Sebuah keputusan besar terpaksa harus Jena ambil demi menghidupi keluarganya. Menikah dengan Bos diperusahaannya untuk mendapatkan keturunan agar dapat meneruskan perusahaan adalah hal yang gila. Namun apa jadinya jika pernikahan itu terjadi diatas kontrak? temukan jawabannya disini 👇🏻.. Selamat membaca 🤗🥰🥰
.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nazefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Istri Gelap
Setelah pulang dari belanja Savero langsung kembali ke kantor bersama asisten Rey, belanjaan yang tadi di beli sengaja Vero simpan di bagasi mobil untuk dia berikan pada Jena nanti saat di apartemen.
Karena jam makan siang telah usai, semua karyawan duduk di kursinya masing-masing tidak terkecuali Jena yang mulai sibuk dengan pekerjaannya lagi.
Tttt....!!
"Jena, masuk ke ruangan saya sekarang!" titah Vero lewat interkom dengan nada dingin.
"Wah, kayaknya darurat tuh je? suaranya dingin banget kayak kulkas lima pintu." ucap Teo ngeri.
"Iya Je, Lo nggak takut apa sama Tuan Savero yang galak itu?" tanya Acha.
"Kayak apapun itu harus tetap dihadapi kan? kan Tuan Vero emang orangnya gitu. Kalo kita lari dari kenyataan malah kita yang rugi karena nggak dapet gaji." terang Jena santai.
"Setuju si aku." jawab Teo.
"Wah, Jena emang paling the best deh. Nggak salah kalo anak-anak pada bilang kalo kamu itu pawangnya Tuan Vero, secara mental kamu baja banget buat ngadepin Tuan Vero." puji Acha.
"Ya udah, aku mau masuk dulu ke ruangan Tuan Vero sebelum dia makin ganas dan bakal mangsa kita semua." ucap Jena yang disusul tertawa kecil mereka.
Sesampainya Jena didepan ruangan Savero, dia mengetuk pintu dahulu lalu masuk kedalam ruangan Direktur Utama dan berdiri didepan Savero.
"Tuan memanggil saya?" ucap Jena dengan menundukkan kepalanya.
"Hmm..! Saya rasa kamu tidak tuli." jawab Vero ketus.
"Maksud Tuan?" tanya Jena tidak terima dengan ucapan Vero barusan.
"Ya, saya pikir kamu karyawan berprestasi dengan kecerdasan yang tinggi dan daya ingat yang kuat." ucap Savero yang membuat Jena semakin tidak mengerti.
"Langsung ke intinya saja Tuan. Apa maksud Tuan memanggil saya kemari?" tanya Jena yang mulai kesal dengan sikap Vero.
"Intinya saya sudah pernah bicara padamu kalau saya tidak suka kamu dekat dengan karyawan lain! Paham?" tekan Vero.
"Maksud Tuan, Teo?" tanya Jena.
"Siapapun itu, terutama laki-laki. Dan ingat, kamu itu adalah istri saya jadi saya berhak melarang kamu untuk berhubungan dengan siapapun." jawab Vero.
"Tuan benar, saya memang istri Tuan tapi itu jika diluar. Sedangkan jika kantor kita hanya sebatas Bos dan sekertaris jadi Tuan tidak berhak melarang saya jika sedang berada di kantor untuk urusan pribadi." jawab Jena lepas.
"Baik, akan saya buktikan siapa yang paling berhak disini." ucap Vero.
Savero meminta Rey untuk keluar dari ruangan itu sementara dan menunggu di luar untuk menjaga pintu. Setelah Rey keluar dan menutup pintu kini Savero mulai melakah pelan mendekati Jena sambil menatap mata gadis itu pekat.
"Tu.. Tuan? Tuan mau apa?" tanya Jena gugup sambil membalas tatapan Savero yang kian mendekat.
"Mau membuktikan jika aku berhak atas dirimu di manapun itu." ucap Vero yang kini wajahnya berada sangat dekat didepan Jena.
Jantung Jena berdegup sangat kencang hingga seolah terdengar jelas di telinganya sendiri. Sorotan mata tajam mata Savero berhasil membuat hati Jena mulai goyah.
Jena mencoba menghalangi Vero dengan menggunakan kedua tangannya yang kini berada didada Vero. Namun semua sia-sia, seolah telah tersihir dengan keadaan Jena mulai pasrah dan tidak sadar menerima perlakuan sang Direktur.
Savero mulai mendekatkan bibir mereka dan kini mereka mulai saling berciuman sambil meluk tubuh Jena erat. Jena yang sedang asyik terbuai mulai tahun tidak sadar jika kini dia mulai mengendorkan tangan yang menahan Savero dan mulai membalas ciumannya.
