gea Adisty perempuan berumur 20 tahun harus bisa menerima kenyataan kalau calon tunangan nya meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wahidah27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Di dalam kamar Gea menonton Drakor seperti biasa nya.
"Non bibik boleh masuk?"
"Masuk aja bik, pintu nya gak Gea kunci kok."
"Maaf non, bibi tadi buat kue, ini bibi taro di meja yah."
"Makasih yah bik."
"Sama sama non."
"Oh iyah papa ada nelpon gak."
"Gak ada non."
"Ya sudah lah bik."
"Ya sudah kalau gitu, bibik keluar dulu non."
"Iyah bik." Gea kembali ke laptop nya dan menonton drama nya.
Sementara di rumah Bara, Bara sedang mondar-mandir sambil sesekali melihat handphone nya.
"Telpon gak yah, tapi nanti kalau di telpon takut nya gak di angkat, secara kan Gea lagi marah sama gue." Ucap Bara sambil tetap melihat handphone nya, tiba tiba ada telepon masuk, Bara sudah senang Bara pikir dari Gea ternyata dari Anton.
"Ah sialan, halo bro."
"Bro lo lagi di mana?"
"Di rumah nih ada apa emang nya?"
"Biasa si Agus ngajak balapan lagi."
"Berapa taruhan nya?"
"Gak gede sih, cuma 10 juta."
"Ok deh, gue kesana sekarang."
"Ok bro gue tunggu." Bara mematikan handphone nya dan segera mengambil jaket dan kunci motor nya.
"Halo Rin, gue boleh minjam buku lo yang tadi gak, gue gak pokus tadi nyatat nya."
"Boleh kok, mau lo jemput atau kayak mana?"
"Gue ke rumah atau kayak mana?"
"Gue kerumah lo, sekalian kita jalan jalan gimana?"
"Boleh deh, aku juga lagi suntuk ini."
"Ok gue tunggu."
Gea langsung keluar dari kamar nya dan segera menuju garasi.
"Mau kemana non."
"Mau ketempat teman bik."
"Hati hati yah non."
"Iyah bik."
Gea segera pergi menuju rumah Rini, di perjalanan Gea seperti melihat Bara yang sedang berkendara dengan kecepatan tinggi.
"Kayak Bara deh." Batin Gea dalam hati sambil memperhatikan Bara dari kejauhan.
"Ah bodo amat deh." Gea langsung pergi tidak memperduli kan Bara, tidak berapa lama Gea sudah sampai di rumah Rini.
"Ge." Rini langsung masuk mobil Gea dan pergi ke cafe.
"Ke mana kita Ge."
"Cafe yok."
"Boleh deh." Di tengah perjalanan terlihat macet.
"Tumben banget sih macet, biasa nya juga gak." Gerutu Gea sambil terus mengklakson.
"Mungkin ada kecelakaan Ge."
"Mungkin juga sih."
"Mas ada apa yah." Tanya Rini sambil membuka jendela mobil.
"Biasa ada balap liar mbak."
"Oh pantesan, makasih yah mas."
"Sama sama mbak." Rini kembali menutup kaca jendela mobil.
"Ada balap liar Ge."
"Balap liar, bentar deh, tadi gue kayak lihat Bara, apa jangan jangan."
"Bara kenapa Ge."
"Gak papa oh iyah, gue ke luar sebentar yah, lo di sini dulu, lo bisa nyetir kan?"
"Bisa, emang lo mau kemana?"
"Mau ke toilet, gue kebelet."
"Ya ampun Gea, ya sudah deh." Gea keluar dari dalam mobil dan berlari kecil menuju tempat di mana balap liar berada.
"Kan benar dugaan gue, Bara ikut balapan ini." Gea tetap di tempat nya memperhatikan Bara yang sedang balapan.
"Heeeeeeeeeee teman gue ini, selamat bro." Ucap Anton sambil menepuk pundak nya.
"Thanks bro."
"Bara." Bara melihat ke arah suara yang memanggil nya dan kaget saat melihat suara itu ternyata Gea.
"Gea, lo ngapain di sini?"
"Lo ngapain?"
"Lo gak lihat gue lagi balapan."
"Lo gak capek apa di kejar kejar polisi."
