Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Kompetisi Lanjutan
“Tidak, aku tidak berlebihan, kau memang cantik, bahkan lebih cantik dari putri Veronica” Dominic mengarahkan wajah Luvi agar berhadapan dengan wajahnya.
Kini keduanya bertatapan. Tapi Luvi tak sanggup lagi menahan gugupnya, ia kembali menunduk kemudian ia mengalihkan pandangannya.
‘Apa-apaan pria ini, membuatku tidak bisa bernafas saking gugupnya. Ah, apa benar yang ia katakan, apa aku secantik itu?’ perasaan Luvi tidak bisa tergambarkan, bahkan saat itu perasaannya lebih indah dari bunga anggrek bulan berwarna merah pekat yang pernah ia temui.
Beberapa saat kemudian seseorang memanggil Dominic dari kejauhan. Spontan keduanya menoleh kearah suara.
“Tuan Elquin!, rupanya anda disini” sapa seseorang dengan jubah ungu tua yang berkilauan, menandakan ia seorang Pangeran. Di belakangnya beberapa prajurit mengiringinya.
“Ah ya, ada apa?” jawab Dominic seolah malas berhadapan dengan para Pangeran yang menurutnya menyebalkan.
“Maaf, boleh aku bergabung?” tanya pria itu.
“Ya, silakan Tuan, aku akan berdiri sa-” kalimat Luvi belum sempurna, namun gadis itu seketika melihat tangannya.
Luvi yang akan beranjak dari duduknya, dengan tiba-tiba pergelangan tangannya di raih Dominic dan pria itu menahan Luvi agar tidak bangkit dan tetap disitu.
Kini Dominic memegang pergelangan tangan Luvi. Gadis itu diam sesaat, merasakan jantungnya yang lagi-lagi berdetak dengan intonasi yang tak beraturan.
“Duduk” perintah Dominic pada Luvi dengan suara pelan. Akhirnya Luvi duduk kembali di tempatnya semula.
“Silakan duduk di sebelahku” ucap Dominic pada Pangeran itu. Tapi Pangeran berambut coklat keemasan itu belum juga duduk.
“Ah, ini pasti adikmu, Putri … “ ia seolah lupa nama Luvi.
“Ella” jawab Luvi.
“Ah ya, putri Ella. Kau sangat cantik” Pangeran itu membungkuk di depan Luvi kemudian sebelah tangannya terlipat kebelakang dan sebelahnya lagi menyodorkan agar di sambut oleh Luvi.
Luvi menoleh kearah Dominic sesaat, ia terlihat ragu. Dominic memperlihatkan paras tidak suka. Tapi akhirnya dengan keraguan dan keterpaksaan Luvi memberikan tangannya pada Pangeran di depannya.
Pangeran tersebut mengecup punggung tangan Luvi yang lentik dan putih bersih “Senang bertemu denganmu, putri Ella” ucapnya sopan, kemudian pria itu melangkah duduk di sebelah Dominic.
“Terimakasih mengizinkanku bergabung disini. Oya, kau dari kerajaan mana?, aku lupa tadi ketika petinggi kerajaan menyebutkan asalmu”
Dominic spontan menoleh kearah Luvi.
“Kerajaan Arden, di benua Ark” jawab Luvi cepat. Luvi yang langsung paham bahwa Dominic pasti lupa dengan nama-nama itu, karena pria itu seolah tidak perduli dan tidak ingin menghapalnya.
“Ah ya, tapi aku belum pernah mendengar kerajaan Arden, atau memang aku yang belum tahu” ujar pangeran tersebut.
“Mungkin kau yang belum banyak tahu tentang dunia ini” ujar Dominic ketus.
“Ya mungkin kau benar. Oya namaku Pangeran Edward” Dominic hanya mengangguk, terlihat jelas wajah malasnya untuk berbincang dengan Pangeran di sebelahnya.
Setelah mereka berbincang sesaat, akhirnya mereka kembali kedalam aula.
Acara selanjutnya adalah pertarungan antar Pangeran. Pertarungan yang diadakan di ruang terbuka, menggunakan pedang kayu dan armor pelindung.
“Kalau yang ini aku menjadi semangat!” Dominic langsung menuju arena pertarungan.
“Pangeran Elquin!, ini bukan giliran anda, tunggulah dipanggil!” ujar seorang prajurit kerajaan yang melihat Dominic yang akan memasuki arena.
“Ah, merepotkan sekali. Tapi pria berjubah merah itu sudah kalah, bukankah bisa siapa saja bisa langsung melawan pemenangnya?” tukas Dominic sudah tak sabar dengan pertarungan. Jiwa bertarungnya seolah menggelora, karena selama di kastil itu ia menahan diri dengan menjadi pria baik.
