. sayang nya Wati tidak ingin memperpanjang urusan cinta, Laila yang sudah ugal ugalan mencintai sampai pakai jalur langit segala untuk mengejar suami orang yang sangat di larang.
"Hentikan lah perasaan mu itu, Laila! dia sudah bahagia dengan istri nya, kasihan Bu Andini bila kau rebut suami nya." nasihat Wati.
"Aku tidak akan memaksa Hendra untuk menceraikan dia kok bila nanti cinta kami bersambut." Laila tetap tidak tau diri dengan ucapan nya Wati yang ingin perasaan dia di hentikan.
"Bu Andini sedang sakit dan dia hamil, Laila! kau harus bisa memikirkan itu, sebab kalian sama sama wanita!" teriak Wati sudah kalap.
"Bodo amat, bagus dia mati sekalian biar Pak Hendra jadi duda." Laila memang tidak tau diri.
"Ya allah, tega nya kau berkata begitu." Wati lemas mendengar nya.
Padahal sama sama wanita dan Laila juga bakal hamil bila suatu saat menikah, tapi dia kenapa bisa begitu tega mengucapkan hal yang sangat kasar pada wanita hamil lain nya. tidak punya perasaan dan bisa di bilang kurang ajar, bila sampai terdengar oleh member Purnama maka akan habis dia.
"Aku lebih baik pergi saja, tinggal di sini hanya akan membuat ku jijik." geram Wati langsung mengambil koper dia lagi.
"Silahkan bila memang kau mau pergi, aku doa kan kau mati di jalanan sana! tidak tau ya kalau doa anak yatim itu di ijabah tuhan?" sinis Laila membawa nama yatim segala.
"Tidak usah kau bawa bawa nama yatim, orang tua mu saja menangis melihat anak nya menjadi sangat hina!" bentak Wati.
"Awas kau ya, Wati! bila aku sampai menikah dengan Hendra, akan ku siksa kau sampai mati saat kerja di rumah kami." ancam Laila.
"Mimpi lah kau, Jalang!" Wati segera pergi membawa koper nya.
"Bangsaaat!"
Laila berteriak keras dari pintu rumah nya karena Wati malah marah pada dia, yang nama nya perebut suami orang tak akan pernah sadar karena dia merasa tindakan yang dia lakukan tidak pernah salah walau sedikit pun.
"Yang Kakak Wati katakan benar, kau tidak usah membawa bawa nama yatim segala." ujar Fitra.
"Tidak usah banyak bacot kau!" bentak Laila marah.
"Ibu dan Ayah memang menangis melihat ulah mu, Kak." Fitra berkata dan segera masuk kedalam kamar.
Laila membanting gelas yang tadi dia ambil untuk minum, sama sekali tidak ada orang yang mendukung diri nya untuk mendapatkan Hendra, padahal itu adalah cinta dan juga impian nya agar bisa bersanding dengan pria tampan dan juga mapan.