"Gea Gea polisi juga capek kali ngejar ngejar gue." Tiba tiba polisi pun datang, sepontan semua yang ada di situ lari menyelamatkan diri masing masing, Bara langsung menarik tangan Gea dan menyuruh nya naik ke atas sepeda motor. Tiba di persimpangan jalan motor Bara berhenti.
"Astaga hampir aja lo kena kan, lagian lo ngapain sih ada di sana tadi, lo ngikutin gue yah."
"Kok lo geer amat sih, tadi gue gak sengaja lihat lo naik sepeda motor ugal ugalan, kebetulan gue lagi mau ke rumah Rini, astaga Rini, gue lupa, gue ninggalin Rini tadi." Gea langsung mengambil ponsel nya yang ada di saku celananya.
"Halo Ge."
"Rin lo dimana?"
"Gue sudah jalan nih, gue ada di pinggir jalan yang gak jauh dari lokasi macet tadi, lo ada di mana?"
"Gue gue ada, eh Rin, sekarang gue gak bisa jelasin sama lo, sekarang kita ketemuan di pinggir kota aja gimana?"
"Pinggir kota? Kamu ngapain di sana?"
"Cerita nya panjang, sekarang lo kesini aja yah, gue tunggu."
"Ok deh, aku gerak ke sana." Percakapan mereka pun terputus Gea kembali memasukkan handphone nya ke dalam saku celana nya.
"Yakin mau nunggu di sini saja, gak mau gue antar ketempat yang tadi."
"Lo mau di geret polisi?" Tanya Gea sambil duduk di atas kardus yang terdapat di situ.
"Lagian gue heran sama lo, lo kan anak orang kaya yah, masak mau taruhan balap liar kayak gini, apa uang jajan lo masih kurang?" Tanya Gea sambil melihat ke arah Bara.
"Bukan masalah uang jajan gue kurang apa gak, gue cuma iseng aja, gue suntuk di rumah." Bara ikut ikutan duduk di samping Gea.
"Kok lo iseng lo bisa ikut balap motor secara resmi."
"Gak menantang buat gue."
"Menurut lo balap liar gini menantang."
"Ya dong, apa tadi lo gak ikut jantungan waktu di kejar polisi?" Gea hanya terdiam.
"Sudah lah Ge, gak ada yang bisa melarang hobi gue ini, termasuk orang tua gue, apa lo yang bukan siapa siapa gue."
"Terserah lo deh, gue gini karena gue peduli sama lo."
"Peduli lo bilang."
"Iyah peduli, lo kan teman gue, kalau lo di tangkap dan masuk penjara gue pasti sedih juga kan." Jawab Gea dengan grogi.
"Ih apaan sih kok jantung gue gak aman gini." Batin Gea dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya. Malam itu angin sangat kencang seperti nya sebentar lagi akan turun hujan, dari bawah Bara melihat ada ranting yang akan jatuh tepat di atas kepala Gea, sepontan Bara langsung melindungi Gea, sesaat mereka tatapan saat bola mata mereka hampir bertemu.
"Kok gue deg degan dekat gini sama Gea." Batin Bara dalam hati yang masih saling tatap tatapan dengan Gea.
"Lo gak papa?"
"Eh gak papa kok, maksih yah."
"Sama sama, seperti nya mau hujan, Rini lama juga yah."
"Iyah paling sebentar lagi juga nyampek, eh tangan lo berdarah." Gea sepontan menarik tangan Bara dan melihat luka di siku nya akibat menahan ranting tadi.
"Ah gak papa kok, hanya luka kecil."
"Gak bisa tau, ini bisa infeksi, ah kebetulan Rini sudah sampai." Gea berdiri dan langsung membuka mobil dan mengambil kotak p3k.
"Ge kamu gak papa." Tanya Rini, namun Gea gak menjawab Rini, Rini pun turun dari dalam mobil.
"Sini gue obatin dulu." Gea mengobati tangan Bara dengan teliti, Bara terus melihati Gea yang sedang mengobati tangan nya.
"Ternyata Gea cantik juga yah, kalau di lihat dekat gini, ya walaupun sedikit bawel sih." Batin Bara dalam hati.
"Sudah selesai, oh iyah Bar, gue pulang luan yah."
"Iyah makasih yah."
"Sama sama."
"Ayo Rin." Gea dan Rini pun pergi meninggalkan Bara sendirian di situ.