NovelToon NovelToon
My Crazy Girl

My Crazy Girl

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:482.5k
Nilai: 4.8
Nama Author: widyaas

Tipe pria idaman Ara adalah om-om kaya dan tampan. Di luar dugaannya, dia tiba-tiba diajak tunangan oleh pria idamannya tersebut. Pria asing yang pernah dia tolong, ternyata malah melamarnya.

"Bertunangan dengan saya. Maka kamu akan mendapatkan semuanya. Semuanya. Apapun yang kamu mau, Arabella..."

"Pak, saya itu mau nyari kerja, bukan nyari jodoh."

"Yes or yes?"

"Pilihan macam apa itu? Yes or yes? Kayak lagu aja!"

"Jadi?"

Apakah yang akan dilakukan Ara selanjutnya? Menerima tawaran menggiurkan itu atau menolaknya?

***

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Makan-makan sudah selesai. Kini Ara dan Gevan berada di gazebo yang ada di belakang rumah. Mereka berdua sedang duduk santai sambil menikmati buah semangka.

Tiba-tiba Gevan merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompet tipisnya. Iya, tipis, karena isinya hanya kartu saja.

"Kado dari saya. Pakai sebaik mungkin," kata Gevan seraya menyerahkan satu kartu ATM nya pada Ara.

Ara tak langsung menerimanya, dia malah menatap Gevan dengan tatapan tak suka.

"Aku emang kayak orang gila, tapi aku gak matre, ya, Tuan Gevan yang terhormat!" ketus Ara. Dia mengambil sepotong semangka dan memakannya dengan santai.

"Anggap aja ini gaji kamu untuk bulan ini," kata Gevan.

"Mana ada gaji dikasih kartu ATM?" Ara memutar bola matanya malas.

"Ada. Ini buktinya," balas Gevan. Dia meletakkan kartu itu ke pangkuan Ara.

"Terima itu. Jangan membantah," ucap Gevan kala Ara hendak mengembalikan kartu tersebut.

"Ya udah kalau Kakak maksa," cetus Ara.

Paling isinya cuma 2 juta. Batin Ara.

"Kak Gevan gak capek ke sini mulu?" tanya Ara penasaran.

"Semua yang berhubungan sama kamu, saya gak akan capek," jawab Gevan.

Bibir Ara mencebik, padahal dia ingin tersenyum saat ini, tapi gengsi.

"Kata-kata buaya, nih," cibirnya.

"Cuma sama kamu saya begini," balas Gevan.

"Apa sih!" Tangan mungil itu memukul pundak Gevan. Kebiasaan Ara saat dia sedang salah tingkah.

"Gak percaya?" tanya Gevan. "Kamu butuh bukti dari saya?"

"Nggak!" ketus Ara. Gadis itu menatap ke arah depan, tak lagi menatap Gevan.

"Yakin?" Wajah tampan itu tiba-tiba mendekat ke arah Ara.

Telapak tangan Ara langsung menahan wajah Gevan.

"Jangan aneh-aneh!" gertak gadis itu.

****

Gevan sudah pulang. Tentu, karena Ara yang mengusirnya. Karena pria itu seolah tak punya rumah saat berada di dekatnya.

"Mbak, aku mau keluar bentar," kata Ara pada Mbak Tuti yang sedang membersihkan area belakang rumah.

"Ke mana, Non? Udah sore loh ini," sahut Mbak Tuti.

"Bentar aja, kok. Ke cafe depan. Titip rumah, ya, Mbak!" seru Ara. Dia langsung berlari keluar rumah dan mengendarai motor kesayangannya.

Angin sore sepoi-sepoi membuat Ara betah berlama-lama di jalan. Sebenarnya jarak rumahnya ke cafe itu tidak terlalu jauh, kalau naik motor sekitar 10 menit saja.

Asik melihat kanan kiri, tiba-tiba Ara melihat mobil milik kakaknya yang terparkir di cafe. Cafe yang hendak Ara kunjungi.

"Kak Marvel?" gumam Ara. Mobil itu adalah milik Marvel.

