Key Lin Tumbuh Di Bumi Barat

Alex telah meninggalkan Key Lin di sekolah, begitu juga dengan Shoe yang sudah kembali ke toko, meninggalkan Arina. Arina, dan Key mudah akrab, Key bukan tipe anak yang suka bergaul, tetapi mengecualikan Arina. Dia merasa kasihan karena gadis kecil itu tidak punya teman.

"Kapan kau akan pergi ke Asrama?" Key Lin berkata sekedar basa-basi. Dia tampaknya tak memiliki topik pembicaraan.

"Dua Minggu lagi. Key apa selama itu kamu akan menjemput aku tiap pagi di toko?" Tanya Arina. Gadis kecil itu rupanya telah jatuh hati pada Key kecil.

Key yang baik hati tentu saja menarik bagi Arina, terlebih dia tampan, dan rajin. Dan hanya seorang gadis sombong yang akan menolak kelembutan seperti itu.

Arina merona, dan Key tidak memperhatikan hal itu. Key tak pernah memikirkan hal seperti cinta monyet atau semacamnya. Di hadapannya hanya ada belajar, dan bekerja. Hanya ada car untuk bertahan hidup.

Key berjalan beriringan dengan Arina. Mereka pergi ke papan pengumuman bersama. Ternyata setelah tes hari itu, kelas sudah di bagi. Arina, dan Key ternyata satu kelas. Kelas unggulan. Cukup mengejutkan bagi Arina, jika ternyata Key Lin adalah anak yang pintar. Dia semakin menyukai Key.

Mereka masuk bersama ke dalam kelas. Semua siswa hidd 1-1 mulai masuk ke kelas itu. Kelasnya bagus. Ada kipas angin, dan pemanas. Almari perpustakaan mini, dan meja kursi murid yang bagus. Semua murid di beri kursi berdasarkan nomor. Key mendapatkan nomor 4 di depan, dan Arina mendapatkan nomor 17 di tengah-tengah. Murid laki-laki, dan perempuan tidak duduk bersebelahan.

Arina merasa sedih tidak bisa duduk dengan Key. Tapi dia akhirnya tersenyum ketika ingat jika setidaknya mereka satu kelas. Arina bisa memandangi wajah Key dari belakang. Setiap Key menoleh, Arina pasti bisa melihat dia.

Beberapa menit setelah masuk ke dalam kelas, seorang guru dengan wajah rupawan masuk ke kelas. Ia mengenakan kemeja warna putih dengan rambut coklatnya yang potong belah samping dengan volume, membuat wajahnya tampak menarik, dan bertambah tampan.

"Permisi semuanya, maaf mengganggu sebentar. Perkenalkan, aku adalah wali kelas kalian, Leoni Frisky, mulai hari ini aku akan mengajar kalian. Di sekolah dasar, kalian akan mempelajari semua mata pelajaran dariku, kecuali olahraga, dan seni." Sang Guru memperkenalkan dirinya di depan para murid. Key sempat dengar dari murid lain jika Leoni adalah guru terbaik di sekolah itu. Dia sudah mendapat banyak undangan dari sekolah lain untuk mengajar murid mereka, tapi Leoni menolak semuanya. Hanya akademi di kota kecil ini yang jadi pilihannya.

Akademi tempat Key bersekolah memang cukup terkenal. Tapi Akademi itu terletak di kota industri pinggiran yang kecil. Kota yang terletak dekat dengan ibu kota negara, tapi kalah dari kota lain sekitar ibu kota.

Mengapa Leoni memilih tinggal di sekolah itu? Padahal akademi besar banyak yang ingin merekrut dia.

.....

Key Lin yang memikirkan betapa antusiasnya teman-temannya menjadi semakin waspada. Itu artinya dia harus hati-hati. Jangan sampai nilainya turun. Key Lin tentu tidak ingin beasiswanya di cabut, karena kalah bersaing dari murid lain.

Di saat istirahat, dia berusaha berbaur dengan murid yang tampak paling tidak mencolok. Murid yang kelihatan miskin seperti dia.

Tapi sepertinya Key Lin salah. Mereka adalah anak orang kaya. Dia merasa kasihan pada mereka, pada akhirnya dia sendiri mengasihani dirinya.

Meski begitu Key berbaur dengan baik. Dia, dan Arina duduk bersama. Mereka mengobrol banyak dengan murid lain. Mereka ramah, ada yang tulus, dan ada juga yang hanya berpura-pura.

Key Lin mengetahui semua wajah asli temannya. Sehingga dia tahu mana murid yang berpura-pura, dan mana yang benar-benar temannya meski baru hati pertama sekolah.

Saat itu, Key pergi ke toilet, karena ingin uang air kecil. Dia meminta Arina menunggunya.

.....

"Dasar pengganggu. Kamu menumpahkan minuman ke rokku!" Ujar salah seorang anak perempuan. Anak itu merasa kesal, wajahnya merah padam. Benar-benar seperti habis di rebus.

Arina meminta maaf pada anak perempuan itu. Tapi anak bernama Elza itu menolak. Dia tidak ingin Arina menyentuh dirinya.

Saat itu Key Lin sudah kembali dari kamar mandi, dia melihat ada keributan di depannya. Sebelumnya baik-baik saja, mereka tampak akur. Tapi saat Key kembali, Arina sudah dirundung oleh tiga orang anak perempuan, Elza, Helen, dan Flora.

"Ada apa?" Tanya Key Lin pada tiga orang di depan Arina.

"Dia menumpahkan minuman ke rokku." Ujar Elza. Key Li menatap rok Elza yang tampak mahal, berbeda dengan pakaian murid lain.

"Apa dia sudah minta maaf ke kamu?" Tanya Key Lin terdengar membela Elza, tapi sebenarnya sedang menelisik.

"Tidak sama sekali." Saat mendengar jawaban Helen, dan Elza, Arina merasa terkejut. Kenapa mereka berbohong?