NovelToon NovelToon
Ekspedisi Arkeologi - Misteri Kutukan Mola-Mola.

Ekspedisi Arkeologi - Misteri Kutukan Mola-Mola.

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Sistem / Epik Petualangan / Dendam Kesumat / Pulau Terpencil
Popularitas:407
Nilai: 5
Nama Author: Deni S

Ketika seorang pemuda dihantui oleh teka-teki atas hilangnya sang Ayah secara misterius. Bertahun-tahun kemudian ia pun berhasil mengungkap petunjuk dari buku catatan sang Ayah yang menunjuk pada sebuah batu prasasti kuno.

Satrio yang memiliki tekad kuat pun, berniat mengikuti jejak sang Ayah. Ia mulai mencari kepingan petujuk dari beberapa prasasti yang ia temui, hingga membawanya pada sebuah gunung yang paling berbahaya.

Dan buruknya lagi ia justru tersesat di sebuah desa yang tengah didera sebuah kutukan jahat.
Warga yang tak mampu melawan kutukan itu pun memohon agar Satrio mau membantu desanya. Nah! loh? dua literatur berbeda bertemu, Mistis dan Saint? Siapa yang akan menang, ikuti kishanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deni S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10: Petunjuk Prasasti

Setelah panggilan video dengan timnya berakhir, Satrio masih berdiri di ambang mulut gua. Suara gema percakapan terakhir timnya masih terngiang, terutama desakan mereka agar ia segera kembali ke kota. Kekhawatiran yang disuarakan dengan tegas oleh Gilang, Rio, dan Bayu bercampur dengan logika yang tak bisa ia bantah: perbekalannya memang hanya cukup untuk hari ini dan besok.

Hawa dingin dari gua berembus keluar, menyapu wajah Satrio seakan membawa pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Ia menarik napas dalam, menatap kosong ke arah hutan yang terbentang di belakangnya. Seakan memaksa dirinya untuk berpikir jernih, ia menggumam pelan, "Jalan mana yang kau inginkan, Satrio?"

Pertanyaan itu tak bergaung, namun seolah menggantung di udara. Rasa penasaran yang begitu kuat membebaninya, seperti ada sesuatu di dalam gua yang menekan batinnya untuk tetap melanjutkan pencarian ini. Rasanya seperti desakan halus yang mendorongnya, jauh di luar nalar dan logika.

Satrio menoleh ke dalam gua. Gelap yang mengisi ruang di hadapannya terasa lebih pekat daripada biasanya. “Hanya sebentar,” ia meyakinkan diri. Sebelum meninggalkan batu prasasti itu, ada dorongan dalam dirinya untuk melihatnya sekali lagi. Mungkin, satu pengamatan terakhir bisa memberikan jawaban yang belum sempat ia temukan.

Tanpa banyak berpikir, ia melangkah masuk ke dalam gua, menyusuri bayangan dan keraguan yang masih membelenggunya. Cahaya senter memecah kegelapan, memberikan sinar berkilau pada sebuah batu di ujung sana.

Satrio menyentuh permukaan batu itu dengan hati-hati, merasakan kekasaran dan dinginnya permukaan. "Apa yang ingin kamu sampaikan?" pikirnya, dalam hati berusaha memahami makna di balik simbol-simbol ini. Dalam momen ini, ia merasakan kehadiran yang kuat dari masa lalu, seolah batu itu menyimpan rahasia yang siap untuk diungkap.

Dengan rasa penasaran yang mendalam, Satrio mengamati setiap detail ukiran, ia bertekad untuk menggali lebih dalam arti dari simbol-simbol kuno yang membungkus batu besar di depannya.

Matanya menyusuri setiap lekukan dan garis, mencoba mengartikan makna di baliknya. Perlahan, ia mulai menghubungkan beberapa simbol yang familiar dengan pengetahuannya tentang kebudayaan kuno.

Salah satu simbol, yang berbentuk lingkaran, terlihat di atas garis-garis melengkung di sekelilingnya. Tepat di bagian tengah, ukiran lebih besar tampak menyerupai pohon dengan beberapa batang yang terputus, sedangkan di bagian bawahnya terdapat beberapa orang yang sedang memeluk badan pohon itu, dengan wajah menghadap ke atas, bibir terbuka.

Satrio merasakan desiran semangat saat menyadari bahwa simbol-simbol ini mungkin mengisahkan pada sebuah suku pedalaman yang hidup dalam harmoni dengan alam, memanfaatkan kekayaan sumber daya di sekitar mereka.

Namun, saat ia terus menjelajahi ukiran-ukiran lainnya, rasa bingung mulai menggelayuti pikirannya. Ada banyak simbol lain yang terlihat tidak familiar, bentuknya aneh dan kompleks. Sebuah simbol menyerupai makhluk berbadan besar dengan kepala berbentuk aneh, mungkin menggambarkan dewa atau makhluk mistis yang pernah dipuja, atau bahkan ditakuti oleh suku tersebut.

