Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Takut Tersaingi
Perang dingin. Ya, itulah yang terjadi di antara Camila dan Sinta. Tentu keadaan ini sangat menguntungkan bagi Camila. Hidupnya terasa indah setelah kembali tinggal di rumah mertua. Sudah dua minggu ini, Sinta selalu menghindar saat bertemu Camila. Ibunda Zafi itu hanya melayangkan tatapan sinis kepada Camila.
Selama itu pula Camila sibuk mengurus pekerjaan barunya di dunia online. Perkembangannya pun cukup bagus karena Camila mendapat pemasukan dari promosi di sosial media. Bahkan, saat ini dia sudah membeli beberapa alat untuk melakukan siaran langsung di toko online.
"Mas, nanti pulang jam berapa?" tanya Camila sambil menatap Arman yang sedang memakai seragam dinasnya.
"Sepertinya sore. Nanti ada les tambahan di kelas dua belas. Ada apa?" tanya Arman sambil menatap Camila lewat cermin almari.
"Alat-alatku nanti datang. Nanti bantuin ngerangkai ya, Mas," ucap Camila.
"Bisa diatur kalau itu. Nanti malam kan bisa, Sayang." Arman membalikkan badan dan duduk di samping Camila. Lantas, dia memakai sepatu. "Yakin mau jualan live?" tanya Arman lagi.
"Ya pokoknya dicoba aja dulu. Siapa tahu nanti laku. Oh ya, Mas. Aku juga nyoba jualan bodycare. Seperti handbody, serum, lulur gitu. Kalau memang laku, aku mau beli etalase ya, nanti ditaruh di ruang tamu." Camila menjelaskan beberapa rencananya.
"Pinter banget sih istriku," puji Arman seraya menoleh ke samping. "Jadi pengen—"
"Udah! Waktunya ngajar tuh!" Camila menyela ucapan Arman dengan tatapan penuh arti. "Tadi sebelum subuh kan udah. Masa iya masih kurang sih!" gerutu Camila.
Arman hanya mengembangkan senyum tipis mendengar Camila menggerutu. Lantas, dia berdiri dari tempat duduknya dan bersiap berangkat ke sekolah. Seperti biasa, Camila mengantar keberangkatan Arman sampai di depan rumah.
"Hati-hati, Mas," ucap Camila setelah mengecup punggung tangan Arman.
Tak berselang lama dari keberangkatan Arman, ada penjual sayur keliling yang berhenti di depan rumah tetangga. Camila bergegas menghampiri penjual sayur tersebut karena tadi pagi Aminah menyuruhnya membeli beberapa bumbu dapur. Rupanya di sana tak hanya ada beberapa tetangga yang berkerumun. Sinta pun ternyata ada di sana bersama Zafi.
"Pak, bawang putih seperempat. Bawang merahnya satu kilo terus kemiri 1 bungkus. Oh ya, itu kunyit dan jahe masing-masing seperempat," ucap Camila pada penjual sayur.
"Oke, Mbak Mila. Tunggu sebentar ya," jawab penjual sayur.
"Eh, Mil, itu handbody yang kamu posting bisa untuk mencerahkan tangan belang gak?" Anik tiba-tiba saja membuka obrolan.
"Bisa, Mbak. Tapi harus pakai rutin dan pakai serum kalau malam," jawab Camila seraya menatap Anik.
"Loh kamu sekarang jualan kah, Mil?" sahut tetangga yang lain.
"Iya, Mbak. Kalau mau lihat ada di toko oyen, Mbak. Cek aja etalasenya," jelas Camila dengan diiringi senyum tipis.
"Mbak Mila. Ini belanjaannya. Semua totalnya empat puluh lima ribu," ucap penjual sayur seraya menyerahkan kantong kresek kepada Camila.
Setelah selesai belanja di sana, Camila bergegas kembali ke rumah untuk melanjutkan kegiatannya. Bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian. Semenjak memutuskan menjadi Affiliate di toko online, Camila menjadi lebih disiplin mengatur waktu. Dia melakukan tugasnya di rumah dengan cekatan. Apalagi, hari ini Aminah tidak ada di rumah. Wanita lanjut usia itu sedang menghadiri pengajian rutin bulanan.
Sementara itu, masih di rumah tetangga. Sinta mencoba mencerna obrolan yang sempat terjadi di antara Camila dan beberapa orang lainnya. Meski Sinta terlihat santai menyuapi putranya, tetapi pikirannya mulai dipenuhi dengan beberapa spekulasi.
"Mbak Anik," panggil Sinta setelah melihat sang empu selesai berbelanja.
"Ada apa, Mbak Sinta?" tanya wanita berdaster ungu itu.
