"Waaa kenapa begini."
Itulah jeritan hati sepasang insan yang di pertemukan di acara perjodohan oleh keluarga mereka yang merupakan mafia terbesar di kota dan membagi kota menjadi dua wilayah. Perjodohan mereka sebagai pewaris adalah kunci perdamaian dan penggabungan dua keluarga mafia yang selalu berselisih dan saling memperebutkan wilayah.
Namun keduanya menjadi sangat bingung dan tidak berani menolak walau mereka ingin menolak karena memiliki kekasih masing masing dan melihat satu sama lain sebagai aib di masa lalu.
Alasannya ketika keduanya sempat melarikan diri dari keluarga mereka karena tidak mau menjadi pewaris sewaktu muda, keduanya bekerja menjadi aktor dan aktris film porno yang selalu tampil bersama dalam setiap syuting.
"Ya, kami mau menikah," ujar keduanya dengan terpaksa demi menjaga perdamaian dua keluarga walau mereka tidak saling mencintai dan hanya tubuh mereka yang saling mengenal satu sama lain.
Mohon di baca dan tinggalkan jejak ya, makasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
Malam nya, “ting,” pintu lift terbuka, Dean dan Layla keluar dari lift untuk menuju ke kamar hotel mereka, wajah keduanya terlihat merah dan geram. “Klek,” Dean membuka pintu kamarnya dan mempersilahkan Layla masuk duluan, ketika keduanya sudah di dalam dan pintu sudah di tutup,
“Semua gara gara lo,” ujar keduanya sambil saling berhadapan dan saling tunjuk.
“Apaan yang gara gara gue ?” protes Dean.
“Nih...liat....liat....liat,”
Layla melucuti pakaian nya satu persatu sampai akhirnya tampil polos di depan Dean, kemudian memperlihatkan bercak bercak merah di sekujur tubuhnya,
“Gue juga sama nih liat....liat,”
Dean membuka pakaian nya satu persatu dan akhirnya dia benar benar tidak memakai pakaian sama sekali di depan Layla dan memperlihatkan seluruh bercak merah di tubuhnya. Keduanya saling menatap satu sama lain dari bawah ke atas kemudian ke bawah lagi, ketika mata mereka bertemu,
“Sini,” bentak keduanya.
Keduanya langsung maju berpelukan dan berciuman dengan panas, mereka bergerak sambil berpelukan dan melompat ke ranjang. 45 menit kemudian, setelah selesai bertempur untuk yang ketiga kalinya dalam satu hari, Dean bersandar duduk di atas ranjang dengan Layla di pelukannya,
“Kita rusak ya La,” ujar Dean.
“Iya De, kita rusak,” balas Layla.
Keduanya kembali terdiam dan tertegun sambil saling memeluk, pandangan mata mereka kosong dan mulut mereka sedikit ternganga. Dean menghela nafasnya,
“Kalau di pikir pikir, kita berdua dulu lucu juga ya, abis syuting pulang ya pulang aja, negor enggak, nyapa enggak, tukeran nomor juga enggak,” ujar Dean.
“Iya, kayak ga ada apa apa gitu ya, tapi waktu itu gue fokus cari uang dan gue anggap semua itu batu loncatan supaya bisa tenar trus lepas dari cengkraman papa,” balas Layla.
“Sama, gue juga mikirnya sama kayak lo, gue pengen lepas dari keluarga gue, tapi pada akhirnya, lo keluar duluan,” balas Dean.
“Iya, karena akhirnya gue mikir,” balas Layla.
“Pas lo keluar, gue udah di bayar, jadi ya terusin dulu sebulan, sempet syuting ama orang lain tapi laen banget dan gue ga tahan, akhirnya gue juga keluar,” balas Dean.
Keduanya kembali terdiam, mereka mengenang masa masa mereka sewaktu mereka masih berkeja di industri itu,
“Waktu keluar....jujur aja, gue nyari lo, tapi gue ga nemu nama Tyrel, gue tau itu nama samaran, tiga bulan gue ngubek ngubek kota buat nyari lo,” ujar Layla.
“Kalo itu sih gue juga, gue cari nama Helga, eh malah nemunya nenek nenek trus gue baru ingat kalo nama itu nama samaran, tapi akhirnya gue ketemu cewe yang sama persis kayak lo, di univ fashion design,” balas Dean.
“Oh ya, siapa namanya ?” tanya Layla.
“Namanya Sharon, dia mirip banget ama lo, gue jalan ama dia sebulan, tapi pas ke hotel....ternyata dia bukan lo, jadi gue putusin,” jawab Dean.
“Hah...jadi elo yang ngerjain temen gue sampe nangis nangis dan trauma ama cowo, parah lo, dasar cowo bejat,” teriak Layla walau masih di pelukan Dean.
“Sori, gue ga maksud gitu, soalnya waktu itu gue bener bener nyari lo dan rasanya percuma di terusin karena ujung ujungnya kasihan dia.....kalo lo ketemu dia lagi, tolong bilangin gue minta maaf....temen gue juga ada yang trauma soalnya, gue ngerti perasaan dia,” balas Dean.
