Dia adalah seorang gadis yang cukup liar, dia begitu bukan karena ada unsur kesengajaan tapi karena keadaan yang tidak mendukungnya untuk hidup baik-baik saja.
Keras kepalanya membuat kedua orang tuanya angkat tangan untuk mengurus hidup nya,
Nama nya Ashqia Naura, seorang wanita yang keras kepala, tapi hati nya selembut sultra dan sebersih embun.
Ashqia Naura mempunyai Kakak Laki-laki yang bernama Ashka Afdal dan adik perempuannya yang bernama Kila Ashkaf.
Dikehidupan ini, ntah dia yang kurang beruntung atau hidupnya yang kurang bersyukur, Karena Ashqia memiliki watak yang berbeda dengan kedua saudaranya.
Suatu ketika dia dihadapkan dengan seorang laki-laki yang berasal dari kalangan pesantren, dan dia Putra tunggal dari Kyia yang mempunyai satu pesantren yang cukup ternama di kota tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sariiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Keesokan paginya, Naura yang sedang sarapan pagi karena menurutnya sebelum olahraga perlu untuk sarapan terlebih dahulu.
Kila yang sedang disibukkan dengan handphone nya itu sedikit kaget, karena mendengar deru mobil didepan rumah mereka.
"Mbak didepan siapa"
"Mbak nggak tau, mungkin orang yang lagi puter mobil, kalo nggak Buk asih" ujar Naura yang tidak direspon kila.
"Non itu kayaknya nggak buk Asih dehh, karena mobilnya tetap didepan pagar kita"
"Orang iseng kali buk"
Mereka bertiga melanjutkan kegiatan Masing-masing karena di pagi hari semua yang ada dirumah itu Sibuk sesibuk-sibuknya karena mengurus urusan mereka sendiri.
Seketika handphone milik Naura berdering, karena mereka tidak sangat penting dan mengganggu kegiatannya di pagi hari Naura tidak berniat mengangkat handphone nya yang berdering berkali-kali itu.
"Mbak handphone berdering tuhh"
"Udah biarin aja, mungkin de kolektor" ucapan Naura sembarangan.
"De kolektor apaan, ini yang nelfonin dari tadi Kak Nuhud" Naura kaget kenapa Nuhud menghubunginya sepagi ini.
"Ngapain lho, gangguin orang aja"
"Kamu lagi apa, mobilku udah lumutan didepan rumah mu" ucapan Nuhud yang kesal
"Lho ngapain didepan rumah gua sepagi ini" Ucapan Naura yang membuat kila kaget.
"Apakah sopan ngomong seperti itu dengan seorang Nuhud, udah cepatan. aku tunggu 10 menit lagi kalo nggak aku tinggal"
"Kak Nuhud ngapain mbak"
"Nggak tau, katanya yang didepan mobilnya dia yang nungguin dari tadi" ucapan Naura yang membuat kila menganga tak percaya.
"udah setengah jam dong mbak, kak Nuhud nungguin"
"Salahnya dia, ngapain didepan rumah orang sepagi ini, Yaudah mbak berangkat bareng Nuhud aja kamu dijalan hati-hati" Naura pamit kepada kila, dan pergi kedepan menemui Nuhud yang katanya lumutan.
"Lama banget sih, ngapain aja" tanya Nuhud kesal karena Naura membuatnya menunggu lama.
"Dihh galak amat Om" ujar Naura yang dengan santai
"Itu pasang, sabuk pengaman kamu. seperti biasa diarea rumah mu ini sangat rawan polisi"
"Iya iyaa" Naura kesal karena sejak tadi dia berusaha untuk memasang sabuk pengaman itu tapi tidak bisa
"Lain kali kalo mau minta tolong bilang, jangan sok gengsi"
"Dihh sok laku luuu"
"Dihh, aku laku ya. Dibelakang kamu banyak yang antri, karena aku nggak mau aja makanya nggak direspon"
"Lho pernah pacaran Hud"
"Pernah, pertama dan terakhir kali aku pacaran waktu kelas 2, trus sempat ketauan sama abi. Abi marah besar karena aku pacaran"
"Lho dilarang pacaran Hud"
"Gimana nggak dilarang, Abi punya pesantren dia nggak mau aja ketauan anaknya sendiri pacaran sedangkan anak didiknya dipesantren setiap hari diceramahi tentang hukumnya pacaran" tutur Nuhud panjang lebar.
"Sampe segitunya ya Hud, emang hukum pacaran apa" tanya Naura yang dangkal tentang yang namanya tentang agama.
"Haram, pacaran itu nggak boleh nanti akan menimbulkan syahwat" ucapan Nuhud yang penuh penekanan
"Ouhh pantesan dulu abi sempat ngelarang aku untuk pacaran karena dia tau aku dekat dengan Tio"
Setelah 2 minggu belajar bersama, ternyata kebersamaan itu membuat Naura dan Nuhud menjadi akrab. Dan tidak ada lagi rasa canggung yang mereka rasakan, Naura cuma bersyukur atas apa yang datang kepada nya setelah kehilangan Tio.
