NovelToon NovelToon
Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Aku, Dia Dan Dunia Yang Salah

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Beda Dunia
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rendy Purnama

Kisah tentang cinta yang terjebak dalam tubuh yang berbeda setiap malam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rendy Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8: Jejak Masa Lalu

Beberapa hari setelah penemuan surat dari ibu Arya, aku masih terus memikirkannya. Surat itu mengungkapkan banyak hal yang belum pernah aku ketahui tentang dirinya, terutama tentang rasa kehilangan yang ia simpan rapat-rapat. Aku merasakan keinginan yang kuat untuk mendekatkan diri pada masa lalunya, untuk mencari tahu lebih dalam tentang hubungan Arya dan ibunya. Mungkin, dengan mengetahui lebih banyak tentang ibunya, aku bisa membantu Arya menemukan kedamaian yang selama ini ia cari.

Namun, mencari tahu tentang masa lalu seseorang bukanlah hal yang mudah, terutama ketika orang itu begitu tertutup. Aku memutuskan untuk memulai dengan cara sederhana—mencari tahu siapa teman atau kerabat yang mungkin mengenal ibunya. Saat memikirkan langkah pertama ini, nama satu orang terlintas dalam pikiranku: Tante Mirna, sahabat dekat ibu Arya yang dulu sering bercerita tentang masa lalu mereka.

Aku segera mencari kontak Tante Mirna dan membuat janji untuk bertemu dengannya. Aku berharap pertemuan ini akan membantuku menemukan sedikit petunjuk yang bisa menjelaskan mengapa Arya begitu terjebak dalam kekosongan.

---

Hari pertemuan itu tiba, dan aku bertemu Tante Mirna di sebuah kafe kecil yang tenang. Tante Mirna adalah wanita paruh baya yang ramah dan memiliki senyum hangat yang menenangkan. Setelah berbasa-basi sejenak, aku mulai membuka pembicaraan tentang Arya dan ibunya. Tante Mirna terlihat sedikit terkejut, tapi akhirnya dia mulai bercerita.

"Kamu tahu, ibunya Arya, Bu Dina, adalah wanita yang sangat kuat," ujar Tante Mirna dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. "Dia selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Arya, meskipun dia tahu usianya mungkin tak akan panjang."

Aku tertegun mendengar kalimat terakhir itu. Ibunya tahu usianya tak panjang? Ini adalah hal baru yang belum pernah aku ketahui. Tante Mirna melanjutkan ceritanya, mengungkapkan bahwa Bu Dina menderita penyakit serius yang tidak ia ceritakan pada banyak orang. Namun, meskipun begitu, ia tetap berjuang demi Arya, memastikan anaknya tumbuh dengan cinta yang cukup.

"Bu Dina sering bercerita padaku bahwa ia ingin Arya tumbuh menjadi anak yang kuat, meski ia sendiri harus pergi lebih awal. Dia tahu betapa beratnya kehidupan bagi seorang anak yang tumbuh tanpa ibu," kata Tante Mirna. "Mungkin itulah alasan Arya selalu mencari, ia mencari sesuatu yang bisa mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh ibunya."

---

Pulang dari pertemuan dengan Tante Mirna, aku merasa hati ini dipenuhi berbagai emosi. Rasa iba, haru, dan keinginan untuk lebih memahami Arya semakin kuat. Rasanya, aku mulai mengerti mengapa Arya selalu tampak terjebak dalam pencarian yang tidak pernah berujung. Kehilangan sosok ibu di usia muda jelas meninggalkan luka yang sulit disembuhkan.

Aku memikirkan kembali semua tulisan Arya dalam jurnalnya, mencoba menghubungkan cerita Tante Mirna dengan kata-kata yang pernah ia tulis. Ternyata, banyak tulisan Arya yang menyiratkan kerinduannya pada sosok ibu, pada pelukan hangat yang tak lagi bisa ia rasakan. Ia merindukan rasa aman yang seharusnya ia dapatkan dari seorang ibu, namun kini ia hanya bisa merasakan kehadiran ibunya dalam ingatan samar-samar.