"Mila jualan apa sih? Kok saya gak pernah tahu sih." Sinta benar-benar penasaran dengan kegiatan adik iparnya itu.
"Lah, memang Mbak Sinta gak pernah lihat statusnya Mila? Dia ngeshare beberapa barang dan jualan bodycare di toko oyen. Masa iya Mbak Sinta gak tahu sih?" cerocos Anik seraya menatap heran ke arah Sinta. "Eh, nanti aja ya dilanjut lagi ngobrolnya. Aku mau nyiapin bekal suamiku dulu," pungkas Anik sebelum berlalu dari hadapan Sinta.
Panas. Ya, itulah yang dirasakan Sinta saat ini. Hatinya meradang karena ketinggalan informasi tentang adik iparnya itu. Rupanya bersikap cuek dan sinis kepada Camila tidak menghasilkan apapun. Malah yang ada dia ketinggalan proses yang dialami oleh adik iparnya itu.
"Ternyata selama ini aku disembunyikan dari statusnya Mila. Kurang ajar ini anak ternyata," batin Sinta sambil mengaduk makanan putranya. "Setelah ini aku harus mengobrak-abrik sosmed untuk melihat perkembangan Mila," lanjutnya.
Tak berselang lama, Sinta mengajak Zafi pulang ke rumah. Dia membiarkan putra sulungnya itu bermain di kamar. Lantas, Sinta mulai membuka ponselnya itu melihat toko oyen dan sosial medianya.
"Kok gak nemu ya? Apa aku diblokir ya?" gumam Sinta setelah masuk aplikasi pacebook. "Aku cek lewat epbe nya Arman saja lah. Pasti ada di sana akunnya Mila." Ide cemerlang muncul dalam pikiran.
Setelah mengetik nama Arman, akhirnya Sinta menemukan akun adik iparnya. Dia langsung membukanya dan seketika menemukan akun Camila. "Sial. Gak bisa di klik lagi. Jadi aku benar-benar di blokir nih!" umpat Sinta setelah gagal membuka akun Camila. "Awas saja ya. Aku akan mengadu ke Ibu!"
Sinta rasanya tidak bisa menahan lagi gejolak yang ada di dalam diri. Dia takut jika setelah ini Camila akan menjadi kesayangan semua orang karena usahanya. Sinta menggeleng beberapa kali karena tidak mau hal itu terjadi.
"Tidak, tidak. Dia gak boleh menang. Aku yang harus jadi nomor satu di sini. Emang siapa dia? Beraninya mau nyaingin aku!" ujar Sinta dengan jumawa.
Cukup lama Sinta berdiam diri di dalam kamar hingga memunculkan ide di kepala. Helaan napas berat terdengar di sana, sebelum Sinta keluar dari kamar. Ya, wanita asal Solo itu memutuskan untuk meminta maaf terlebih dahulu kepada Camila. Dia ingin mengakhiri perang dingin ini secepatnya.
"Dek Mila,"
Sang pemilik nama menghentikan aktivitasnya setelah mendengar suara yang sangat familiar itu. Camila menoleh ke belakang setelah mengatur timer di mesin cuci. Tentu dia merasa heran karena Sinta lebih dulu menyapanya.
"Ya." Hanya itu yang menjadi jawaban Camila. Dia masih menatap Sinta yang berjalan mendekat ke arahnya.
"Aku minta maaf karena bersikap tidak baik selama ini. Aku ingin kita mulai kembali menjalin hubungan keluarga yang harmonis seperti dulu. Aku benar-benar menyesal atas tindakanku kala itu," ucap Sinta dengan tutur kata yang sangat halus.
Camila tercengang mendengar penuturan itu. Dia sampai bingung harus menjawab bagaimana. Tanpa diduga, Sinta tiba-tiba saja memeluknya beberapa detik lamanya dan tersenyum manis sebelum pergi meninggalkan Camila di tempat cucian. Camila menggeleng beberapa kali karena tidak percaya hal sebesar ini akan dilakukan oleh kakak iparnya itu.
"Kenapa dia? Lagi kesurupan setan mana coba? Apa jangan-jangan dia punya rencana lain? Ah, tidak tidak. Aku harus berpikir positif. Mungkin dia udah tobat." Camila hanya bisa membatin saat memikirkan tujuan Sinta.
...🌹TBC🌹...
...Alah alah Sinta. Kamu ini kenapa cobaa??...
Arman mana tau,,berangkat pagi pulang sore
terimakasih
Anak sekarang benar2 bikin tepok jidat
Lagi musim orang sakit..
Fokus sama usahanya biar makin lancar..
Goprutnya ntar sampai hafal sama Mila 😀😀
Camila harus lebih tegas lagi
Yg g boleh itu jadi pengadu domba
Fokus saja sama keluarga dan usaha biar sukses