***
Karena kebodohannya sendiri, Grace harus menghadapi sebuah insiden tak terduga di dalam hidupnya. Dimana dia terpaksa harus terlibat dengan seorang laki-laki yang ia temui disebuah club. Saat itu dia mendapatkan dare untuk mencium seorang pria random disana. Namun sayangnya karena ciuman sialan itu mengantarkannya pada sebuah penyesalan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Pria yang ia cium itu ternyata bukan orang yang sembarangan. Dia merupakan CEO dari sebuah perusahaan besar yang sangat berpengaruh sekali. Karena pengaruhnya itulah mau tak mau Grace harus membayar mahal atas tindakan bodohnya malam itu.
Akankah Grace sanggup membayar hal tersebut?
***
HALLO GUYS IM BACK!!!
BIJAK DALAM MEMBACA YA! BANYAK MENGANDUNG UMPATAN, DAN TENTU SAJA ADEGAN YG HM-HM. DOSA DITANGGUNG SENDIRI. SIAP-SIAP BAPER WKWK.
Ig : oviealkhsndi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ovie NurAisyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
***
Atlas langsung tancap gas saat mendapatkan informasi tentang keberadaan Grace. Dia tidak menunda waktu lagi, bahkan dia mengabaikan beberapa panggilan telepon dari klien pentingnya. Semua ini hanya demi segera menemukan gadis itu di titik tempat yang sudah diberitahu oleh Daren.
Atlas cukup takut, sebab menurut informasi yang ia dapatkan, Grace tengah bertemu dengan Marvin. Jika itu kebenarannya, maka Atlas harus siaga satu. Bukan karena dia mencintai Grace, tapi karena dia harus melindungi nyawa Grace. Bagaimana pun urusan Marvin dengannya, bukan dengan Grace. Tapi ini kan Marvin, orang brengsek yang selalu memukul rata siapa pun tanpa pandang bulu. Mau dia salah atau pun tidak.
Sore tadi setelah jam kantor selesai, Atlas memang melihat Grace langsung pergi menggunakan taxi. Awalnya ia enggan cari tahu bahkan mengejar gadis itu. Kan hubungan mereka ini hanya pura-pura. Tapi setelah mendapatkan info dari Daren, Atlas langsung naik pitam dan langsung pergi.
Dari kejauhan Atlas memang bisa melihat bahwa Grace tengah beradu mulut dengan Marvin. Disana Marvin belum bertindak fisik, dia masih diam ditempatnya. Tapi bagi Atlas, keberadaan pria itu tetap salah. Dia pasti sedang mengincar orangnya lagi.
Atlas menghentikan mobilnya tepat disamping Grace dan langsung keluar dari dalam mobil tersebut. Dengan cepat ia menarik lengan Grace agar mendekat ke arahnya. Bahkan Atlas menyembunyikan tubuh kecil Grace dibelakang tubuhnya.
"Seharusnya gue udah peringatin lo kan waktu itu? Kalo lo masih sayang sama perusahaan lo, stop ganggu orang-orang gue. Apalagi gadis ini," ucap Atlas. Tatapannya tajam, sepertinya Atlas langsung naik pitam ketika berhadapan dengan pria ini.
Marvin tersenyum tipis dan sinis, "Yang gue sayang cuma Tasya. Tapi sialnya lo hilangin nyawa dia!!"
"Kebutaan lo ternyata masih sama kayak dulu. Telinga lo juga masih tuli, sama kayak dulu. Udah gue bilang, Tasya meninggal karena kecerobohannya sendiri. Gue gak ada sangkut pautnya sama kejadian itu."
Perdebatan antara Altas dan Marvin terus berlanjut. Marvin masih terus menyalahkan Atlas. Bahkan emosinya juga sangat menggebu-gebu. Sedangkan Atlas, dengan tampang tenangnya tetap diam. Dia tidak gentar sama sekali. Mencerminkan jika dia memang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang sedang dibicarakan oleh Marvin.
Sementara Grace, dia hanya diam menyimak ucapan kedua pria ini. Dia tidak tahu akar masalahnya seperti apa, makanya dia hanya diam saja.
"Gue gak punya waktu buat ngeladenin orang keras kepala kayak lo. Yang jelas semua bukti udah ada di depan mata, bahkan lo juga udah denger kesaksian Taskiya. Gue bukan orang yang menyebabkan kematian Tasya!" putus Atlas.
Ia pun segera menarik lengan Grace dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. Tak lama Atlas juga datang masuk. Grace kira kedua pria ini akan adu otot dulu. Ternyata tidak. Atlas dengan mudah pergi, sementara Marvin hanya diam menatap dengan penuh kilatan amarah.
"Apa tujuan mu menemuinya? Bukankah sudah aku peringatkan? Jangan dekati dia!"
