Widia Ningsih, gadis berusia 21 tahun itu kerap kali mendapatkan hinaan. Lontaran caci maki dari uanya sendiri yang bernama Henti, juga sepupunya Dela . Ia geram setiap kali mendapatkan perlakuan kasar dari mereka berdua . Apalagi jika sudah menyakiti hati orang tuanya. Widi pun bertekad kuat ingin bekerja keras untuk membahagiakan orang tuanya serta membeli mulut-mulut orang yang telah mencercanya selama ini. Widi, Ia tumbuh menjadi wanita karir yang sukses di usianya yang terbilang cukup muda. Sehingga orang-orang yang sebelumnya menatapnya hanya sebelah mata pun akan merasa malu karena perlakuan kasar mereka selama ini.
Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....
Yuk ramaikan ....
Update setiap hari...
Selamat membaca....
Semoga suka dengan cerita nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Sementara itu, di dalam ruangan. Nia tidak menyangka anaknya bakal mengalami hal yang tidak seharusnya terjadi, ia terus berikhtiar agar anaknya cepat siuman dari sakitnya.
"Seandainya kamu mau nurut apa kata Ibu, Nak. Mungkin kamu gak akan mengalami seperti ini!" sesak Nia tak menyangka feeling-nya pagi tadi terjawab dengan cepat.
Kabar kecelakaan Widi pun sudah tersebar di media sosial, spontan membuat orang yang kenal atau kerabat Widi pun terkejut melihat berita tersebut. Sehingga mereka datang ke rumah sakit untuk menjenguk Widi yang sedang sakit.
Di sisi lain, Henti dan Dela yang sedang menonton TV melihat berita Widi masuk rumah sakit pun tertawa bahagia. amarah mereka berdua pun terbalas dengan keadaan Widi sekarang, spontan mereka berdua pun loncat dengan kebahagiaan.
"Akhirnya kamu merasakan apa yang aku rasakan saat ini!" batin Dela dengan tatapan sinis dan menarik sedikit ujung bibirnya.
"Bagaimana bisa, Widi kecelakaan?" ucap Henti dengan bingung, meskipun ia merasa bahagia jika Widi masuk ke rumah sakit.
"Namanya juga musibah, Mah!" ketus Dela kesal dengan mamahnya yang masih bisa bersifat baik pada Widi.
"Iya juga ya, au ah yang penting aku senang deh kalo Widi sekarat di rumah sakit !" jawab Henti dengan kebahagiaan seperti anak kecil ketika di berikan uang.
Tiba-tiba suara ketukan pintu pun terdengar nyaring di telinga mereka, Henti dan Dela saling menatap heran.
Tok!
Tok!
Tok!
"Siapa itu?" tanya Henti pada anaknya, Dela hanya menghardik kedua bahunya.
Henti langsung berjalan ke arah pintu sembari mengintip ke arah jendela, Dela pun mengekor mamahnya dari belakang.
Klek!
"Si-siapa!" Henti tertegun melihat kedatangan orang yang ia benci secara tiba-tiba.
"Mau ngapain orang miskin ke rumah aku!" tanya Henti dengan nada meremehkan kehidupan Wendi serta mata mendelik.
Wendi hanya menarik nafas kasarnya.
"Ini pasti ulah kalian, kan?" tanya Wendi dengan suara beratnya.
"Apa maksud kamu? Jangan asal menuduh ya!" bentak Henti. Dela pun merasa gugup begitu mendengar penuturan Wendi.
Namun, Dela membuang rasa gugupnya sembari menggigit jari. Wendi menatap lekat ke wajah Henti dan Dela.
"Aku tahu ini pasti ulah kalian, jangan sampai aku menyeret kalian ke kantor polisi!" sentak Wendi. membuat Henti dan Dela ter pelongo melihat Wendi yang sudah berani membantahnya.
.
.
.
Pak Cakra mantan bos Widi pertama kali bekerja, ia tersentuh dengan kronologi kecelakaan Widi. Mendengar isu yang katanya rem motor Widi putus, ia curiga bahwasanya seseorang ingin mencelakai Widi. Pak Cakra dengan cepatnya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Widi yang di temani oleh asistennya.
