NovelToon NovelToon
Perempuan Di Balik Topeng Kemewahan

Perempuan Di Balik Topeng Kemewahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Cerai / Percintaan Konglomerat / CEO Amnesia / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Idayati Taba atahiu

Perempuan di Balik Topeng
menceritakan kisah Amara, seorang gadis desa sederhana yang jatuh cinta pada Radit, seorang pria kaya raya yang sudah memiliki dua istri. Radit, yang dikenal dengan sifatnya yang tegas dan dominan, terpesona oleh kecantikan dan kelembutan Amara. Namun, hubungan mereka menghadapi banyak rintangan, terutama dari Dewi dan Yuni, istri-istri Radit yang merasa terancam.

Dewi dan Yuni berusaha menghalangi hubungan Radit dan Amara dengan berbagai cara. Mereka mengancam Amara, menyebarkan fitnah, dan bahkan mencoba untuk memisahkan mereka dengan berbagai cara licik. Amara, yang polos dan lugu, tidak menyadari kelicikan Dewi dan Yuni, tetapi Radit, meskipun jatuh cinta pada Amara, terjebak dalam situasi sulit.ujian

Radit harus memilih antara kekayaan dan kekuasaannya, atau menuruti hatinya yang telah jatuh cinta pada Amara. Kisah ini menjelajahi tema cinta, kekuasaan,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idayati Taba atahiu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Radit berjalan menuju rumah Amara. Ia menatap rumah Amara dengan tatapan yang penuh kebahagiaan. Ia ingin meminta restu pada keluarga Amara untuk menikahi Amara.

Radit mengetuk pintu rumah Amara. Pintu dibuka oleh ibu Amara.

"Mas Radit, selamat datang," sapa ibu Amara dengan senyuman manis. "Silakan masuk."

Radit tersenyum manis ketika melihat ibu Amara. Ia memasuki rumah Amara dengan langkah yang lembut.

"Ibu, terima kasih," ujar Radit, dengan suara yang lembut. "Saya ingin meminta restu untuk menikahi Amara."

Ibu Amara menangguk. Ia tersenyum manis ketika melihat Radit.

"Baiklah, Mas Radit," jawab ibu Amara, dengan suara yang lembut. "Silakan duduk dulu."

Radit duduk di sofa dan berbincang dengan ibu Amara. Ia menceritakan segalanya pada ibu Amara. Ia menceritakan tentang perasaannya pada Amara. Ia menceritakan tentang keinginannya untuk menikahi Amara.

Ibu Amara menangguk. Ia merasa bahagia mendengar perkataan Radit. Ia melihat Radit adalah orang yang baik. Ia melihat Radit sangat mencintai Amara.

"Mas Radit, saya mempercayai kamu," ujar ibu Amara, dengan suara yang lembut. "Saya merestui hubungan kamu dengan Amara."

Radit tersenyum manis ketika mendengar perkataan ibu Amara. Ia merasa lega karena mendapatkan restu dari ibu Amara.

"Terima kasih, Ibu," ujar Radit, dengan suara yang penuh kebahagiaan. "Saya sangat bersyukur."

Radit berdiri dan melangkah menuju kamar ayah Amara. Ia ingin meminta restu pada ayah Amara juga.

"Ayah...," panggil Radit, dengan suara yang lembut.

Ayah Amara menoleh ke arah Radit. Ia tersenyum lemah ketika melihat Radit.

"Mas Radit... selamat datang," ujar ayah Amara, dengan suara yang sedikit lemah.

"Ayah, saya ingin meminta restu untuk menikahi Amara," ujar Radit, dengan suara yang lembut.

Ayah Amara menangguk. Ia tersenyum lemah ketika melihat Radit.

"Baiklah, Mas Radit," jawab ayah Amara, dengan suara yang sedikit lemah. "Saya merestui hubungan kamu dengan Amara."

Radit tersenyum manis ketika mendengar perkataan ayah Amara. Ia merasa lega karena mendapatkan restu dari ayah Amara.

"Terima kasih, Ayah," ujar Radit, dengan suara yang penuh kebahagiaan. "Saya sangat bersyukur."

Amara tersenyum lebar, memperkenalkan Mira pada Radit, "Radit, ini adikku, Mira. Dia masih kelas tiga SMP."

Mira, yang tadinya kikuk, langsung tersenyum manis. "Hai Mas Radit, senang ketemu kamu."

