"Jika kamu masih mengaggap Paman, seperti keluargamu. Maka jangan mau menerima lamaran dari Alvin. Karena dia bukan lelaki yang baik untukmu." ungkap Danu paman dari Fira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
"Eh besti, mau belanja?" tanya Bu Sumini kala melihat kedatangan Marni.
"Belanja? Disini? Gak level." sahut Marni.
"Wah, benarkah? Mungkin karena disini tidak diberlakukan hutang ya Bu." kekeh tetangga Asma.
"Apa maksudmu? Aku ini belanjanya di supermarket. Bukan di kedai kecil begini." sahut Marni tidak terima.
"Oo iya kah? Bukannya karena yang bisa ngutang kayak tukang sayur, juga warung Bu Yati, yang hampir tutup itu ya?" kekeh tetangga Asma yang lainnya. Karena mereka sedikit tidak menyukai sikap Marni yang sok kaya.
"Siapa bilang aku suka ngutang sama tukang sayur dan Bu Yati? Aku ini orang kaya ya. Bahkan sekolah Fira aja sanggup aku bayarkan. Jangan memfitnah ku sembarangan." berang Marni tidak terima.
"Marni mau belanja apa? Biar aku tolong." seru Asma agar jangan ada keributan di kedainya.
Bukan apa, dia tahu betul bagaimana sikap Ibu-ibu jika sudah emosi. Barang-barang orang berantakan pun, dia tidak peduli.
"Coba kalian semua lihat ini, ini dan ini. Masak aku belanja disini sih." ujar Marni menunjukan leher tangan dan jarinya yang dipenuhi emas.
"Ya sudah Bi, kalo gak mau belanja jangan disini. Kasihan Ibu-ibu lainnya terganggu dengan suara Bibi yang tidak merdu itu." kekeh Fira mengusir secara halus.
"Yok Sumini, aku traktir kamu belanja sepuasnya di supermarket. Disini ikannya gak segar." sinis Marni meninggalkan kedai milik Fira diikuti oleh Sumini sahabat baiknya itu.
Alvin sengaja pulang kerja dengan jalan memutar. Dia ingin menatap wajah teduh Fira. Apalagi, Alvin tahu dari Raya, jika sekarang Fira sibuk menjaga kedai kecil miliknya. Yang otomatis, wajah Fira selalu terpampang jelas walaupun Alvin berdiri di tepi jalan.
Melihat Fira yang sendirian. Alvin langsung turun dari mobilnya. Dan menghampiri Fira yang sibuk menakar gula ke dalam plastik.
"Sayang ..." sapa Alvin.
Fira langsung tercekat kala mendengar suara Alvin. Bahkan sekarang bulu kuduknya juga berdiri. Sampai-sampai tangannya juga ikut gemetar.
"Fira ..." lagi Alvin memanggil, kala melihat tidak ada respon dari Fira.
"Pergi ..." usir Fira tanpa menatap ke arah Alvin yang berada tepat di belakangnya.
"Maaf," bisik Alvin seraya memeluk tubuh Fira dari belakang.
Perbuatan Alvin langsung membuat air mata Fira luruh. Dia kembali teringat bagaimana kasar dan brengseknya Alvin di malam itu.
Fira bukan tidak melawan, akan tetapi, tenangnya yang hilang entah kemana. Bahkan hanya sekedar untuk berteriak minta tolong.
Bugh ... Farhan datang menarik tubuh Alvin dari belakang, dan dia tidak segan langsung menonjok pipi Alvin.
"Apa yang kamu lakukan pada istriku hah?" teriak Farhan, berhasil membuat tubuh Fira melorot jatuh ke lantai.
"Istrimu? Ingat dia dulu mantanku." kekeh Alvin menghapus darah yang berada disudut bibirnya.
"Iya, mantan yang kau tinggalkan." tekan Farhan.
"Pergi kamu, jangan sesekali menggangu istriku. Atau aku teriak biar semua orang tahu, kelakuan busukmu." ancam Farhan, membuat Alvin keluar dari kedai milik Fira.
"Dik, Fira ..." Farhan memeluk Fira yang masih mematung di lantai.
Lagi Fira menangis kala menyadari jika yang memeluknya sekarang adalah Farhan. "Aku takut." lirih Fira dengan isakan.
"Lawan Dik, lawan. Jangan biarkan ketakutan itu menghantui mu. Lawan lah, jangan biarkan dia bersarang di kepalamu." bisik Farhan menenangkan Fira.
