Sequel " SEMERBAK WANGI AZALEA"
Zara Aisyah Damazal masih menempuh pendidikan kedokteran ketika dia harus mengakhiri masa lajangnya. Pernikahan karena sebuah janji membuatnya tidak bisa menolak, namun dia tidak tau jika pria yang sudah menjadi suaminya ternyata memiliki wanita lain yang sangat dia cintai.
" Sesuatu yang di takdirkan untukmu tidak akan pernah menjadi milik orang lain, tapi lepaskan jika sesuatu itu sudah membuatmu menderita dan kau tak sanggup lagi untuk bertahan."
Akankah Zara mempertahankan takdirnya yang dia yakini akan membawanya ke surga ataukah melepas surga yang sebenarnya sangat di cintainya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 : Acara di luar kota
Ezar kaget bukan main. Gadis yang selalu berbicara lemah lembut pada semua orang itu menunjukkan taringnya.
Dadanya bergemuruh. Terlebih ketika melihat air mata Zara yang memenuhi wajah cantiknya. Ingin melangkah lalu memberinya sedikit saja pelukan, tapi itu terasa agak aneh, seperti nasi sudah menjadi bubur, terlambat.
Tangan Ezar terkepal kuat.
Haruskah ia merenungi setiap kesalahan yang telah dia lakukan pada Zara? Tapi bagaimana dengan Ghina?
Ezar hanya berdiri terpaku memandangi Zara yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
" Apa yang harus aku lakukan?" Gumamnya frustasi.
*
*
Seminggu kemudian, departemen bedah mengadakan outing di sebuah desa yang cukup jauh di luar kota. Selain residen, koas yang berada di state tersebut juga di ikut sertakan. Selain outing yang memang selalu di laksanakan setiap tahunnya, departemen bedah juga mengadakan baksos yaitu sunatan massal di daerah setempat di mana mereka mengadakan acara.
Hari ini adalah hari keberangkatan mereka, beberapa dokter bedah, baik bedah umum, ataupun subspesialis sudah terlihat berkumpul di rumah sakit.
Bus sudah di siapkan. Bagi yang tidak mau repot menyetir, boleh menggunakan kendaraan umum tersebut, apalagi bus yang di sewa adalah bus eksekutif.
Zara memilih menggunakan transportasi umum ketimbang menyetir sendiri, kakinya sudah mendingan, sudah di tahap penyembuhan, tapi jarak tempuh yang cukup jauh membuatnya berpikir seribu kali untuk membawa kendaraan nya sendiri.
Dan lagi, berada dalam bus dengan teman yang banyak akan membuat perjalanan jauh lebih menyenangkan.
Dila dan Zara duduk berdampingan di dalam bus. Beberapa koas dari kampus lain pun ikut bersama dengan Zara.
Dokter konsulen lebih banyak membawa kendaraan pribadi karena merasa lebih nyaman apalagi banyak yang membawa serta keluarga mereka.
Zayn memutuskan membawa mobilnya juga, dia sudah mengajak Zara tapi Zara menolak.
Perjalanan cukup menyita waktu, tapi ini adalah perjalanan nostalgia bagi Zara dan Zayn. Bagaimana tidak, pesantren Al hidayah berada sekitar satu atau dua kilometer dari tempat mereka mengadakan acara.
Rindu masa masa mondok kembali terkenang, hingga membuat Zara mengulas senyum.
Dila memperhatikan Zara." Apa ada yang menarik perhatianmu?"
Zara yang duduk di balik jendela menoleh. " Oh,, aku hanya teringat jalan ini, ini adalah jalan yang ku lewati setahun sekali ketika Abi dan umi menjemput aku dan kakakku di pesantren."
" Tunggu, kamu mondok di Al hidayah?"
" Iya, kamu tau pesantren itu?"
" Tau lah, adik sepupuku mondok di sana."
" Benarkah?"
" Tapi ya begitulah, terpaksa."
Kening Zara mengernyit." Kenapa mondok terpaksa?"
" Dia tidak mau, sepupuku itu gadis yang sangat bebas. Pergaulannya luas, bahkan dengan preman pun dia berteman. Tante ku sampai pusing memikirkan nasibnya ke depan. Karena itu, dia di bawa masuk ke dalam pesantren."
" Syukurlah, setidak tidaknya, di dalam sana dia bisa sedikit berubah."
" Aku tidak yakin Ra, masalahnya sudah berapa kali dia kabur dari sana."
" Ya Allah.." Zara menggelengkan kepala.
" Ini tahun terakhirnya, semoga dia bisa selesai tanpa banyak drama."
" Aamiin."
Sesuai prediksi, perjalanan bersama teman jauh lebih menyenangkan, dan Zara merasakan itu, berbaur dengan banyak orang, berkenalan dengan banyak orang. Karena walau mereka sama sama di departemen bedah, tapi ada yang tidak pernah saling jumpa, itu di sebabkan oleh banyaknya dokter spesialis bedah dan subspesialis bedah lainnya di Brawijaya hospital, hingga koas koas yang lain berpencar masing masing mengikuti dokter konsulen mereka.
Ezar berangkat sendiri, niat hati ingin membawa serta Zara tidak bisa terwujudkan, kemarahan gadis itu seminggu lalu membuat Ezar tidak berani untuk mengajak istrinya.
Ghina sudah menelpon beberapa hari sebelum acara, ingin ikut dengan Ezar, tapi Ezar menolak, dengan alasan, acara outing tersebut di khususkan untuk bagian bedah saja. Terpaksa Ghina mengalah.
