Sinopsis :
Viona, seorang wanita mandiri dan cerdas mendapati dirinya masuk ke tubuh siswi SMA yang manja dan sudah bersuami. Dia langsung mengetahui bahwa dirinya masuk ke tubuh Emilia Vivian. Suami Emilia orang terkaya dan berkuasa di kota bernama Agam Revandra Graha.
Awalnya kehidupan Emilia hanya berkutat pada Agam. Dirinya sering stres dan frustasi karena Agam tidak pernah mencintainya, padahal cintanya begitu besar pada Agam. Sekarang, dengan adanya jiwa Viona di tubuh Emilia, sikap Emilia berubah. Emilia sudah tidak tertarik lagi dengan suaminya. Emilia memilih mengurus kehidupan pribadinya dan berhenti mengemis cinta pada Agam. Perubahan sikap Emilia membuat Agam mulai tertarik padanya.
Emilia menjadi siswi popular yang banyak di taksir teman sekolahnya maupun pria lain, terlebih hanya orang tertentu yang tau kalau Emilia sudah bersuami. Hal itu membuat Agam semakin resah. Dengan berbagai cara, Agam akhirnya mendapatkan malam pertama Emilia yang sering kali Agam tolak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 : Pembalasan
Di kamar mewah ber AC itu suasananya sangat panas. Agam tidak puas menjamah tubuh Emilia hanya satu kali. Dia melakukannya berkali-kali seperti biasa. Sampai puas dan hal itu membuat Emilia menyerah kalah. Emilia hanya bisa pasrah menunggu Agam berhenti dengan sendirinya.
"Aahh ..." Untuk ke sekian kalinya Agam melakukan pelepasan, kali ini dia akhirnya tumbang di atas tubuh Emilia dengan nafas yang menderu.
Cup
Cium Agam di kening Emilia untuk mengakhiri aktivitas mereka hari ini. "Terima kasih Sayang. Aku mencintaimu," ucap Agam dengan lembut.
"Hmm," jawab Emilia hanya dengan berdehem. Tenaga Emilia sudah banyak terkuras. Diapun juga sudah mengantuk. Akhirnya Emilia tertidur.
Agam bangkit dari tempat tidur, kemudian mengambil tisu untuk membersihkan bagian tubuh Emilia bekas aktivitas panas mereka. Selesai membersihkan bagian tubuh Emilia, Agam pun langsung ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.
10 menit kemudian, Agam keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi. Dia sudah selesai mandi. Sementara Emilia masih tertidur pulas. Agam tidak ingin mengganggu tidur pulas istrinya, Agam pun keluar dari kamar, menuju ruang kerjanya.
Di ruang kerja, Agam menelepon Panji.
"Panji, apa perintahku tempo hari sudah Kamu laksanakan? Aku tidak bisa menunggu lagi. Alex sudah sangat kurang ajar."
"Sudah Tuan, besok Tuan Alex akan menerima surat penundaan pemilihan CEO baru VN group."
"Bagus." Puas dengan jawaban Panji, Agam kemudian mematikan panggilan telepon.
"Besok Aku akan memberi kejutan ini untuk Emilia. Walau dia tidak ingat, tapi ini yang dia inginkan sebelum amnesia. Dia pasti senang," gumam Agam. Agam pun beranjak dari kursi kerjanya. Dia kembali ke kamar menemani Emilia tidur, meskipun hari belum malam.
Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam. Agam tertidur sambil memeluk Emilia. Terlihat mata Emilia sudah mulai mengeryap, dia terbangun. Saat membuka matanya, orang pertama yang dia lihat adalah Agam.
"Tampan sekali suamiku. Bisa-bisanya tadi malam Aku pasrah begitu saja di tidurinya," ucap Emilia dalam hati dengan bahagia.
Kryuk ...
Bunyi perut Emilia. Dia kelaparan.
"Lapar sekali," ucap Emilia.
Ucapan Emilia membangunkan Agam.
"Kamu lapar Sayang?" tanya Agam.
"Kamu sudah bangun?" tanya Emilia balik.