Ara segera memarkirkan motornya dan memakai tudung hoodie nya sambil berjalan menundukkan kepala.

Ternyata bukan hanya Marvel, tapi ada Geo dan juga Ayah Gama di sana yang sedang menikmati kopi dan makanan.

"Kenapa kalian gak ajak aku?" gumam Ara sedih. Dia duduk di belakang mereka sambil menguping pembicaraan ketiga pria yang dia sayangi itu. Tak lupa Ara juga memesan minuman agar tidak dicurigai.

"Cepat habiskan makanan kalian. Nanti keburu sore," ucap Ayah Gama.

Geo dan Marvel mengangguk.

"Sebelum itu kita ke toko bunga dulu," ucap Geo dan diangguki oleh Ayah Gama dan Marvel.

Ke toko bunga? Beli bunga buat siapa? Batin Ara bertanya-tanya.

Ara juga buru-buru menghabiskan minumnya saat ketiga pria itu berdiri dan Geo membayar ke kasir.

Setelah mereka keluar, barulah Ara berdiri dan berjalan tergesa-gesa.

"Mbak! Belum bayar!" seru seorang kasir.

Ara menghentikan langkahnya dan berbalik, dia meringis malu. Ara pun merogoh kantong hoodie nya dan menyerahkan selembar uang berwarna biru pada kasir tersebut.

"Kembaliannya ambil aja, Kak!" ucap Ara. Dia langsung berlari keluar dan mendapati mobil Marvel yang sudah melaju.

"Kenapa aku kayak penguntit, sih?" Ara berdecak. Bodo amat lah. Dia sudah terlanjur kepo.

Ara tancap gas mengikuti mobil Marvel. Dia tidak terlalu mepet di belakang, takutnya Ayah atau kakaknya akan mengenalinya nanti.

Dan benar saja, mereka berhenti di toko bunga dan membeli sebuket bunga lily putih. Setelah itu mereka kembali melaju dan Ara tetap mengikuti di belakang.

"Kok makin jauh?" gumam Ara.

"Kalau aku lupa jalan pulang gimana?" gumam Ara lagi. Mendadak dia khawatir tersesat.

"Tenang Ara, Tuhan bersama kamu," gumamnya lagi.

Lantaran sudah sangat penasaran, rasanya nanggung kalau berhenti di tengah jalan. Jadi, Ara trobos aja.

"Kok makin sepi, ya?" gumamnya.

Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu lalang di sana.

Tak lama kemudian, mobil milik Marvel berhenti di sebuah tempat. Ara juga ikut berhenti dengan jarak yang cukup jauh. Kaca helm nya dia tutup agar Ayah dan kedua kakaknya tidak mengenalinya.

"TPU?" gumam Ara.

Deg!

"Bunda?" gumam Ara seketika.

Mengingat hari ini adalah hari peringatan meninggalnya Bunda, Ara 100% yakin mereka mengunjungi makam bundanya.

Tanpa menunggu lama lagi, Ara turun dan membuka helmnya. Saking terburu-buru nya dia, Ara sampai lupa mencabut kunci motor.

Ara bersembunyi di belakang pohon besar dan mengamati Ayah Gama, Marvel dan Geo yang berjongkok di sebuah makam yang Ara yakini itu adalah makam bundanya.

Ayah Gama meletakkan bunga lily putih tadi di atas makam tersebut lalu mengelus batu nisannya. Lalu mereka bertiga berdoa dengan khusyuk.

Mata Ara berkaca-kaca. Jika benar itu adalah makam bundanya, berarti doanya dikabulkan Tuhan. Doa tentang dia ingin bertemu dengan Bunda.

Langit yang tadinya cerah, kini sudah tertutupi oleh mendung yang mulai bersusun. Seolah ikut hanyut dalam kesedihan Ara.

"Sudah selesai?" tanya Ayah pada kedua putranya.

Geo dan Marvel mengangguk.

"Kalau gitu, kita pulang sekarang. Mau hujan." Pria paruh baya itu mendongak menatap mendung yang memulai menjatuhkan rintiknya.