Vero yang merasa ciuman ini semakin nikmat mulai menginginkan lebih darinya. Perlahan-lahan tangan Savero mulai turun sampai ke dada Jena yang ukurannya lumayan besar. Disana Savero mulai mengelus-elus benda padat nan kenyal itu sambil terus berbalas ciuman dengan sekretarisnya. Sampai akhirnya Savero meremas payudara milik Jena dengan kencang hingga membuat kesadaran Jena langsung kembali sepenuhnya.
Jena langsung mendorong kuat-kuat dada bidang sang Direktur hingga terlepas lah ciuman mereka dan langsung menampar pipi Savero kuat-kuat.
Plakkk!!
Dengan penuh emosi dan mata yang melebar Jena menatap Savero.
"Tuan, apa yang Tuan lakukan!" tanya Jena dengan nada tinggi.
"Maafkan aku Jena aku terbawa perasaan karena terlalu emosi." ucap Savero dengan penuh rasa bersalah.
"Tapi Tuan tidak seharusnya melakukan ini pada saya tanpa ijin terlebih dahulu! Apalagi ini dikantor, saya tidak mau ada karyawan lain yang melihat dan akan mengira saya perempuan murahan!" terang Jena kesal.
"Je, kamu tenang saja saya bertanggung jawab penuh atas dirimu." ucap Savero mencoba menenangkan hati sekertaris sekaligus istrinya gelapnya itu dengan membelai pipinya.
Namun Jena langsung menepisnya, dia tidak mau masuk ke lubang buaya seperti Savero untuk kedua kalinya.
"Minggir! Saya benci Tuan!" ucap Jena lalu pergi dari ruangan dengan perasaan penuh amarah.
"Apa!" ucap Jena pada Rey dengan nada kesal saat keluar dari pintu ruangan itu ketika melihat Rey yang tidak sengaja melirik ke arahnya.
Lagi-lagi apa yang dilakukan Savero membuat Jena malah semakin jauh darinya.
"Kenapa wanita harus serumit ini." gumam Savero.
Biarpun Jena hanya istri gelapnya tapi Savero benar-benar mencintai gadis itu dengan tulus makannya dia tidak rela jika Jena dekat dengan lelaki lain di manapun dan kapanpun karena bagi Savero Jena adalah miliknya seorang.
"Dasar Bos gila! udah nggak waras kali dia!" gumam Jena sambil berjalan menuju ke toilet dengan wajah penuh kekesalan rasa ingin menonjok wajah Savero.
Didalam Savero menceritakan kejadian itu kepada Rey dan meminta Rey untuk mau membujuk Jena agar tidak marah lagi kepadanya. Menurut Savero tidak ada yang perlu dirahasiakan dari Rey, karena Rey tau dari awal hubungannya dan Jena berasal. Rey pun segera melakukan perintah dari atasannya itu dengan segera berjalan menghampiri Jena.
Jena yang baru keluar dari toilet mulai berjalan ke dapur kantor untuk mengambil minum. Saat Jena baru saja selesai menengguk air putih yang ada digelasnya tiba-tiba Rey datang menghampirinya.
"Permisi sekertaris Je," ucap Rey yang datang tiba-tiba membuat Jena sontak kaget dengan kehadirannya.
"Ah! iya, ada apa Rey?" jawab Jena.
"Ada hal yang ingin saya bicarakan sebentar." ucap Rey.
"Ya, silahkan."
Sebelum Rey bicara dengan Jena, dia sudah memastikan terlebih dahulu situasi disana aman bagi mereka.
"Maaf sebelumnya jika saya lancang, tapi untuk kejadian tadi antara anda dan Tuan Savero.. Mohon untuk dimaklumi, lagi pula anda tidak perlu khawatir untuk hal ini karena Tuan Savero memiliki banyak cara untuk melindungi anda dan reputasinya sekaligus perusahaan jadi anda tidak perlu khawatir." terang Rey panjang lebar.
"Untuk hal seperti inipun dia harus menyuruh asistennya yang melakukannya? Dasar tidak tau malu." ucap Jena dalam hati menerkutuki setiap perbuatan Savero.
"Tapi saya tidak suka jika dia melakukan hal ini tanpa meminta ijin padaku terlebih dahulu Rey." jawab Jena.
"Maaf, tapi hal seperti ini memang tidak bisa direncanakan terlebih dahulu sekertaris Je." terang Rey.
Ucapan Rey barusan terdengar masuk akal ditelinga Jena, hanya saja Jena tetap tidak terima dengan perlakuan Vero padanya apalagi ini pertama kalinya bagi Jena ada yang menyentuh bagian sensitif tubuhnya.
"Sudahlah aku tidak mau membahasnya lagi." ucap Jena dengan melangkahkan kakinya berlalu pergi meninggalkan Rey disana.