Aku merasa ada sesuatu yang perlu kuperbuat untuk Arya. Aku ingin membantunya, walau hanya sedikit, agar ia bisa mengatasi rasa kehilangan yang telah membelenggu hidupnya selama ini. Namun, aku tahu bahwa proses ini tidak akan mudah. Luka emosional yang mendalam tak akan sembuh hanya dengan kata-kata atau nasihat. Itu adalah sesuatu yang Arya sendiri harus temukan dan sembuhkan dari dalam dirinya.

---

Dalam minggu-minggu berikutnya, aku mulai lebih sering menghabiskan waktu bersama Arya. Kami mengunjungi tempat-tempat yang membawa kenangan baginya, dan aku dengan sabar mendengarkan setiap cerita yang ingin ia bagi. Meskipun ia jarang berbicara langsung tentang ibunya, aku bisa merasakan bahwa topik itu selalu menghantui pikirannya. Di setiap kata dan ekspresinya, aku melihat jejak kerinduan yang begitu dalam.

Suatu hari, di sebuah taman yang sepi, Arya tiba-tiba mulai bercerita tentang masa kecilnya, tentang saat-saat singkat yang ia habiskan bersama ibunya. "Ibuku selalu mengajakku ke taman seperti ini," katanya pelan, menatap langit yang mulai kemerahan. "Dia akan duduk di bangku, membacakan cerita, sementara aku berlari-lari di sekitar pohon-pohon ini."

Aku mendengarkan dengan seksama, memberikan ruang baginya untuk berbicara. Dalam cerita singkat itu, aku melihat sisi Arya yang begitu rapuh namun indah. Ia adalah seseorang yang tumbuh dengan kenangan manis, namun juga menyakitkan. Kehilangan ibunya telah membentuknya, menjadikannya seseorang yang selalu merasa kekurangan sesuatu, meskipun ia memiliki segalanya dalam hidupnya.

Ketika ia selesai bercerita, aku meraih tangannya dengan lembut. "Arya, kamu tidak sendirian. Mungkin sulit untuk menerima, tapi ibu kamu akan selalu ada dalam kenanganmu, dan dalam semua hal yang kamu lakukan. Dia adalah bagian dari dirimu, bagian yang tak akan pernah hilang."

Arya hanya tersenyum kecil dan menatapku. Senyuman itu adalah bentuk apresiasi yang begitu tulus, dan aku tahu, meskipun sedikit, kata-kataku mungkin memberikan ketenangan baginya.

---

Pada titik ini, aku mulai memahami bahwa pencarian Arya bukan hanya tentang menemukan siapa dirinya, tapi juga tentang menerima masa lalunya. Dalam pencariannya, ia perlu belajar untuk merelakan, untuk membiarkan kenangan tentang ibunya menjadi bagian yang indah dalam hidupnya, bukan beban yang terus-menerus ia bawa.

Aku tidak tahu seberapa jauh perjalanan ini akan membawaku atau Arya, tapi satu hal yang pasti, aku akan tetap berada di sampingnya. Dalam upaya menemukan dirinya, mungkin kami juga akan menemukan arti dari hubungan ini. Arti dari pertemuan kami dan perjalanan yang telah kami lalui bersama.

Hari itu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan terus mendampingi Arya, apa pun yang terjadi. Entah itu sebagai teman, sebagai seseorang yang peduli, atau sebagai bagian dari hidupnya yang mungkin bisa membantunya merasa utuh kembali

1
Iolanthe
Jangan ditinggal nggak jelas thor, kami semua sudah mulai ketagihan nih
+sakuran+
Ceritanya sangat menyentuh hati, jangan berhenti menulis thor!
Rendy Purnama: makasii ya ka sakuran
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!