Tibalah mereka di tempat tujuan.
Bungalow mewah sudah di sewa untuk tiga hari ke depan.
Zara tentu sekamar dengan Dila. Kamar yang cukup strategis, karena pemandangan dari lantai dua kamar mereka adalah hamparan sawah serta gunung nan indah.
Begitupun degan Ezar, entah salah penempatan atau memang sengaja, kamarnya tepat berada di sebelah kamar Zara. Padahal biasanya seorang dokter senior sepertinya mendapat tempat di lantai bawah dengan kamar yang lumayan luas.
Karena berhubung hari ini belum ada aktivitas, Zara meminta izin pada dokter Bayu selaku konsulennya untuk keluar sebentar saja.
Dokter Bayu mengizinkan walau Zara harus menghadapi serentetan pertanyaan.
Beruntung Zayn membawa kendaraan, karena mereka akan leluasa pergi ke pesantren yang berjarak sangat dekat dari bungalow.
" Aku sudah tidak sabar ingin ketemu dengan eyang." Kata Zara di tengah perjalanan.
" Kalau aku rindu masakan eyang putri." Ujar Zayn menimpali.
Mereka tertawa bersama.
Sementara di kamar sebelah, Ezar menatap benda segi empat itu tanpa berkedip. Sebuah notifikasi di kirim beberapa saat lalu ke ponselnya di mana Zara meminta izin ingin keluar bersama Zayn.
Namun, Ezar yang biasanya sangat cuek dan menjawab seadanya saja, hari ini terlihat jauh lebih mengedepankan perhatian nya.
Bukan hanya sebaris atau dua baris saja, melainkan beberapa kalimat sahut menyahut meskipun tidak terlalu panjang. Dan Zara hanya membalas semua to the point, tidak ada basa basi.
Dan pada akhirnya, Ezar mengijinkan Zara meski sebenarnya dia juga ingin ikut, berkunjung ke pesantren tempat istrinya menuntut ilmu agama. Namun sayang, Zara tidak mengajaknya.
Kedua saudara kembar itu saling bercerita masa masa dulu, sampai mereka harus berhenti karena beberapa meter di depan mereka, banyak warga yang berkumpul mengerumuni sesuatu.
" Mas, berhenti. Ku rasa itu kecelakaan."
Zayn menepikan kendaraannya.
Keduanya turun dan menghampiri kerumunan tersebut.
Dan benar saja, seorang wanita tergeletak tak berdaya dan di tengarai baru saja mengalami kecelakaan.
" Mas..."
Ezar turun tangan di bantu Zara.
Setelah mengatakan kepada kerumunan warga jika mereka adalah mahasiswa kedokteran, semua memberi ruang pada Zara dan Zayn, tidak lagi mengerubungi korban tersebut.
" Bagaimana?" Tanya Ezar pada Zara yang sedang melakukan pemeriksaan.
" Alhamdulillah, masih hidup mas."
" Alhamdulillah."
Zara mengambil alat pengukur tekanan darah yang ada di mobil Zayn, meski masih bernapas dengan baik, tapi Zara mencurigai sesuatu.
Zara kembali melakukan pemeriksaan, dan benar, tiba tiba korban kecelakaan tersebut terbatuk dengan detak jantung yang tiba tiba meningkat, di tambah kesulitan bernafas serta kuku yang mulai membiru.
" Mas...."
" Telpon dokter Ezar sekarang juga, ku rasa dia mengalami pneumothorax."
Zara melakukan perintah Zayn.
" Assalamualaikum dok."
" waalaikumsalam."
" Dok tolong bantu Zara."
" Kamu kenapa?" Ezar panik, apalagi mendengar suara Zara yang bicara terengah engah.
" Saat ini Zara ada di dekat pesantren Al Hidayah, dan ada seorang gadis muda yang mengalami kecelakaan."
" Bagaimana kondisinya?" Lanjut Ezar sembari memakai jaket dan meraih kunci mobilnya.
" Pasien sempat terbatuk, dan setelah itu detak jantungnya meningkat, pasien mulai sesak, dan kukunya sianosis."
" Itu pneumothorax, pantau terus kondisinya, aku segera kesana."
" Iya dok."
Panggilan berakhir.
" Dokter Ezar mencurigai kalau ini pneumothorax." Kata Zara.
" Lalu apa yang dia katakan?"
" Dia akan segera ke sini."
" Syukurlah."
Mereka terus memantau keadaan korban tersebut.
Zayn melihat sekeliling, sebuah motor Kawasaki ninja H2 Carbon yang di banderol dengan harga setengah miliar teronggok di bagian sisi jalan tidak jauh dari korban. Setelah itu, dia pun bertanya pada warga yang berkerumun.
" Maaf, bapak ibu. Apa ada yang mengenal wanita ini?" Tanya Zayn.
Seorang pria paruh baya menjawab pertanyaan Zayn. " Kalau nama kami tidak tau dok, yang kami tau kalau adek ini sedang mondok di pesantren."
" Mondok?"
...****************...
btw jgn lupa kak, emi dilanjut 🤭🤭😁
ku tunggu karya selanjutnya ya
marwah msih 5 thun tpi ucapn ny gk sesuai umur. bolh karakter ny dibuat ank yg cerdas, tpi jangn brlebihn smpe bhas urusn mnikh🙏
yg penting sekuelnya "Zayn " segera rilis kakakk 😃😃😃
sehat2 selalu 🤲🏻🤲🏻