Kapan lagi baca novel bisa dapat hadiah?
Mampir yuk gaes, baca novelnya dan menangkan hadiah menarik dari Author 🥰
-------------------
"Aku akan mendapatkan peringkat satu pada ujian besok, Bu. Tapi syaratnya, Bu Anja harus berkencan denganku."
Anja adalah seorang guru SMA cantik yang masih jomblo meski usianya sudah hampir 30 tahun. Hidupnya yang biasa-biasa saja berubah saat ia bertemu kembali dengan Nathan, mantan muridnya dulu. Tak disangka, Nathan malah mengungkapkan cinta pada Anja!
Bagaimana kelanjutan kisah antara mantan murid dan guru itu? Akankah perbedaan usia di antara keduanya menghalangi cinta mereka? Ikuti kisah mereka di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Bertemu
"Nathan?" ucap Anja sambil menatap pria yang ada di depannya. "Beneran Nathan, kan?"
Sejenak, Nathan membeku. Tunggu, bukankah tadi aku masih membayangkan Bu Anja? Kenapa tiba-tiba dia ada disini? Apa ini mimpi?
"Nathan, kan? Iya bukan, sih?"
BRAKKK!
Nathan reflek menutup pintu, membuat Anja terperanjat kaget.
Gila! Beneran Bu Anja! Nathan menutup mulutnya sendiri. Dia sekarang berdiri di depan pintu rumahku! Aku harus gimana?
Nathan menundukkan kepala, memperhatikan penampilannya sendiri. Matanya melebar saat menyadari kalau dirinya saat ini hanya mengenakan celana kolor dan kaus tanpa lengan. Belum lagi rambutnya yang acak-acakan karena baru bangun tidur.
"Bisa-bisanya aku berpenampilan kaya gini di depan Bu Anja!"
"Permisi!" Di luar, Anja menggedor pintu dengan keras. "Halo? Kenapa pintunya ditutup ya?"
"Gawat!" Nathan segera melesat kembali ke kamar. Ia meraih kaus dan celana panjang dari dalam lemari, lalu segera memakainya. Tak lupa ia sempatkan menyisir rambut dan mengelap wajahnya agar tidak terlihat baru bangun tidur. Semua itu ia lakukan dalam lima menit. Setelah selesai, ia kembali membuka pintu depan.
"Ha-halo Bu Anja," Nathan menunjukkan senyum semanis mungkin.
"Jadi ini beneran Nathan?!" Anja berseru senang. "Ya ampun! Nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini!" Anja tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, tersenyum lebar.
Sesaat, tubuh Nathan menegang. Bu Anja tersenyum kepadaku. Ya Tuhan, terimakasih atas nikmatMu yang tiada tara ini. Mimpi apa ya aku semalam sampai dipertemukan dengan bidadari secantik ini? Loh, loh, loh, Hei, Joni! Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu bereaksi lagi?!
"Kamu apa kabar?" Anja tampaknya tak menyadari kegelisahan pria di depannya itu. Ia bertanya dengan antusias. "Sudah berapa tahun ya kita tidak ketemu? Lima? Atau enam tahun?"
"Tujuh tahun Bu," Nathan menjawab sambil tersenyum. Lebih tepatnya tujuh tahun, lima bulan, dua puluh tiga hari, Lanjut Nathan di dalam hati.
"Astaga, tidak disangka sudah tujuh tahun berlalu," Anja tak kuasa menahan rasa haru. "Kamu kapan pulang ke Indonesia? Dan, kenapa kamu bisa tinggal di rumah ini? Di sebelah ibu pula!"
"Aku pulang sekitar dua hari yang lalu Bu," Nathan mati-matian mengendalikan nada bicaranya agar terdengar tenang. "Kebetulan aku dapat info rumah ini dijual sebelum pulang ke Indonesia. Aku juga tak menyangka kalau ternyata rumahnya di sebelah Bu Anja,"
"Astaga, mentang-mentang sudah lama, kamu melupakan rumah Ibu ya? Apa kamu lupa dulu pernah beberapa kali nganterin Ibu pulang?"
