Dante Witama sang mafia kelas kakap, pria cuek dan berdarah dingin ini. Tidak akan pernah segan-segan, untuk menghakimi seseorang yang telah berbuat salah kepadanya. Beliau akan menghormati orang yang medikasikan, untuk bekerja sama dengan cara baik dengannya.
Putri seseorang rekan kerjanya Andika, harus siap menelan pil pahit dalam hidupnya. Karena kedua Orang tuanya, telah dibunuh oleh Dante Witama. Karena telah menggelapkan uang perusahaan senilai 30 triliun, untuk dipakai bersenang-senang.
Pada akhirnya putri Andika, bernama Jeslin, harus siap menjadi istri dari mafia kejam itu, sebagai balasan perbuatan ayahnya, telah menggelapkan uang perusahaan. Jeslin berada dalam jeruji penderitaan, tidak pernah merasakan bahagia, semenjak menikah dengan Dante. Karena Dante menjadikan dirinya layaknya budak.
Apakah suatu hari ini Jeslin, akan mampu meluluhkan hati mafia kelas kakap yang dingin dan kejam ini? Yuk ikuti kisah keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imut Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Tidak ada angin dan hujan, air mata yang belum reda itu. Jeslin menangis wanita ini dirundung duka begitu mendalam. Atas kepergian Orang tuanya, dijadikan sebagai sasaran mafia kejam telah membunuh Orang tuanya. Seluruh badan gemeteran, sambil menyaksikan begitu beringasnya Dante marah.
Dante Belvino menatap mata wanita itu dengan tajam. Beliau langsung memegang dagu wanita itu dengan tangan kanannya. Kepada para ajudan, pria itu meminta Jeslin segera dibawa ke rumahnya, untuk dijadikan istri olehnya.
"Bawa dia ke rumah saya. Saat ini saya telah memikirkan, dia menjadi istri saya." Dante begitu beringas, bagaimana bisa ia menjadikan anak musuh sebagai istrinya.
Semua ini ada tujuan, Dante ingin membalas dendam kepada Jeslin. Wanita itu harus menebus uang yang telah digelapkan kedua Orang tuanya. Wanita itu dengan kejam Dante mengatakan, wanita itu harus membayar hutang Orang tuanya.
Jeslin memberontak ia tidak mau dijadikan sebagai istri. Kasarnya mafia itu, membuatnya semakin trauma. Wanita itu menolak gak mau jadi istri. Segala cara mafia jahat itu, bisa melakukan sesuatu kepada Jeslin.
"A-Aku tidak mau dijadikan istri." Tatapan wanita itu begitu sedih, meminta Dante untuk melepaskan dirinya.
Melihat adanya penolakan, pria itu mendekat dan memandang wanita menangis itu secara hina. Dante menunjuknya untuk menjadi istri, bukan karena cinta melainkan karena ingin membalas kejahatan orang yang telah berkhianat kepadanya. Anak, istri dan keturunannya harus merasakan pembalasan dari Dante.
"K-Kamu menolak aku! Coba katakan sekali lagi dengan lantang, bahwa kamu tidak mau mempunyai suami seperti aku! Bisa jadi kamu akan aku bunuh di sini," lirih Dante, menekan dagu wanita itu dengan tangan kanan sekencang mungkin. Sehingga membuat Cintya, mengerang kesakitan saat itu.
Jeslin menatap Dante dengan pandangan sangat rapuh. Lantas, apakah ia harus menikah dengan pria itu? Batinnya ingin berteriak, bahwa ia tidak mau menikah dengan mafia jahat banyak membunuh orang.
"Kamu mau mengakhiri hidupmu sekarang atau kamu mau menjadi istriku?" tanya Dante, memberikan pertanyaan yang sangat sulit.
Tak ada pilihan terbaik, sehingga Jeslin memutuskan untuk menjadi istri Dante. Ia harus menerima semua ini dengan hati yang ikhlas. Jika ia menolak, maka hidupnya akan berakhir hari ini juga. Kedua tangannya dipegang oleh para body guard, sehingga Jeslin tak mampu untuk memberontak.
"Baiklah, aku akan memilih hidup dan menjadi istrimu," jawab Jeslin.
Entah apa yang ada dipikiran pria bengis itu? Dante membalaskan semua dendam dengan membunuh Orang tuanya. Tetapi, Dante tidak melepaskan Jeslin. Apa tujuan Dante, menjadikan Jeslin sebagai istrinya? Sehingga Jeslin semakin takut, jika pria akan membalas dendam padanya.
"Bagus, dong. Kau menerimaku, menjadi suamimu. Bawa dia ke rumah aku, minta pembantu membersihkan badan dan make up dia. Hari ini juga aku akan melangsungkan pernikahan dengannya," perintah Dante, menepuk tangan. Lalu para pengawal dirinya datang, membawa Jeslin ke rumah Dante.
