NovelToon NovelToon
Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Dosen Ngilang, Skripsi Terbengkalai

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Slice of Life
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Atikany

Realita skripsi ini adalah perjuangan melawan diri sendiri, rasa malas, dan ekspektasi yang semakin hari semakin meragukan. Teman seperjuangan pun tak jauh beda, sama-sama berusaha merangkai kata dengan mata panda karena begadang. Ada kalanya, kita saling curhat tentang dosen yang suka ngilang atau revisi yang rasanya nggak ada habisnya, seolah-olah skripsi ini proyek abadi.
Rasa mager pun semakin menggoda, ibarat bisikan setan yang bilang, "Cuma lima menit lagi rebahan, terus lanjut nulis," tapi nyatanya, lima menit itu berubah jadi lima jam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atikany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 10

Aku lagi ngeliat-liat proposalku yang udah dirapihin ulang, dan makin lama aku liat, makin berantakan rasanya.

The more I scrutinize it, the more I feel like something is completely off.

Semakin aku perhatikan, aku merasa ada yang enggak nyambung sama sekali.

Aku mulai bingung dan bertanya-tanya: kenapa kok bisa kayak gini?

Pas aku baca bagian kegunaan penelitian, it feels so strange, rasanya aneh banget.

How is it possible that, dari kata-katanya, aku terlihat begitu pintar dan hebat? In reality, I don’t even fully understand what I’m working on.

Padahal, kenyataannya, aku sendiri aja enggak paham sepenuhnya tentang apa yang aku kerjakan. Jadi, ada semacam kontradiksi antara apa yang tertulis di proposal dengan pemahaman sebenarnya yang aku miliki.

Maybe it’s the stress or pressure that’s making my brain feel frozen.

Mungkin ini efek dari tekanan atau stres yang bikin otak rasanya beku. Aku berusaha keras untuk membuat proposal ini terlihat profesional dan berisi, tapi terkadang, yang ada di kertas justru terasa tidak sesuai dengan realitas.

***

Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis disebut juga kegunaan secara akademis. Penelitian ini memiliki potensi untuk memperkaya pengetahuan di bidang pemasaran dan perilaku konsumen dengan menyediakan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana aspek-aspek seperti harga dan tingkat kepercayaan mempengaruhi minat konsumen dalam memilih layanan perjalanan yang bersifat khusus, seperti perjalanan haji dan umroh.

1. Kegunaan Praktis

a. Rekomendasi untuk Bisnis

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan arahan berharga bagi PT. A dan perusahaan lain dalam industri yang sama untuk mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektf, termasuk penetapan harga yang optimal serta usaha untuk memperkuat kepercayaan konsumen.

b. Pemberdayaan Komunikasi

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada warga desa ~~ dengan memberikan pemahaman lebih dalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen. Ini dapat membantu mereka mengambil keputusan yang lebih inofatif ketika memilih layanan perjalanan haji dan umroh.

***

Aku sudah mengganti bagian kegunaan penelitian, but when I read it again, it feels even stranger.

Tapi ketika aku baca lagi, rasanya kok makin aneh saja. Ada bagian-bagian yang terasa tidak nyambung, dan kata-katanya seperti tidak sesuai dengan yang aku bayangkan sebelumnya.

Sementara itu, aku merasa sudah melakukan semua yang bisa ku lakukan untuk memperbaikinya, tapi hasil akhirnya justru makin membuatku bingung.

The frustration hits me again. Rasa frustrasi itu datang lagi. Aku menatap layar laptopku dengan penuh kekesalan.

Kok bisa sih, setelah semua usaha ini, malah terasa semakin tidak beres? Rasanya seperti ada yang salah, tetapi aku tidak bisa mengidentifikasinya.

Aku sudah mencoba berbagai cara untuk memperbaiki proposal ini, mengganti kata-kata, mengatur ulang struktur, tapi hasilnya tetap saja terasa aneh.

***

Setelah beberapa kali merenung dan mengevaluasi, akhirnya aku memutuskan untuk menambah bagian penelitian terdahulu. Yang awalnya hanya ada tiga referensi, sekarang aku sudah mencantumkan lima.

I feel this is a step in the right untuk memperkuat proposalku, walaupun sebenarnya aku tidak sepenuhnya yakin dengan apa yang aku tulis.

In the literature review section, aku mencantumkan setiap referensi dengan detail—judul penelitian, nama penulis, tujuan, dan hasil dari penelitian tersebut. Aku menuliskan apa yang menurutku perlu dicantumkan, meskipun kadang aku merasa kebingungan tentang apa yang benar-benar harus aku sertakan.

Sepertinya, aku hanya mengandalkan insting dan penilaian subjektifku saat menulis ini.

"Don't overthink it; just make sure there's something there," I tell myself as I continue typing.

"Jangan terlalu dipikirkan, yang penting ada," pikirku sambil terus mengetik.

Often, aku merasa seperti sedang mencoba menambal bagian-bagian yang masih kurang dalam proposal ini dengan informasi yang sekiranya relevan.

I hope tambahan referensi ini bisa memberikan dimensi lebih pada penelitian terdahulu, meskipun kadang aku ragu apakah semuanya benar-benar diperlukan.