Ara masih memperhatikan mereka dari jauh. Sampai ketiga pria itu masuk ke dalam mobil, Ara nekat menghampiri sebuah makam dengan bunga lily putih di atasnya.

Ara membaca tulisan yang tersemat di batu nisan tersebut dengan seksama.

"Kinara Putri?" gumamnya. Mata Ara turun menatap tanggal wafatnya.

Benar.

Tanggal itu adalah tanggal lahirnya. Tahun dan bulannya juga sama. Seketika Ara terisak, dia langsung menangis dan bersimpuh untuk memeluk makam wanita yang dia cintai. Seiring dengan itu, air hujan jatuh dengan derasnya. Ara tetap berada di sana tanpa peduli seluruh badannya sudah basah. Yang terpenting dia sudah menemukan makam bundanya setelah 19 tahun hidup di dunia ini.

"Bunda... Maafin Ara..." Gadis bertubuh mungil itu masih terisak keras sambil memeluk gundukan tanah yang sudah ditumbuhi rumput. Sebelah tangannya mengelus batu nisan tersebut dengan lembut.

"Terimakasih sudah melahirkan Ara, maaf Ara baru bisa mengunjungi Bunda hari ini..." ucapnya sambil terus terisak.

"Kenapa Bunda gak pernah datang ke mimpi Ara? Apa Bunda marah sama Ara? Ara nakal, ya?"

"Ara pengen peluk Bunda... Ayo datang ke mimpi Ara..."

"Tolong jangan benci Ara, Bun... Cukup Ayah sama Kakak aja, Bunda jangan..."

Ara memajukan wajahnya dan mencium batu nisan itu dengan lembut. Air mata yang bercampur dengan air hujan itu juga ikut membasahi batu nisan Bunda Kinara.

"Kenapa Bunda gak ajak Ara waktu itu? Seharusnya Bunda ajak Ara biar kita bisa ke Surga bareng-bareng."

Air mata yang mengalir dengan deras tersamarkan oleh derasnya air hujan. Isak tangis yang sangat keras itu juga tersamarkan oleh suara derasnya hujan.

Hampir setengah jam Ara berada di posisi itu. Karena Ara hanya ingin memeluk bundanya. Sekian lama dia berharap, baru kali ini bisa tersampaikan. Dan Ara tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kalau bisa, Ara ingin selamanya memeluk Bunda.

***

ಥ⁠╭⁠╮⁠ಥ

1
Riyani Eva
ihh gak asyik harusnya biar amnesia dulu biar liat effort nya gevan
Riyani Eva
ini yang paling aku suka .../Drool/
Riyani Eva
kalo benci sendirian aja pak gak usah ajak2 dong ,,,,,
Riyani Eva
jadi baler sendiri ihh
Riyani Eva
berasa aku jadi ara /Joyful//Joyful/
Riyani Eva
wes bener2 syukaa poll ama ceritanya
Angga Gati
cakep...menarik ceritanya
Rose 19
🙀🙀Eheeem🙈🙈🙈
Rose 19
suka suka kamu aja Van, kamu yang punya uang kamu yang berkuasa. aku mah apa atuh cuma bubuk kripik dalam toples
Rose 19
skakmat, melongo langsung tuh mulutnya
Rose 19
kamu egois mom, tak kenal maka tak sayang. kenali dulu Ara baru kamu kasih pendapat.
Rahimahhassan Rahimah
Luar biasa
💗AR Althafunisa💗
wkwkwkw... lucu 😂
💗AR Althafunisa💗
Happy ending ❤️❤️❤️
💗AR Althafunisa💗
Happy ending dong...
3sna
lha hebat bener udh sadar lngsung mo duduk,,
3sna
bukannya perasannya dia masih ambigu,tp disini udah mantep
💗AR Althafunisa💗
Aamiin...
💗AR Althafunisa💗
oh... ini yang Gevan bilang soal mengingat. Anak kecil itu...
💗AR Althafunisa💗
Ada juga yg lupa di inget mereka bertiga aka author, jangan malah Gavin yang udah ada buat Ara. Kasihan kan Gavin 😌😌😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!