Petualangan para gadis-gadis cantik dengan berbagai rintangan kehidupan sehari-hari mereka.
Tak memandang jabatan apapun, mereka adalah gadis-gadis yang berjuang. " Di keluarga Riyu"
Bagaimana keseruan cerita mereka? yuk langsung baca,dan tinggalkan jejak sebagai tanda telah hadir mengabsensi diri dengan para gadis cantik! selamat membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Karlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kerinduan.
Di kediaman Viscount Geragna Narous. Raeba, Rain, Leader, Aya, Cintea dan Galena. Mereka ikut menyaksikan bagaimana kacaunya keadaan keluarga Marquess Gavrielon Direxnoba Zaken.
Marchioness Vastielian Alacane Zaken,di lemparkan oleh Marquess Gavrielon Direxnoba Zaken ke lantai yang terbuat dari batu, terdengar seperti suara retakan, mungkin itu tulangnya.
"Auw, mereka seperti orang gila yang saling bertarung."
"Mungkin itu semua karma dari perbuatannya masing-masing. Berselingkuh dan bersekongkol dengan penjahat!"
Matahari yang kini terik tak mengendurkan semangat penduduk kota Delia untuk melihat pertunjukan dari suami istri yang saling berkelahi.
Sedangkan pria yang sudah mengambil hak Marquess Gavrielon Direxnoba Zaken (yang menjadi selingkuhan Marchioness Vastielian Alacane Zaken). Kini terbaring lemah tak berdaya, wajahnya babak belur,dengan darah segar mengalir dari kedua lubang hidungnya.
"Mereka sangat pantas menerima hukuman!"
Suara bisik dari penduduk semakin ramai. Sebelum Viscount Geragna Narous memutuskan untuk segera membawa mereka pergi tempat pelaksanaan hukum pancung di adakan. Tadinya, Viscount Geragna mengirimkan surat kepada istana untuk menyerahkan pemimpin dan juga rekan-rekannya yang bergabung di dalam ilmu hitam itu, nyatanya Baginda Raja Esterick langsung memberikan informasi agar mereka langsung di jatuhi hukuman mati, sesuai permintaan dari pihak-pihak terkait yang seharusnya memberikan pendapat.
Duke Zaxio Nervous Jarekcy, Dia adalah seorang duda tidak beranak , yang menjadi pemimpin gerakan penjahat ilmu hitam. Dia, berhasil di tangkap setelah bukti yang mengarah kepadanya sudah berhasil terkumpul semuanya.
Hukuman di lakukan,dan di saksikan banyak orang. Untuk pengisi jawaban sebagai Marquess selanjutnya,akan di umumkan Baginda Raja Esterick nantinya.
Dalvisa Alacane Zaken, hanya bisa meraung keras dan melukai dirinya sendiri. Melihat bagaimana kedua orang tuanya kini di bawa ke papan jagal,ia, hanya bisa pasrah tanpa ingin menolong keduanya. Nasibnya sendiri juga akan sama,di hukum mati karena telah menjadi perantara yang memakan banyak korban. Suara tangisnya tidak ada lagi gunanya, penyesalan yang di ucapkan sudah tidak dapat di terima oleh pihak penegak hukum kerajaan Magthur.
"Silahkan beristirahat terlebih dahulu Tuan, Nona, biarkan saya dan yang lainnya yang akan mengurus semuanya." Zagra Narous, meminta agar Raeba, Rain dan yang lainnya untuk segera beristirahat terlebih dahulu, sebelum mereka kembali ke kediaman.
"Tidak perlu, sebentar lagi juga selesai, aku harus memastikan bahwa semuanya berjalan sesuai harapan." Tolak Rain, karena Dia harus berada disana sampai hukuman berakhir. Dia, juga membutuhkan kepastian hukuman itu berlangsung hingga akhir, sebagai laporan kepada Ayahnya.
•••
Setelah selesai acara penghukuman, mereka di bawa ke kediaman Viscount Geragna Narous untuk beristirahat dan mengisi perut yang sudah kosong sedari pagi.
Mereka kembali ke kediaman Raeba setelah matahari mulai terbenam. Namun karena mereka yang merasa cukup lelah,dan perjalanan masih membutuhkan waktu sekitar tiga jam penuh lagi, akhirnya Rain memutuskan untuk mereka menginap di penginapan malam ini,dan akan melanjutkan perjalanan sebelum matahari terbit di keesokan harinya.
"Silahka,Tuan. Kamar anda berada di lantai dua, barisan enam dari ujung sisi Barat." Ucap wanita muda yang bekerja di penginapan tersebut. Sambil memberikan enam kunci kamar dan mengarahkan mereka ke kamar masing-masing.
"Hem." Angguk Raeba.