"Baik, Pak."
Dante juga memanggil beberapa orang, untuk membawa jasad orang yang dibunuh itu. Lalu pria itu, meminta body guard untuk mengubur jasad itu. Saat jasad kedua Orang tuanya dibawa, Jeslin yang ditarik oleh para pengawal berteriak memanggil Orang tuanya.
"Ayah, Ibuuuuuuuuuuu ...." Wanita itu berteriak, memanggil kedua Orang tuanya. Rintihan air mata membasahi kedua pipinya, hingga mata sembab saat itu.
Wanita itu tiada hentinya berteriak dan mengangkat tangannya saat itu. Menunjuk kearah Orang tuanya yang telah tiada dibunuh oleh mafia kelas kakap itu. Jeslin tidak terima Orang tuanya telah menjadi mangsa mafia itu.
"Hei hentikan! Jangan berteriak dan menangis disini. Saya tidak suka dengan suara tangisan kamu. Jangan manja jadi orang," teriak pria itu dengan suara lantang.
Jeslin menghiraukan teriakan keras mafia kelas kakap itu. Dia telah berusaha berontak dengan mendekati kedua Orang tuanya yang jasadnya tersungkur ke bawah tanah. Jeslin tak hentinya menangis, belum siap untuk kehilangan Orang tua tercinta didalam hidupnya.
Anak mana yang tidak menangis, ketika melihat Orang tua telah tiada dengan cara dibunuh oleh Dante. Sampai kapan pun Jeslin akan selalu mengingat tragedi pembantaian ini. Dia tidak akan pernah lupa dengan cara yang dilakukan oleh pria itu.
"Jahat sekali kamu! Aku sangat dendam kepada kamu." Jeslin teriak meminta tolong, saat Orang tuanya dibawa kedalam hutan.
"Bu-Bukan saya yang jahat. Tetapi, Orang tua kamu yang telah jahat. Jadi jangan salahkan saya, ketika keduanya melakukan perbuatan sangat fatal. Saya tidak suka dengan namanya drama ini. Jadi demi melindungi perusahaan, saya akan memusnahkan Orang seperti itu," teriak Dante dengan tatapan mata yang sangat kejam.
Jeslin menangis membayangkan sejahat ini seorang pria itu. Terbuat dari mana hati pria itu, sampai tega melakukan hal yang diluar nalar. Bahkan, sangat berani untuk melakukan ini. Sudah berapa nyawa orang yang masih hidup, menjadi korban Dante selama ini. Bahkan! Banyak yang meninggal sia-sia ditangannya.
"Oh, begitu. Sudah berapa banyak yang kamu bunuh? Kamu bahagia melihat penderitaan orang lain? Wah, ternyata kamu seorang setan yang sangat jahat," seru Jeslin dengan tatapan dendam, menyebutkan orang itu sangat dia benci.
Dante murka mendengarnya saat dikatakan sebagai setan oleh wanita itu. Sehingga Dante langsung menampar wanita itu saat itu. Dante tidak terima dibilang sebagai setan, karena dia bukan setan.
"Berani sekali kau memanggilku dengan sebutan setan. Kamu pikir kamu ini siapa? Hanya putri seorang pecundang! Kamu pikir setelah Orang tua kamu meninggal. Kamu tidak merasakan sakitnya. Semua akan saya balas kepada kamu. Jangan harap saya bisa baik kepada kamu," seru Dante menampar wanita itu, wajah Dante sangat beringas dan mengepalkan tangannya ke wajah Jeslin.
Sehingga wanita itu langsung jatuh terkapar. Jeslin mengerang kesakitan, saat pipi kanannya ditonjok oleh pria itu. Jeslin merasa sakit hati, ada seorang pria berani menonjok wanita. Bahkan, disebut tidak ada rasa simpatinya kepada siapapun.
"Dasar jahat sekali kamu! Beraninya kamu melakukan hal ini kepada aku," ucap Jeslin saat itu.
"Gimana saya tidak melakukan ini kepada kamu. Karena saya dendam kepada Orang tua kamu. Jadi sampai tujuh keturunannya pun, jangan harap bisa lepas dari jeratan derita yang saya berikan," jawab Dante dengan tatapan sinis kearah Jeslin saat itu.
"Hah, dasar. Beraninya kamu melakukan hal ini? Semoga suatu saat nanti hukum tabur tuai itu menghampiri kamu," bentak Jeslin.
Plakkkkkkk
Dante langsung menampar wanita itu saat itu. Berani sekali wanita itu melawan dirinya saat itu. Sehingga membuat kemarahan Dante semakin merajalela saat itu. Dante tidak bisa terima siapa pun yang melawannya harus dihukum seberatnya.