Nathan tersenyum tipis. Bu Anja, mana mungkin aku melupakannya? Kenangan itu bahkan masih tergambar jelas di otakku. Rasanya seperti baru mengalaminya kemarin. Asal Bu Anja tau, aku buru-buru pulang ke Indonesia setelah tau kalau rumah ini kosong, karena aku tak ingin membuang kesempatan untuk dekat denganmu.
"Astaga, saking senangnya Ibu sampai lupa. Ini loh, Ibu kesini mau nganterin sayur. Sekalian ibu mau mengucapkan terimakasih ke tetangga baru karena kemarin sudah dikasih kue. Tak disangka ternyata tetangga barunya itu kamu," Anja menyerahkan mangkuk sayur kepada Nathan.
"Terimakasih Bu," Nathan menerima mangkuk itu dengan senang hati. Ia lalu berpikir keras. Bagaimana caranya bisa membuat Bu Anja masuk rumah ya?
"Kamu sudah selesai pindahan, Nathan? barang-barang kamu yang dari luar negeri sudah disusun semua? Perlu Ibu bantuin, nggak?"
Pucuk dicintai ulam pun tiba. Nathan tersenyum lebar.
"Iya Bu. Sebenarnya aku butuh bantuan sedikit. Kalau Bu Anja nggak keberatan, boleh aku minta tolong?"
"Tentu saja!" Anja menjawab dengan penuh semangat. "Apa yang bisa Ibu bantu?"
"Si-silahkan masuk dulu Bu," Nathan buru-buru menggeser tubuhnya agar Anja bisa masuk. Setelah Anja melangkah masuk, diam-diam Nathan bersorak di dalam hati.
YESSS! batinnya sambil menutup pintu dari dalam.
...----------------...
"Rumahnya masih kosong sekali ya," komentar Anja sambil matanya melihat ke sekeliling rumah.
"Yah, begitulah Bu," Nathan berdiri di sebelah Anja setelah menaruh mangkuk sayur ke meja dapur. Sesekali, ia mencuri pandang ke arah wanita itu. "Karena baru pindah dua hari lalu, aku belum sempat beli furnitur baru,"
"Kalau gitu, mau Ibu temani? Kebetulan Ibu tau toko furnitur yang bagus dan harganya murah,"
"Mau!" Nathan menjawab penuh semangat, bahkan hampir berteriak saking senangnya. "Eh, maaf Bu. Kayanya aku terlalu bersemangat karena udah lama nggak ketemu Bu Anja,"
"Hahaha! Nggak apa-apa Nathan. Kamu masih kaya dulu ya, gemesin." ucap Anja sambil tanpa sadar mencubit pipi Nathan.
Hah? Apa? Nathan langsung mematung di tempat. Bu Anja barusan mencubit pipiku? Apa dia bilang tadi? Aku gemesin? Astaga! Oke fix, aku tidak akan mencuci wajahku sampai beberapa hari ke depan.
"Oh ya, Ibu harus bantuin apa, nih?" tanya Anja yang membuat kesadaran Nathan kembali.
"Ah! Ada lemari buku yang masih kosong. Aku mau minta bantuan Bu Anja menyusun buku-buku," Untunglah otak jenius Nathan bisa diajak berpikir dengan cepat, benar-benar berguna disaat seperti ini. Nathan lantas mengajak Anja masuk ke sebuah ruangan yang akan dijadikan ruang kerjanya.
"Wah! Buku kamu banyak sekali, Nathan!" Anja berdecak kagum saat melihat dua kardus besar yang berisi buku. "Kamu benar-benar berubah banyak! Sejak kapan kamu suka membaca buku?"
Nathan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa salah tingkah. "Itu kan berkat Bu Anja juga,"
"Itu karena kamu memang sudah punya potensi," ujar Anja. Tangannya lalu mengambil salah satu buku di dalam kardus dengan asal. Membaca judulnya. "Bahasa pemrograman? Nathan, kamu kuliah di bidang IT?"
"Iya Bu. Sekarang, aku juga akan membangun perusahaan IT ku sendiri," Nathan berkata bangga. Sebenarnya sedikit menyombongkan diri, agar Anja terpesona.
"Wow..." Nyatanya, Anja benar-benar terpesona mendengar ucapan Nathan. "Kamu keren banget!" Reflek, Anja mengangkat tangannya untuk mengusap kepala Nathan. Tapi, karena perbedaan tinggi mereka yang lumayan jauh, dia jadi kesulitan melakukannya.