“Iya, tapi maaf Pangeran, peraturannya sudah ditentukan siapa yang akan maju, dan sekarang bukan giliran anda, mohon tunggu di tempat anda kembali” jelas prajurit tersebut.
Dominic terpaksa menunggu di kursi tunggu. Tanpa sadar pria itu diperhatikan oleh Putri Veronica dari kejauhan yang tengah menyaksikan pertandingan tersebut. Wanita itu tersenyum penuh makna melihat kelakuan Dominic.
“Hey, siapa namamu?, aku lupa tidak bisa mengingat namamu, yah aku memang tidak mau mengingatnya sih” tiba-tiba seorang dengan pakaian berkelas dengan mata biru dan rambut pirangnya menegur Dominic yang berada di kursi sebelahnya.
“Lalu untuk apa kau tanyakan namaku, dasar bodoh!” jawab Dominic agak pelan agar tidak sampai terdengar olah peserta lain.
“Hey!, sebaiknya kau menang dalam pertarungan penyisihan, jika kita bertemu berdua di depan sana, aku ingin sekali memukul wajahmu dengan pedang kayu itu” ucap Pangeran bermata biru.
“Aku pasti menang, dan aku yang akan memukul wajah bodohmu!” ucapan Dominic dengan nada mengancam membuat geram pangeran di sebelahnya.
Akhirnya giliran Dominic yang akan berada di arena pertarungan. Ia menghadapi Pangeran yang tingginya lebih dua jengkal diatasnya. Tak butuh waktu lama, Dominic berhasil menyelesaikan pertarungan.
Semua hadirin bersorak dengan kehebatan Dominic. Pertarungan selanjutnya, tentunya juga di menangkan Dominic, hingga akhirnya ia bertemu dengan si mata biru tadi.
“Hey, kita bertemu akhirnya, bertarungmu boleh juga” ujar Pangeran bermata biru.
“Apa kau siap menerima kekalahan?” balas Dominic.
Tanpa basa-basi, pertarungan dimulai. Semua tebasan pedang kayu dari Pangeran bermata biru tidak satupun yang mengenai Dominic.
“Apa kau sudah selesai menari?. Sekarang giliranku” ucap Dominic dengan seringai senyum sinis di bibirnya.
Akhirnya giliran Dominic yang mulai menghantamkan sabetan pedang kearah lawannya.
Hanya beberapa sabetan dan pukulan pedang kayu dari Dominic, Pangeran yang menjadi lawannya jatuh tersungkur tak mampu melawan. Dengan darah dan lebam yang lumayan banyak di sekitaran wajahnya, pria bermata biru menyerah.
Ia menatap Dominic penuh dendam. Tapi Dominic menanggapinya dengan santai.
Akhirnya semua Pangeran mengakui kehebatan Dominic dalam bermain pedang dan bertarung.
Dari kejauhan anggota kerajaan bertepuk tangan dengan anggun. Putri Veronica memandang Dominic dengan kekaguman yang semakin bertambah.
Dominic sedikit membungkuk memberi hormat menghadap pada Raja, Ratu dan Putri Veronica. Tangan sebelahnya terlipat kebelakang, itulah yang diajarkan Horg jika memberi hormat pada anggota kerajaan.
‘Sial aku harus membungkuk pada orang-orang bodoh ini, cih!’ umpat Dominic di batinnya.
Para tamu yang hadir di persilahkan untuk bermalam di kastil Obin. Mereka telah di sediakan kamar-kamar untuk menginap beserta keluarga yang dibawa, karena besok masih ada dua pertandingan lagi yang akan dilaksanakan.
Sore merebak, melukiskan warna jingga di langit,
Di depan pintu kamar yang di sediakan untuk keluarga Arden, Luvi mencari keberadaan Erita, ia ingin menyampaikan jika nanti malam ia ingin tidur bersama wanita itu tapi Erita tidak ditemuinya dimanapun.
Luvi juga tidak menemukan Dominic dan Horg. ‘Kemana semua orang, mengapa aku ditinggal sendiri disini’ gumamnya kesepian. Akhirnya Luvi turun ke lantai bawah, kemudian ia keluar pintu kastil yang besar dan berjalan sendiri di koridor kerajaan yang agak sepi.
Ia menyusuri tiang-tiang penyangga di teras taman kastil, tapi ia tak juga menemukan Erita, Dominic dan Horg. ‘Ugh!, apa mereka meninggalkanku di pulau ini sendiri!, kemana perginya mereka” Luvi semakin cemas.
Tiba-tiba dari beberapa langkah Luvi berjalan, seseorang mengikutinya dari belakang. “Putri Ella!” panggilnya sambil mengimbangi langkah Luvi.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.