Setelah kunci kamar berada dalam genggaman masing-masing Rain, maupun Raeba, segera melangkah menuju kamarnya dan segera masuk, tanpa mengucapkan apapun.
"Kita tidur sendiri-sendiri?" Tanya Galena kepada Cintea Maglio, karena biasanya mereka sering berada dalam satu ruangan saat menginap.
"Hem. Tentu saja, kuncinya juga cukup buat satu dari kita." Jawab Cintea Maglio, yang kini sudah berada di depan pintu kamar bagiannya.
•••
Di kamp prajurit, kerajaan Gaperals. Raega, duduk di atas tebing curam yang di bawahnya terdapat beberapa tenda perkemahan. Hutan lebat yang mengelilingi tempat perkemahan tersebut.
"Perbatasan kerajaan Gaperals seindah ini,banyak tempat ternyaman saat bersantai." Ucapnya kepada Lagixio yang menjadi salah satu temannya yang cukup dekat,di kamp prajurit terlatih.
"Iya. Tapi sangat membutuhkan tenaga saat berkejaran dengan musuh. Kau tau, tidak? Banyak kerajaan lain yang menginginkan kehancuran Kerajaan Gaperals. Terutama,adik kandung dari Baginda Raja Khargan." Seru Lagixio dengan suara berbisik, takut akan ada yang mendengar ucapannya.
"Hem. Tentu saja, keluarga adalah maut yang sangat pedih jika menyengat, meskipun lebah itu lucu tapi sengatnya membahayakan." Ucap Raega dengan tenang.
Pemuda tampan itu kini tumbuh dengan pribadi yang jauh lebih dewasa dari pada teman seumurannya. Meski jarang sekali bercerita tapi wajahnya tampak jauh lebih baik dan lebih tenang.
"Sejak kapan kau menyukai bidang pertempuran?" Lagixio, memakan jatah roti yang di bawanya dari tenda, yang jauh di bawah sana. Mereka berdua memanjat tebing tinggi demi mencapai puncak, menikmati pemandangan dari atas sana. Kegiatan seperti ini sering sekali mereka lakukan, saat istirahat.
"Sejak usiaku genap tujuh tahun. Kakak keduaku adalah seorang gadis yang begitu menggilai bela diri. Meski secara diam-diam tapi ia cukup menguasainya. Ah,jika bercerita tentang kakak keduaku, mungkin kau tidak akan percaya begitu saja sebelum melihatnya secara langsung." Kekeh Raega teringat dengan Raeba.
"Wah. Sepertinya orang tuamu sangat beruntung mempunyai anak seperti kalian. Memangnya seperti apa kakak keduamu? Boleh kau menceritakan tentang kakakmu kepadaku? Aku cukup penasaran dengan keluargamu." Seru Lagixio tersenyum tulus.
Raega, kemudian bercerita sedikit tentang Raeba, seorang gadis mungil yang suka pergi keluar rumah secara diam-diam. Sampai waktu istirahat habis,dan segera kembali turun ke tenda setelah mendengar aba-aba dari komandan mereka.
•••
Di hutan Weliya. Kakek Hul Deglinton, menatap ke arah hutan lebat yang di kelilingi gelapnya malam, dari atas puncak menara kastil yang belum lama ini selesai di bangun.
"Aku bahagia,tapi aku sangat merindukan kehadirannya!" Lirihnya,sendu dan tersapu hembusan angin.
"Sudah sangat lama Dia tidak datang untuk sekedar mengunjungiku, apakah jadwalnya begitu padat?" Bertanya kepada diri sendiri.
Semenjak Raeba pergi dari kediaman keluarga besar Riyu,ia, belum lagi datang berkunjung ke tempat Kakek Hul Deglinton. Karena itulah kakek Hul Deglinton merasa sangat merindukan kehadirannya.
Bahul Dereki, melangkah ringan mendekati tempat Kakek Hul Deglinton yang kini berdiri di puncak menara kastil. "Apa, kakek Hul, merindukan Raeba? Aku akan mengirimkan surat kepadanya." Ucapnya setelah bersisian dengan kakek Hul.
Kakek Hul, menoleh sebentar pada Bahul Dereki, kemudian tersenyum tipis. "Tidak usah,Bahul. Jika Dia mengingatku maka akan muncul sendiri seperti saat pertama kali kami bertemu setelah sekian lama—"
"—Jangan mengingat sesuatu yang membuat dadamu sakit,kek. Kesehatan tubuhmu saat ini jauh lebih penting dari pada memikirkan sesuatu yang sudah terjadi,dan semua itu tidak akan pernah terulang lagi, meskipun bisa terulang, mungkin sudah berbeda cerita." Potong Bahul Dereki dengan cepat, suaranya terdengar begitu rendah, sambil tangannya membelai lembut punggung ringkih kakek,Hul Deglinton.