Nathan yang menyadari hal itu buru-buru menekuk lututnya, menyamakan tinggi mereka berdua.
"Hahaha! Ya ampun, kamu makin tinggi aja ya," Anja tertawa sambil mengelus-elus kepala Nathan. "Ibu benar-benar bangga sama kamu,"
Aku nggak akan cuci rambut, aku nggak akan cuci rambut, batin Nathan di dalam hati.
"Oke, jadi kita mulai sekarang?" Anja melepaskan tangannya dari kepala Nathan. Hal itu membuat Nathan merasa sedikit kecewa. Padahal kan, dia ingin disentuh Anja lebih lama.
Anja kemudian sibuk dengan buku-buku, dan Nathan berinisiatif membuatkan minum untuk tamu istimewanya itu. Ia melangkah ke dapur dengan wajah berseri-seri.
Rasanya aku ingin memeluk tubuh mungil itu, dan berkata betapa aku merindukannya selama ini, Nathan membatin. Astaga, apa yang kamu pikirkan Nathan? Apa kamu orang mesum? Ya ampun joni! Kamu belum turun juga?! Terjadi pergolakan batin di dalam diri Nathan. Ia pun segera mengenyahkan pikiran-pikiran itu dan fokus membuatkan jus jeruk untuk Anja.
Tiba-tiba, pintu depan diketuk. Nathan bergegas membuka pintu, dan terlihat sosok Andi di sana.
"Surprise!" seru Andi yang langsung dibungkam oleh Nathan.
"Lo ngapain disini?" tanya Nathan kesal.
"Loh, gue kan mau bantuin Lo beres-beres. Bukannya kemarin Lo yang nyuruh?" protes Andi.
"Jangan sekarang," Nathan menggeleng. "Gue lagi sibuk."
"Hah? Sibuk ngapain sih sampai gue nggak boleh masuk rumah Lo?"
"Sibuk, pake banget. Udah ya, sekarang Lo pulang sana," Nathan mendorong paksa tubuh Andi.
"Jadi gue diusir, nih? Ya ampun, Lo tega banget sih! Masa temen sendiri diusir!" teriak Andi kesal.
"Sstttt jangan teriak-teriak!" Nathan kembali membungkam mulut Andi, khawatir jika Anja yang di dalam mendengar.
"Lo kenapa sih ketakutan begitu? Eh, Jangan-jangan, Lo lagi nyimpen cewek ya? Cieee cieee! Nath—Hmph!" Andi tak melanjutkan ucapannya karena Nathan lagi-lagi membekap mulutnya.
"Kalau Lo mau pergi dari sini sekarang juga, gue akan kasih pinjem mobil gue seminggu penuh!" Nathan memberikan penawaran.
"Serius Lo?" Mata Andi langsung berbinar-binar. "Beneran ya? Lo janji ya? Besok soalnya gue ada janji ngedate sama cewek!"
"Iya, tapi sekarang Lo cepetan pulang,"
"Siap Bos!" Tanpa disuruh lagi, Andi langsung berlari menuju motornya dan melaju pergi. Sepeninggal Andi, barulah Nathan menghela napas lega.
"Siapa?" tepat saat Nathan masuk, Anja muncul dengan wajah penasaran. "Ada tamu ya?"
"Nggak!" Buru-buru Nathan menggeleng. "Cuma orang salah alamat," bohongnya.
"Oh, Ibu kira kamu ada tamu. Oh iya, Ibu tadi nemu ini di kardus buku kamu. Ibu mau nanya ini ditaruh dimana," Anja menunjukkan sebuah kotak kecil di tangannya. Nathan terbelalak, buru-buru mengambil kotak itu.
"Eh, ini biar aku aja yang simpen Bu," Nathan berkata salah tingkah. "Oh ya, aku udah buatin jus jeruk di atas meja. Silahkan diminum," ujar Nathan sambil melangkah cepat-cepat masuk ke kamar. Sampai di kamar, Nathan buru-buru mengunci pintu dari dalam.
"Bu Anja belum sempat lihat isinya kan?" Nathan bergumam gelisah. "Jangan sampai dia tahu kalau aku nyimpen foto-foto dia di sini,"
kamu g tahu aj sebucin apa Nathan