***

Setelah mengerjakan beberapa revisi, aku melihat kembali bab 2 kajian teori dari proposalku, dan rasanya aku ingin tertawa sendiri. Ternyata, bab ini cuma tiga lembar—entah bagaimana aku bisa merasa ini sudah cukup.

Isinya hanya terdiri dari tiga kajian teori yang sangat spesifik dan sempit:

 1. Harga dalam Konteks Perjalanan Haji dan Umroh.

2. Kepercayaan Konsumen terhadap Biro Perjalanan.

3. Faktor Motivasi dalam Perjalanan Haji dan Umroh.

***

Setelah merevisi proposalku, akhirnya aku mulai memahami mengapa Pak Sekjur langsung mengerutkan kening saat membuka dokumen tersebut. Rasanya seperti mendapatkan pencerahan sekaligus tamparan ringan ketika menyadari seberapa banyak yang perlu diperbaiki.

But even though it was overwhelming, tapi meskipun itu bikin pusing, aku bersyukur karena beliau tidak marah-marah dan malah memberikan arahan dengan cara yang baik dan sabar.

At first, I wondered why there were so many revisions needed.  It turns out it was all due to mistakes I made myself.

Awalnya, aku pikir mengapa banyak sekali yang harus di-revisi. Ternyata, semua itu memang karena kesalahan yang aku buat sendiri.

Bayangkan saja, latar belakangku cuma dua lembar dengan satu referensi. Kajian teoriku juga cuma tiga lembar.

Daftar pustaka? Don’t even ask—it was a complete mess.

Jangan ditanya, itu berantakan parah. Bahkan banyak yang salah karena aku cuma copas—semacam drama akademis yang bikin ketawa sendiri kalau dipikir-pikir.

Aku ingat banget, waktu itu aku udah dengan telaten mencantumkan sumber di catatan kaki. Namun, saat memindahkan informasi dari catatan kaki ke daftar pustaka, aku sering kelupaan mengubah nama.

For instance, di catatan kaki nama penulis biasanya ditulis dengan format biasa, tapi di daftar pustaka harus dibalik. Sering kali aku hanya melakukan copy-paste tanpa memperhatikan format yang benar, dan hasilnya daftar pustaka jadi tampak acak-acakan dan tidak konsisten.

***

Aku lagi duduk di depan laptop, coba ngotak-ngatik nomor halaman di dokumen. It should be easy— cuma tinggal nonton tutorial di YouTube dan ngikutin langkah-langkahnya.

But in reality, setelah lebih dari setengah jam, hasilnya tetap nggak sesuai dengan yang diharapkan.

Aku pengen nomor halaman di cover hilang, tapi setiap kali aku coba ngilangin, nomor halaman di seluruh dokumen malah ikut hilang.

Sometimes, after several attempts, , aku berhasil juga ngilangin nomor di cover, tapi nggak tahu kenapa, waktu bikin halaman Romawi untuk kata pengantar dan daftar isi, bab 1 ikut-ikutan pakai nomor Romawi juga.

It’s incredibly frustrating. Semua tutorial udah ditonton, dari yang durasinya cuma lima menit sampai yang setengah jam.

They all make it look so simple, but why is it different for me?

Mereka semua kelihatannya gampang banget, tapi kok hasil di aku beda ya? Padahal, aku udah ngikutin semua step by step, nggak ada yang kelewat.

Kadang mikir, apa mungkin ada yang salah sama dokumenku atau mungkin versi Word yang aku pakai berbeda dari yang di tutorial?

After trying several times and still not getting it right, I start feeling exhausted.

Setelah beberapa kali mencoba dan tetap nggak berhasil, aku mulai merasa lelah. Di saat seperti ini, biasanya aku minta bantuan teman. Ada beberapa teman yang memang lebih paham soal hal-hal teknis kayak gini.

Tapi, nggak semua teman bisa juga sih. Beberapa dari mereka malah pernah ngalamin masalah yang sama, dan akhirnya nggak bisa bantuin juga.

And then there are times when those who could help are too busy, so I feel bad asking for help too often.

Kadang, temanku yang paham ini juga lagi sibuk, jadi ya aku nggak enak kalau minta bantuan terus-terusan.

Finally, I remember there’s one last resort—pergi ke tempat print atau konter terdekat. Biasanya, mas-mas yang kerja di sana udah biasa ngurusin format dokumen mahasiswa. Mereka tahu semua trik untuk bikin nomor halaman yang sesuai aturan.

But on the other hand, I can’t help but think, how did something like this become such a big issue for me?

Tapi, di satu sisi, aku juga mikir, kok hal kayak gini bisa-bisanya jadi masalah besar buatku ya? Padahal, ini cuma soal nomor halaman, tapi rasanya kayak nyusun puzzle yang ribet banget.

I feel a bit uneasy about needing someone else’s help for something that should be simple but feels so difficult to me.

Rasanya nggak enak aja kalau harus minta bantuan orang lain untuk hal yang sebenarnya sepele, tapi buatku terasa susah.

Meski begitu, aku nggak mau ambil risiko. Daripada nomor halamannya salah terus harus revisi lagi, mending aku serahkan ke ahlinya aja.

1
Delita bae
hadir semangat pagi😁
anggita
like👍☝tonton iklan. moga lancar berkarya tulis.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!