Hari ini Farhan sengaja pulang lebih, bukan apa. Itu semua, karena Farhan sedang tidak enak badan. Namun, saat melihat mobil Alvin berada tidak jauh dari kedai Fira. Farhan langsung merasa firasat tidak baik. Dan benar saja, saat dia datang, dia melihat Alvin yang sedang memeluk tubuh Fira. otomatis Farhan langsung emosi.
Alvin sampai di rumah, namun tidak ada Raya disana. Yang ada hanya Marni juga Danu sedang duduk bersama di ruang keluarga.
Tanpa menyapa mertuanya, Alvin langsung memasuki kamar. Dia melihat Raya sedang tidur nyenyak di kasur empuknya.
Alvin langsung menanggal pakaiannya dan memasuki kamar mandi, untuk menjernihkan pikirannya dari pesona Fira. Bahkan wangi tubuh Fira bisa membuatnya gila.
"Farhan sialan ..." gumam Alvin, kala sekelebat bayangan Farhan kembali muncul saat dia sedang membayangkan Fira. Beserta tubuh bagian atas Fira, yang pernah disentuhnya.
Alvin langsung menyudahi acara mandinya, dan berniat menuntaskan hasratnya pada Raya. Sebab, gara-gara memeluk Fira tadi, nafsunya meningkat.
"Raya bangun..." Alvin menepuk paha Raya.
Raya langsung mengeliat, kala melihat Alvin berada di dekatnya.
"Layani aku ..." pinta Alvin tanpa ada rayuan agar meningkatkan hubungan romantis antara keduanya.
"Maaf Bang, aku lagi gak enak badan. Udah seharian aku pusing." seru Raya.
"Aku gak peduli, tugasmu adalah mengikuti perintahku." tekan Alvin.
"Tapi ..." ujar Raya.
Namun, ucapannya terhenti akibat dibungkam oleh Alvin.
Alvin memaksa Raya, tak peduli, dengan tubuh demam istrinya itu. Karena sekarang, dimatanya Raya adalah Fira. Sesekali dia melakukannya dengan lembut. Akan tetapi, kembali kasar jika mengingat Farhan yang menjengkelkan.
"Makasih Fira ..." lirih Alvin sebelum dia tertidur pulas.
"Jadi, dari tadi kamu membanyangkan kalo aku ini Fira? Jahat kamu Bang." isak Raya mengguncang tubuh Alvin.
"Tidur Fira ..." racau Alvin tanpa membuka matanya.
"Bang ..." pekik Raya tidak terima.
Raya langsung memaksa Alvin untuk bangun. Dia tidak peduli dengan keadaan Alvin yang kecapean. Bahkan dia tidak bertanya tentang kenapa sudut bibir Alvin yang sedikit membiru.
"Bangun." paksa Raya menarik tangan Alvin agar bisa duduk.
"Apaan sih Raya, kamu nganggu aja tahu gak." bentak Alvin.
"Ganggu? Ganggu mimpimu sama mantan mu itu?" tebak Raya.
"Ka-kamu ngomong apa sih." ucap Alvin menatap sembarang arah.
"Kamu jahat tahu gak, kamu menganggap aku ini Fira kan? Yang kamu setubuhi aku, aku Raya. Bukan Fira." tekan Raya.
"Kamu bahkan berterimakasih pada Fira. Padahal jelas-jelas aku yang ada disini. Sakit Bang, sakit." ungkap Raya memukul dadanya.
"Maaf, maaf ..." Alvin langsung memeluk tubub Raya, kala tidak sengaja melihat bayangan di bawah celah pintunya.
"Maaf, karena tadi aku banyak pikiran. Dan Fira juga tersenyum menggoda kearah ku, kala aku pulang." bohong Alvin dengan posisi masih memeluk Raya.
"Kenapa kamu bisa kesana? Bukannya dari jalan lebih dulu sampai ke rumah kita?" tanya Raya masih dengan isakan.
"Tadi aku ada sedikit keperluan, jadi harus memutar arah. Makanya melewati kedai Fira. Di sanalah, dia tersenyum padaku. Seolah menggodaku. Maaf." bisik Alvin.
"Kamu punya ku Bang, dan ingat Fira itu juga sudah bersuami. Dan dia memang berniat untuk menggodamu. Ku mohon, kamu tetap setia padaku." pinta Raya, kala mengingat jika Raya pernah mengatakan akan merayu Alvin.
"Benarkah Fira berniat menggodaku? Atau jangan-jangan dia masih cinta padaku? Buktinya, dia tidak melawan saat aku memeluknya tadi." batin Alvin tersenyum senang.