Asisten Widi yang bekerja di kantor pun merasa bahwa bosnya sedang di incar penjahat, tanpa perintah Widi mereka sudah bergerak cepat.
Klek!
Dokter dan suster pun masuk ke dalam ruangan Widi. Mengecek perubahan kondisi Widi selama di rumah sakit, Nia yang setia menemani anaknya pun tidak tega dengan kondisi Widi saat di periksa oleh dokter.
"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanya Nia dengan khawatir, Ibu mana yang tega melihat anaknya sedang terbaring lemah di rumah sakit.
Dokter yang baru selesai memeriksa kondisi Widi. Dokter menatap wajah Nia yang terlihat khawatir pada anaknya, ia membawa Nia sedikit menjauh dari Widi agar tidak terganggu istirahatnya.
"Alhamdulillah, anak Ibu baik-baik saja kondisinya sudah semakin membaik, tinggal kita menunggu ia sadar saja. Mudah-mudahan secepatnya pasien siuman," jawab dokter dengan ramah, membuat hati Nia merasa lega.
"Alhamdulillah, terima kasih banyak dokter," jawab Nia dengan terharu.
Tak lama dari itu, tiba-tiba suaminya datang yang berpapasan dengan dokter, Wendi menghampiri istrinya yang sedang duduk di samping Widi.
"Bu." Panggil Wendi dengan lembut sembari memegang pundak istrinya.
"Ibu nggak akan istirahat, Ibu harus menemani Widi supaya ia cepat siuman," jawab Nia menolak dengan halus.
"Bu, Ibu harus menjaga kesehatan. Memangnya Ibu mau, saat Widi siuman terus Ibu sakit, mau?" tantang Wendi agar Istrinya menurut untuk istirahat.
"Ya nggak mau lah, tapi Ibu harus menunggu Widi siuman, Pak?"
"Justru itu Ibu harus istirahat, Widi gak akan mau bangun kalo Ibu gak istirahat. Ia pasti ingin Ibu sehat ketika Widi membuka matanya," Wendi tidak menyerah memaksa agar istrinya mau istirahat, terlihat dari wajah Nia sudah sangat kelelahan.
"Ya sudah kalau begitu, Ibu istirahat dulu. Tolong Bapak jaga Widi dengan baik," Nia pun akhirnya menurut dan ia berjalan menuju sofa rumah sakit yang sudah disediakan di ruangan Widi.
Wendi pun duduk di samping Widi. Dengan tatapan sedih pada anaknya, ia merasa bersalah pernah tidak percaya apa yang di lakukan oleh anak tercintanya.
"Maafkan Bapak, Nak. Maaf jika Bapak membuatmu kecewa, seharusnya Bapak menjadi pelindung kamu," isak Wendi sembari mencium tangan anaknya, tidak terasa air matanya menetes di tangan Widi.
Wendi terus menangisi penyesalannya pada anak semata wayangnya, ia takut kehilangan permata hatinya. Dan Wendi berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga anaknya dengan baik, ia akan melakukan apa pun demi anaknya.
Selang beberapa menit Wendi menangis sembari memeluk erat tangan Widi. Tak sengaja ia merasakan gerakan tangan Widi. Spontan ia berteriak sehingga mengganggu istirahat Nia.
"Bu.... Ibu...." panggil Wendi dengan suara sedikit tinggi.
Nia yang tengah terlelap pun terperanjat kaget mendengar suara suaminya, dengan setengah sadar ia berjalan menuju suaminya dengan terhuyung-huyung.
"Ada apa, Pak? Teriak-teriak bikin kaget saja sudah tahu Ibu lagi tidur," gerutu Nia seraya mengucek kedua matanya.
Karena lama Nia berjalan Wendi langsung mendekati dengan cepat lalu menarik istrinya ke bangkar Widi. Terlihat Widi menggerakkan tangannya, spontan membuat Nia menangis bahagia.
"Alhamdulillah, anakku." kata Nia dengan air mata yang berlinang.