“Oh gitu, temen lo juga ada ya, temen sekampus ?” tanya Layla.
“Iya, temen gue di kampus informatika, kasihan dia, udah pacaran tiga bulan, pas ke hotel langsung di putusin,” jawab Dean.
“Huh ? lo anak kampus informatika ?” tanya Layla.
“Iya, eh...lo juga anak kampus fashion ya, buktinya lo kenal Sharon, baru nyadar gue,” jawab Dean.
“Iya bener, temen lo itu....namanya Steve bukan ?” tanya Layla.
“Loh kok lo tau....jangan jangan elo....”
“Iya gue, gue ngaku, waktu itu gue pikir dia elo, gue coba pacaran ama dia tiga bulan, gue pengen tau dulu, dia emang baik kayak lo, jadi gue pikir udah pasti elo, lagian yang di kasih kartu nama ama pak Jeffrey dia, jadi gue yakin dia elo, tapi pas ke hotel dan pas udah masuk, rasanya lain jadi gue yakin dia bukan elo, gue langsung putusin dia karena alasan yang sama dengan elo, gue minta maaf, jangan marah....gue nyesel beneran,” Layla langsung nyerocos memotong ucapan Dean.
“Geh....gue belum kelar nuduh udah ngaku sendiri, parah,” balas Dean.
“Abisnya gue ga enak, gue baru nuduh lo macem macem, ga taunya gue juga sama, sori,” ujar Layla.
“Tunggu, lo bilang lo di kasih kartu nama ama pak Jeffrey ?” tanya Dean.
“Iya, waktu karaoke dan mixer ama temen temen kampus lo,” jawab Layla.
“Oh...lo ikut waktu itu, berarti lo kenal John dan Bruce juga dong ? karena waktu itu mereka yang pergi ama Steve, gue ga ikut,” balas Dean.
“Hmm gue lupa sih namanya yang lain, cuman Steve aja yang gue inget karena gue pikir dia elo,” balas Layla.
Keduanya kembali terdiam dan tertegun walau masih saling berpelukan bersandar di ranjang, tak lama kemudian, keduanya saling menatap kembali dan berciuman. 30 menit kemudian, keduanya berbaring di tempat tidur dan menutupi tubuh mereka dengan selimut,
“Ini....ga bener, masa sehari lebih dari tiga kali, kayak minum antibiotik,” ujar Dean.
“Iya...kita emang kacau nih,” balas Layla.
Keduanya saling menoleh dan melihat satu sama lain, “pfft hahaha,” keduanya tertawa dan berbalik kemudian berpelukan,
“Kalau saja waktu itu gue berhasil menemukan elo, ceritanya pasti ga begini,” ujar Dean.
“Sama, memang pada akhirnya kita sama sama lagi, tapi....terlambat,” balas Layla.
“Benar, gue ga bisa mengkhianati Yessi lebih dari ini, gue sayang dia,” balas Dean.
“Sama, Anton begitu sayang sama gue, jujur aja gue ga mau lepas dari dia dan kayaknya ga bisa lepas dari dia,” balas Layla.
“Lo kenal Anton di mana ?” tanya Dean.
“Waktu itu, gue kerja di butik mama nya, keluarga Anton punya perusahaan gede dan mereka memang benar benar pengusaha, gue di kenalin ama mamanya ke Anton waktu itu, kalau lo sendiri ? lo kenal Yessi darimana ?” tanya Layla.
“Gue dulu kerja di perusahaan bokapnya dan kebetulan banget gue pernah nolongin dia pas di ganggu preman waktu dia lagi keluar kantor, abis itu gue mulai deket ama Yessi dan akhirnya pacaran ama dia, tapi terusnya gue pindah kantor karena kan kalau pacaran ga bisa sekantor dan kemarin gue baru di pecat,” jawab Dean.
“Oh sama dong, kemarin juga butik mama nya Anton di jual dan semua karyawannya boleh ikut dengan pemilik baru, gue ga mau jadi gue keluar,” balas Layla.
“Hmm pantes mereka di jodohin, trus sabtu gimana nih ?” tanya Dean.
“Belum ada gambaran,” jawab Layla.
Keduanya kembali terdiam dan berpikir, tiba tiba Layla menutup wajahnya dengan kedua tangannya,
“Kenapa ?” tanya Dean.
“Kalau boleh jujur...gue bingung....semua gara gara lo yang nongol lagi, perasaan gue jadi kacau dan terbelah dua gini,” jawab Layla.
Dean menoleh melihat langit langit, sebenarnya dia juga merasakan hal yang sama seperti Layla, dia tidak bisa memilih antara Yessi yang dia cintai dan Layla yang merupakan cinta pertama bertemu kembali. Dean mengambil sebelah tangan Layla dan mereka bergandengan tangan di dalam selimut.
“Gue ga bisa milih antara Yessi dan lo,” gumam Dean.
Layla langsung menoleh melihat Dean dan tersenyum, karena dia pun sama, dia tidak bisa memilih antara Anton dan Dean.