Mengisahkan tentang perjalana kehidupan seorang anak bernama Leonel Alastair yang berasal dari keluarga Von Adler. Kecintaannya pada musik klasik begitu melekat saat dia masih kecil, demi nama keluarga dan citra keluarganya yang sebagai musisi.
Leonel menyukai biola seperti apa yang sering dia dengarkan melalui ponselnya. Alunan melodi biola selalu membawanya ke masa masa yang sangat kelam dalam hidupnya.
Namun perlahan seiringnya waktu berjalan, kehidupan dan minatnya berubah. Dengan bantuan seorang kakak angkat Raehan dia memiliki tujuan baru, dengan tujuan tersebut dia bertemu seseorang yang menempati hatinya.
Bromance!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26: "Cahaya di Ujung Lorong"
Sebulan setelah buku Leonel diterbitkan, ia menerima undangan untuk menghadiri sebuah acara pembicara yang diselenggarakan di kota asalnya. Awalnya, Leonel ragu untuk menerima undangan itu. Menghadiri acara di kota yang penuh dengan kenangan kelam rasanya seperti membuka luka lama. Namun, ia sadar bahwa ini adalah kesempatan untuk menunjukkan pada dirinya sendiri bahwa ia sudah berubah dan tidak lagi terperangkap dalam bayang-bayang masa lalu.
Leonel memutuskan untuk hadir, ditemani oleh Julian yang berjanji akan berada di sana untuk mendukungnya. Ketika mereka tiba di tempat acara, Leonel merasakan degup jantungnya meningkat. Dia melihat banyak wajah-wajah familiar di antara para penonton—teman masa kecil, tetangga, bahkan beberapa anggota keluarganya yang jarang ia temui. Tapi yang paling mengejutkan adalah kehadiran ibunya, yang duduk di barisan depan.
Ketika namanya dipanggil untuk naik ke panggung, Leonel menenangkan dirinya dan melangkah dengan tenang. Setelah sekian lama merasa terjebak dalam bayangan, hari ini ia berdiri sebagai dirinya sendiri, bukan sosok yang selalu ia pikir harus ada demi memenuhi harapan orang lain.
Di atas panggung, Leonel memulai dengan senyum dan mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir. Ia kemudian mulai bercerita tentang perjalanan hidupnya—tentang pencarian jati diri, perjuangan melawan rasa tidak berharga, dan akhirnya menemukan kebahagiaan di tempat yang paling tidak terduga. Ia berbicara dengan jujur tentang masa-masa sulitnya, tentang perasaan terasing di rumah sendiri, dan bagaimana ia belajar untuk berdamai dengan hal itu.
“Dulu, saya merasa tidak layak untuk dicintai. Saya merasa hanya bayangan di antara mereka yang terlihat. Tapi kemudian, saya sadar bahwa setiap kita punya cahaya sendiri, yang akan bersinar ketika kita tidak lagi terikat oleh bayang-bayang orang lain,” ucapnya, menatap hadirin dengan mantap.
Di antara kerumunan, Leonel melihat ibunya tersenyum sambil menghapus air mata. Itu adalah pemandangan yang tak pernah ia bayangkan. Setelah acara selesai, ibunya menghampirinya, dengan air mata haru di matanya.
“Leonel, maafkan ibu. Ibu tidak pernah benar-benar mengerti bagaimana rasanya menjadi kamu,” ucap ibunya lirih. “Tapi aku bangga pada kamu, pada segala yang kamu raih. Kamu adalah anak yang lebih kuat dari yang pernah ibu bayangkan.”
Leonel tersenyum dan memeluk ibunya. Semua luka lama seolah mencair dalam pelukan itu, digantikan oleh perasaan damai yang tulus.
Setelah acara, Leonel menghabiskan beberapa hari di kota asalnya, kali ini dengan perasaan yang jauh lebih damai. Bersama Julian dan ibunya, mereka mengunjungi tempat-tempat yang penuh kenangan, namun kini terasa lebih ringan dan penuh makna.
Ketika tiba saatnya kembali, Leonel merasa bahwa ia tidak lagi meninggalkan sesuatu yang tertinggal. Ia telah membawa pulang kedamaian dan penutupan atas semua luka lama yang selama ini membebani.
Di perjalanan pulang, Julian menatap Leonel dengan bangga. “Kamu sudah berubah, Nel. Kamu sekarang adalah orang yang lebih kuat, dan aku bangga bisa ada di sini melihat kamu tumbuh seperti ini.”
Leonel tersenyum. “Aku nggak akan sampai di titik ini tanpa dukungan dari kamu dan semua teman-teman yang ada di sisiku. Sekarang aku tahu, bahwa aku nggak sendirian.”
Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan rasa optimis dan kebahagiaan. Leonel menjalani hidupnya dengan penuh semangat, terus menulis, berbicara di berbagai tempat, dan menginspirasi orang lain dengan kisah hidupnya. Masa lalu mungkin pernah membelenggunya, tetapi kini ia adalah seseorang yang bebas, dengan cahaya yang bersinar untuk membimbing dirinya sendiri dan orang lain yang membutuhkan harapan.