Radit pun menyapa Mira dengan senyum hangat, "Hai Mira, senang ketemu kamu juga. Kamu udah kelas tiga SMP ya? Cepat banget waktunya."

Mira menangguk manis. Dalam hatinya, ia berkata, "Ini kesempatan yang baik! Setelah mereka nikah, aku bakal sering minta uang ke Mas Radit dan Kak Amara."

Amara menarik napas dalam-dalam, "Radit, aku mau ngomong soal pertunangan kita."

Radit menangguk, "Iya Amara, aku juga mau ngobrol soal itu. Kita harus siapkan segalanya dengan baik."

"Aku pengen kita ketemu dulu sama orang tua dan keluarga kamu. Gimana pendapatmu?" tanya Amara, matanya berbinar-binar menantikan persetujuan Radit.

Radit terdiam sejenak, memikirkan usul Amara. "Aku setuju, Amara. Aku juga pengen kenalkan kamu sama keluarga aku. Kapan kita bisa ketemu?"

"Minggu depan gimana? Hari Sabtu?" usul Amara.

Radit menangguk, "Oke, Sabtu depan aku bisa. Aku akan hubungi ayah dan ibu aku terlebih dahulu. Kamu bersiap ya, Amara. Aku bakal bikin kamu terkesan."

Amara tertawa kecil, "Nggak usah terkesan-terkesan. Yang penting kamu datang dengan jujur dan tulus."

"Tenang saja, Amara. Aku akan datang dengan segala ketulusan hati aku. Oh, ya Amara. Ayah dan Ibu aku biasanya nyebut aku 'Mas Radit'. Kamu juga panggil aku seperti itu ya."

Amara tersenyum, "Oke, Mas Radit. Sampai jumpa Sabtu depan!"

*******

Radit mengunci pintu rumahnya dan masuk ke dalam. Ia langsung mengambil ponselnya dan menelpon orang tuanya.

"Halo, Ayah, Ibu. Radit mau ngomong sedikit."

"Halo, Radit. Ada apa nak?" suara Pak Darmawan, ayah Radit, terdengar hangat di seberang garis.

"Besok pagi Radit mau ke rumah. Ada hal penting yang Radit mau bicarakan."

"Oh, ada apa sih nak? Kamu kenapa nggak ngomong dari tadi?" Ibu Desi, ibu Radit, menimpali dengan suara yang lembut.

"Ya udahlah, Bu. Besok pagi aja Radit jelasin. Radit lagi capek ngantor." Radit mencoba menghindar dari pertanyaan ibu yang penasaran. Ia tak mau menjelaskan segala sesuatu melalui telepon.

"Ya udah, nak. Besok pagi datang saja ke rumah. Ayah dan Ibu tunggu ya."

"Oke, Ayah, Ibu. Sampai jumpa besok."

Radit menutup teleponnya. Ia terdiam sejenak, memikirkan perkataan yang akan ia sampaikan kepada orang tuanya besok pagi. Ia tahu bahwa menyatakan niatnya untuk menikahi Amara akan menjadi tantangan besar.

Pak Darmawan dan Bu Desi adalah orang tua yang sangat memperhatikan status sosial. Mereka selalu menginginkan yang terbaik untuk Radit, termasuk dalam hal pernikahan. Radit tahu bahwa orang tuanya akan menolak jika ia menikahi gadis yang berasal dari keluarga yang tidak sepadan.

Radit merasa sedikit gugup. Ia mencoba menyusun kalimat yang tepat untuk menjelaskan perasaannya pada Amara dan mengapa ia ingin menikahi Amara. Ia ingin meyakinkan orang tuanya bahwa ia serius dengan hubungannya dengan Amara.

"Amara gadis yang baik. Dia pintar, cantik, dan setia. Dia sangat menyayangiku. Aku yakin bahwa ia akan menjadi istri yang baik untukku," gumam Radit dalam hati.

Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. Ia bertekad untuk menjelaskan segala sesuatu pada orang tuanya dengan jujur dan tulus. Ia berharap orang tuanya bisa menerima keputusannya.

*********

Radit terdiam sejenak, menatap ke langit-langit ruangan. Ia merasa bingung dan sedikit takut. Bagaimana jika orang tuanya menolak keputusannya untuk menikah lagi?

Radit sudah memiliki dua orang istri, Dewi dan Yuni. Keduanya adalah wanita cantik dan berasal dari keluarga yang terhormat. Namun, hubungan Radit dengan kedua istrinya tidak dikaruniai anak.