"Sudah jam 10 malam," ucap Agam melihat jam di dinding kamar. "Wajar Kamu lapar karena Kita belum makan malam. Ayo bangun, kita minta Bi Maya membuatkan makan malam," ajak Agam.
"Ayo," jawab Emilia dengan antusias. Keduanya pun bangun.
"Sayang, Kamu mau keluar seperti itu?"
"Apa maksudnya?" Emilia tidak mengerti.
"Pasang dulu pakaianmu!" jawab Agam.
Emilia baru menyadari kalau tubuhnya polos, tanpa kain sehelai pun. Dia tersipu malu. "Baiklah," jawab Emilia. Kemudian dia meraih pakaiannya di lantai dan memakaikannya kembali.
***
Keesokan harinya di kantor pusat perusahaan VN Group, Alex terkejut mendapat surat penundaan pemilihan CEO baru yang di kirimi oleh jajaran komisaris. Betapa marahnya Alex mendapat surat itu.
"Sialan! Ini pasti ulah Agam. Orang itu benar-benar pendendam. Padahal dulu dia tidak peduli sama sekali dengan Emilia. Kenapa sekarang dia jadi bucin dan bodoh begitu. Awas Kau Agam!" Alex yang marah besar melampiaskan kekesalannya dengan merobek surat itu.
"Alex!" Rosiana langsung masuk ke ruang wakil CEO.
"Mama?" ucap Alex.
"Apa yang terjadi, kenapa pemilihan Kamu di tunda? Siapa yang melakukan itu?" tanya Rosiana yang juga marah.
"Siapa lagi kalau bukan Agam? Hanya dia yang bisa meyakinkan para pemegang saham lainnya."
"Kenapa dia melakukan itu?"
"Mungkin dia masih marah padaku. Kemaren Aku ke rumah sakit menjenguk Emilia. Karena Emilia potong rambut, wajahnya sangat mirip dengan Viona. Aku pikir si Emilia itu Viona dan sempat menampar pipinya."
"Bodoh Kamu Alex. Kamu anakku, tapi Kamu sangat bodoh. Padahal sejak dulu Kamu tau wajah mereka memang mirip. Kenapa Kamu malah mencari keributan dengan melakukan itu." Rosiana menyalahkan anaknya.
"Ma, Aku tidak salah sepenuhnya. Aku sempat dapat surat ancaman. Parahnya lagi orangku bilang surat itu adalah tulisan tangan Viona sendiri. Si penulis surat bilang dia punya bukti kuat kalau Aku yang menabrak Viona sampai mati dan bukti bahwa Aku juga sempat hampir memperkosa Viona. Aku panik dong Ma. Saat melihat Emilia kemaren yang sangat mirip dengan Viona, Aku kelepasan karena Aku pikir Viona masih hidup."
"Alex, jaga bicara Kamu! Nanti kalau ada orang yang dengar bagaimana?"
"Itulah kenyataannya, Ma. Agam saja yang pendendam."
"Sadar Alex. Viona sudah mati. Kamu sendiri sudah memastikannya dengan mata kepalamu. Atas dasar apa Kamu bilang Viona kembali hidup? Tugas mu sekarang adalah mencari si penulis surat itu. Siapa tau dia saksi mata penabrakan. Jangan buat keributan seperti kemaren. Kita harus bermain aman."
"Iya, Ma, maaf."
"Sekarang pergi berlutut pada Agam agar dia memaafkan mu!" titah Rosiana.
"Tidak mau. Aku punya harga diri, Ma," tolak Alex.
"Simpan harga dirimu itu. Sekarang Kamu bukan siapa-siapa di bandingkan CEO Graha Group. Nak, mengalah lah sekarang untuk menang. Tunjukan pada Agam kalau Kamu menyesal sudah melukai Emilia. Cepat atau lambat dia pasti kasihan padamu kemudian mendukung pencalonan mu."
"Tapi, Ma ..."
"Tidak usah tapi-tapian, cepat!"
"Iya, iya ..." Dengan terpaksa Alex menurut pada ibunya. Dia pun pergi ke kantor Graha Group untuk menemui Agam.