Grace menghela nafasnya pelan. "Aku sama sekali tidak menemui dia. Dia sendiri yang tiba-tiba datang di depan ku. Dan, jika sedang emosi, lebih baik redakan emosi mu dulu sebelum mengajak ku berbicara. Aku tidak mengerti masalah kalian berdua, dan tentu saja aku enggan menjadi pelampiasan amarah mu, Atlas!"
Kini giliran Atlas yang menghela nafasnya. Dia memang selalu emosi jika sesuatu hal berkaitan dengan Marvin. Pria itu tidak pernah berubah, selalu menyalahkan sesuatu hal yang sama sekali tidak pernah ia lakukan. Kematian Tasya karena meyelamatkan Taskiya, tapi malah menutup matanya dengan fakta dan kebenaran itu.
Memang laki-laki gila!
"Lalu kau habis dari mana? Sepulang kerja langsung pergi begitu saja," ucap Atlas.
"Urusan ku banyak. Bukan hanya bekerja kepada mu sebagai sekretaris dan pacar pura-pura," jawab Grace.
"Ingat ucapan ku, jangan pernah menemui pria itu lagi. Jika tidak sengaja bertemu, langsung pergi dan hubungi aku. Dia bukan pria sembarangan, Gracellin. Dia bisa saja menghilangkan nyawa mu."
"Aku tahu."
Atlas refleks langsung melirik ke arah Grace. Tahu? Dia tahu apa?
"Yang bermasalah kalian berdua, tapi yang jadi pelampiasannya orang lain. Benar-benar miris, hanya karena wanita kalian berdua jadi seperti ini," tutur Grace sembari menggelengkan kepalanya.
"Kau tidak mengerti masalahnya, jadi lebih baik diam dan turuti semua ucapan ku."
"Dengar, King Atlas. Aku memang bekerja dan memiliki perjanjian dengan mu. Tapi kau tidak bisa seenaknya meminta ku untuk ini itu, apalagi sampai harus menuruti semua kemauan mu. Perjanjian ini pun karena terpaksa. Kau harus tahu batasan mu. Jika saja kau tidak mengatakan aku kekasih mu di depan semua orang tadi pagi, kemungkinan aku masih aman dan tidak akan diganggu oleh musuh-musuh mu. Tapi bodohnya, kau malah melakukan hal itu."
"Jadi jangan pernah mengajari ku soal melindungi diri sendiri. Aku bisa melindungi nyawa ku sendiri," putus Grace penuh penekanan.
***
Semalam setelah Grace diantarkan ke apartement dinas, dia hanya pura-pura masuk. Sebenarnya dia langsung pergi lagi setelah menghubungi kedua temannya untuk menjemputnya. Mobilnya memang ada di bassement apartement, tapi kuncinya masih berada ditangan Atlas. Makanya dia meminta pertolongan kedua temannya untuk mengantarkannya ke rumah. Sekalian dia juga menjelaskan soal berita yang sedang trending saat ini.
Bukan hanya kedua temannya saja yang bertanya, tapi ibu Lita juga. Awalnya Grace kira ibu Lita akan melarangnya kembali bekerja disana dan memintanya keluar saja. Karena seingatnya, ibu Lita sangat menekankan Grace untuk tidak dekat dengan siapa pun. Tapi anehnya, semalam ibu Lita malah mendukung hubungannya dengan Atlas.
Grace tidak bisa berbohong ada ibu Lita, makanya dia mengatakan bahwa hubungannya dengan Atlas hanyalah palsu. Semua didasari karena tekanan dari orang tua pria itu. Grace sama sekali tdak menyukai pria itu.
"Weekend pokoknya harus pulang. Kalo enggak, ibu susul kamu kesana!"
"Iya ibu. Weekend Cece akan pulang. Lagi pula, weekend kan ada kerjaan yang dikasih beliau."
Lita menganggukan kepalanya. "Nanti ibu bicara dengan beliau ya? Supaya lebih meringankan beban pekerjaan kamu. Ibu gak mau kamu jatuh sakit nantinya."
"Gak papa bu, jangan. Biarkan saja semuanya berjalan sesuai kemauan beliau. Lagi pula Cece tidak masalah dengan hal itu. Justru Cece harus membiasakan diri."
Lita menghela nafasnya lalu mengangguk. Ia pun memeluk anak gadis ini.
"Ibu sudah tahu semuanya. Lin sudah mengatakannya semalam. Apa kamu tidak bernego lagi dengan beliau?"
"Tidak. Beliau tidak akan membiarkan aku untuk bernego lagi. Sisa waktunya satu bulan dari sekarang. Grace juga akan segera menyelesaikan drama pura-pura itu dengan Atlas."
Tbc.
typo thor
lanjut thor makasihhh up nya kayak minum obat 1x3 tapi berasa cepet bacanya
#InYourDream 😁