Ia merasa sedikit bersalah karena tak bisa memberikan keturunan kepada kedua istrinya. Namun, ia tak mau menyerah pada keinginan hatinya untuk menikah lagi. Ia merasa sangat mencintai Amara dan ingin membina keluarga bersama wanita yang sangat ia sayangi itu.

"Aku harus mencoba. Aku takut jika aku menunda-nunda, aku akan kehilangan Amara," gumam Radit dalam hati.

Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri. Ia bertekad untuk menjelaskan segala sesuatu pada orang tuanya dengan jujur dan tulus. Ia berharap orang tuanya bisa menerima keputusannya dan memberikan restu padanya untuk menikahi Amara.

"Aku ingin membuat Ayah dan Ibu bangga padaku. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab," gumam Radit lagi, menguatkan diri sendiri.

Ia berharap bahwa orang tuanya bisa memahami perasaan dan keinginan hatinya. Ia ingin menikah dengan wanita yang ia cintai dan membangun keluarga yang bahagia.

*******

Dewi, istri pertama Radit, terbangun dari tidurnya dan melihat Radit yang gelisah tak kunjung bisa tidur. Ia melihat Radit hanya membolak-balikkan badannya dan menatap ke langit-langit ruangan.

"Mas Radit, kenapa kamu nggak bisa tidur? Kamu kayaknya nggak nyaman," tanya Dewi, suaranya lembut menimbulkan rasa khawatir.

Radit tersenyum paksa, "Aku baik-baik saja, Dewi. Cuma lagi mikirin kerjaan aja."

Dewi menatap Radit dengan tatapan yang menelisik. Ia merasa ada sesuatu yang ia sembunyikan dari dirinya. Dewi tahu bahwa Radit sedang mengalami kesulitan, namun Radit selalu menghindar dan tak mau menceritakan yang sebenarnya.

"Mas Radit, jangan bohong sama aku. Aku tahu kamu lagi nggak nyaman. Cerita sama aku, ya?" pinta Dewi, suaranya terdengar sedikit keras. Ia merasa kesal karena Radit selalu menutupi rahasianya.

Radit terdiam sejenak. Ia takut menceritakan segala sesuatu pada Dewi. Ia takut jika Dewi tahu tentang rencananya untuk menikah lagi, Dewi akan merasa terluka dan kecewa.

"Nggak ada apa-apa, Dewi. Aku cuma lagi capek aja," jawab Radit, mencoba mengelak.

Dewi menggeleng kecewa. Ia merasa takut jika hubungannya dengan Radit akan semakin retak karena rahasia yang ia sembunyikan. Ia merasa kesal pada Radit dan juga pada Amara. Ia merasa bahwa Amara adalah penyebab dari semua masalah yang ia hadapi.

"Mas Radit, aku tau kamu lagi mikirin Amara. Jangan bohong lagi sama aku," ujar Dewi, suaranya terdengar sedikit emosional.

Radit terkejut mendengar pernyataan Dewi. Ia tak menyangka bahwa Dewi mengetahui perasaannya pada Amara.

"Dewi, aku..." Radit terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan Dewi.

"Aku takut melukainya. Aku takut jika aku mengatakan kebenaran padanya, ia akan merasa terluka dan menghukumku dengan menghilangkan diri dari kehidupanku," gumam Radit dalam hati.

Dewi menatap Radit dengan tatapan yang mengharukan. Ia merasa terluka dan terkecewa dengan perilaku Radit yang tak jujur padanya. Ia takut jika hubungan mereka akan semakin retak karena ketidakpercayaan yang telah terjadi.

"Mas Radit, kamu harus jujur sama aku. Aku punya hak untuk tahu apa yang terjadi padamu," ujar Dewi, suaranya terdengar sedikit bergetar.

Radit terdiam sejenak. Ia merasa terjebak dalam dilema. Ia takut menceritakan segala sesuatu pada Dewi.

Dewi menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Ia terdiam sejenak, menatap Radit dengan tatapan yang curiga. Ia menduga bahwa Radit sedang memikirkan Amara.

1
Alexander_666
Alur cerita ini mengejutkan dan memikat hatiku.
Idayati Taba atahiu: terimaksih kak...lanjutkan membaca yaa
total 1 replies
Jock◯△□
Intrik yang kuat!
Idayati Taba atahiu: trimkasih kak...lanjutkan membacanya yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!