Satrio berpikir sangat keras, ia hanya bergelut dengan simbol-simbol yang ia rasa familiar untuknya. Sebuah lekukan bergelombang dengan simbol lingkaranan, menjadi titik awal fokusnya saat ini. "Lengkungannya, seperti menggambarkan beberapa pegunungan, atau bukit. Sedangkan simbol lingkaran ini terlihat aneh. Biasanya ini melambangkan suatu daerah yang subur. Tapi mengapa para pengembala ini menunjuk ke arah sana. Lingkaran ini juga jelas bukan matahari." gumam Satrio, mencoba mencari arti dari simbol-simbol yang tertoreh.

Selain simbol yang diartikan Satrio sebagai pegunungan dan bulan, tampak juga beberapa pengembala yang sedang menujuk ke arah bulan tersebut, seolah-olah mereka sedang mengikutinya.

“Matahari terbit dari timur, dan terbenam di barat. Simbol matahari biasanya digambarkan dengan garis-garis vertikal di sekitarnya. Ini berarti sesuatu yang bisa mereka lihat setelah matahari terbenam. Mungkinkah ini bulan, atau bintang?" Sejenak Satrio terdiam, butiran keringat mulai mengalir lembut dari pelipis matanya.

Pandangan Satrio beralih, pada beberapa ukiran yang menggambarkan sekelompok pengembala dengan lengan menunjuk pada simbol lingkaran.

"Jika ini mengisahkan peperangan, pasti mereka digambarkan memegang beberapa senjata, baik itu tombak atau pun seekor kuda. Tapi mengapa mereka justru membawa hewan berkaki empat, seperti domba?" Satrio kembali berpikir keras, mencoba menyatukan semua petunjuk yang telah ia temukan, "Batu Penjelajah, tiga garis melengkung, Pengembala, dua lingkaran dan sebuah pohon besar?"

Nafasnya terhentak, saat beberapa kepingan petunjuk berhasil membuka spekulasi di dalam benak Satrio. "Jangan-jangan! Mereka akan melakukan persembahan di suatu bukit. Matahari terbenam, dan tujuan sang Penjelajah yaitu. Barat."

Tanpa pikir panjang, Satrio segera membuka peta dan kompasnya, untuk memastikan jika dugaannya itu benar. Jari telunjuknya meluncur perlahan di sepanjang garis yang menunjukkan jalur yang disarankan oleh Rio. “Ayo-lah, Di mana titiknya. Tiga lembah di sudut barat, apakah ada?” gumamnya pelan, matanya fokus meneliti setiap detail.

Hatinya berdebar saat menemukan satu titik yang memiliki kriteria sama dengan apa yang ia pikirkan. Ia membacanya dengan seksama, lalu mengernyitkan dahi. “Tapi, rute ini jelas keluar dari yang ditentukan Rio,” pikirnya sambil menatap peta dengan seksama. Titik itu terletak di area yang sepertinya belum dijelajahi dan berdekatan dengan wilayah hutan yang lebih lebat.

Satrio menghela napas panjang, merasa terjebak dalam dilema. Di satu sisi, ia harus mengikuti jalur yang sudah ditentukan. Di sisi lain ia yakin bahwa, di setiap temuan batu prasasti pasti akan membawanya pada petunjuk baru. Selain itu, kekhawatiran Gilang dan yang lain, memberatkan dirinya untuk menentukan pilihan.

Satrio memandang batu prasasti yang berdiri angkuh di depannya dengan tatapan tajam. Batu itu terasa seperti memintanya, agar tetap melanjutkan ekspedisinya. Seolah memberi petunjuk tetapi juga meninggalkan begitu banyak pertanyaan. Ada sesuatu di sana, di dalam lekuk-lekuk ukiran kasar itu, yang membuat hatinya bergetar.

Harapan dan tekadnya seolah tak mudah padam, dengan segala resiko yang berat, Satrio menandai titik itu dengan pensil di peta. Ia tahu bahwa keputusan ini bisa saja mengancam nyawanya, tetapi instingnya berkata lain. “Maafkan aku. Aku harus pergi ke sana."

Tak ingin membuang waktu, Satrio segera bergegas. Pikiran Satrio terus terpaku pada petunjuk dari prasasti yang baru saja ia temukan. Ada sesuatu di titik itu, sesuatu yang mungkin akan mengungkap misteri yang lebih dalam.

Dengan langkah penuh ambisi, Satrio memulai perjalanannya. Tubuhnya bergerak lincah melewati medan yang terjal dan berbatu, mengikuti arah yang telah ia tentukan dari peta. Sesekali ia menengok ke belakang, melihat mulut gua yang kini sudah jauh dan tertutup oleh bayangan lereng berbatu. Gua itu, yang sebelumnya begitu mendominasi pikirannya, kini tersembunyi di balik kontur alam yang tak henti-hentinya berubah.

1
Muslimah 123
1😇
Delita bae
salam kenal jika berkenan mampir juga👋👍🙏
Delita bae: iya , mksh semangat ya 😇💪👍🙏
Msdella: salam kenal kak.. wih banyak karyanya kak.. nnti aku baca juga kak
total 2 replies
miilieaa
haloo kak ..sampai sini ceritanya bagus kak
lanjut nanti yah
Msdella: Hallo.. Terima kasih kak.. Siap, kak. nanti saya update sampe tamat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!