Sesampainya disekolah, dua sahabat Naura melihat Naura dan Nuhud keluar dari mobil yang sama.
"Aku perhatiin kalian berdua makin hari makin lengket aja" Ujar Fika yang dibenarkan oleh Laras.
"Iya, pesan kita cuma satu untuk mu Hud. jagain sahabat kita jangan kayak Tio aja udah lebih dari cukup"
"Kalian berdua ngomong apa huhh, ngomong apa" Naura menarik tangan dua sahabatnya itu dan menjauh dari harapan Nuhud.
"Ehh tapi dipikir-pikir lho cocok sama Hud lo rak" ujar Laras
"Gua nggak berharap banyak dari Hud, karena ternyata dia dilarang pacaran sama Bokap nya" ujar Naura yang seolah-olah membuat mimik wajah kecewa.
"Dihh muka nya" ucapan Fika yang langsung berhasil membuat gelak tawa mereka bertiga.
"Kita kemana dulu nihh" tanya Laras
"Ke kelas aja, gua maleh bawa-bawa tas" ujar Fika
Seketika mereka melihat Nuhud berjalan bersama Fajar, Dan otak mereka bertiga berjalan menjadi satu dan itu nyambung. tanpa kodean lagi mereka bertiga saling tatap dan langsung tertawa lepas.
"Panggil" ujar Fika dan dengan suara cempreng nya Laras memanggil Nuhud.
"Huudddddddd" Hud yang mendengar pun mendekat kearah mereka bertiga.
"Lho sama fajar mau ke kelas kan?" tanya Naura
"Iyaa emang nya kenapa" Nuhud bertanya dengan rasa penasaran dan melirik Fajar. Fajar yang tidak mengerti pun yang diam saja dan mengangkat bahunya.
"Nahh kebetulan" Ucap Fika dan merampas tas Naura dan Laras
"Tolong bawain, karena kita mau kantin dulu" Fika memberikan tas mereka bertiga kepada Nuhud.
Dan mereka bertiga berlalu pergi tanpa memandang Nuhud sedikit pun, Nuhud hanya heran dengan tingkat Naura dan dua sahabatnya itu.
Sebelum memulai olahraga pagi ini seperti biasa, Pak Anto selaku guru olahraga di kelas 3A memberikan sedikit arahan dikelas tersebut.
Pak Anto tidak lagi heran kenapa Naura dan sahabatnya itu tidak ada dikelas. Tanpa bertanya lagi kemana Naura dan dua sahabatnya itu pergi karena kebiasaan mereka bertiga memang seperti itu setiap jam olahraga.
Semua berkumpul dilapangan olahraga termasuk Naura dan dua sahabatnya, mereka mengikuti olahraga dengan seksama. Dimulai dari pemanasan dan mengelilingi 10 kali putaran lapangan olahraga tersebut.
Nuhud yang seolah-olah melihat Naura yang ingin berbicara dengan nya mendekati Naura dan mengurangi kecepatannya berlari, lalu menyamakan langkah nya dengan langkah Lari Naura.
"Kenapa" Tanya Hud kenapa Naura
"Gua punya rencana yang bagus untuk kita belajar hari ini" ucapan Naura seakan-akan dimengerti oleh Nuhud
"Mamangnya bisa begitu, nanti kita dimarahin. kamu mau tanggungjawab" Nuhud yang tidak setuju dengan arahan Naura untuk bolos
"Maksud gua nggak gitu dodol" sembari akan menjelaskan kenapa Nuhud Naura melihat Tio berjalan dengan pacar baru, Dan ide cemerlang pun datang di otak Naura.
"Aduuhhhh Hud, kaki gua kayaknya keram nihh. Sakit...." Naura pura-pura jatuh dan keseleo, Naura dengan sengaja berteriak kesakitan.
"Ehh kamu kenapa, ada apa dengan kaki kamu" Nuhud yang tidak tahu kode dari Naura panik setengah mati
"Sakittt tolongin gua, kaki gua sakit keseleo" ujar Naura lagi dan memberi kode kepada Laras, Laras yang tau betul sahabatnya itu langsung peka dengan kode yang Naura berikan.
"Angkat Hud, angkat kedepan sana. Naura kesakitan itu" ucapan Laras dan sengaja membuat wajah khawatirnya
Tanpa fikir panjang lagi dengan sangat khawatir Nuhud menggendong Naura sesuai perintah dari Laras.
Tio yang melihat itu jadi panas dingin, dia langsung mendekat dan memberi satu pukulan di wajah tampan Nuhud.
"Bughh" satu tenjokan melayang di pipi kiri Nuhud dan tidak bisa membalas karena dia hilang keseimbangan badan dan terjatuh ke lantai dimana Naura duduk.
"Bangun lho, anak baru bangun" Tio hampir saja melayangkan satu pukulan lagi diwajah Nuhud tapi berhasil ditahan Aldi
"Lho kenapa, Lho sehat nggak?" tanya Aldi kepada Tio dengan sedikit emosi
"Lepasin gua Al Lepas" Tio yang memberontak ditahan Aldi supaya tidak memukuli Nuhud lagi.
"Lho sadar nggak ini dimana" emosi Aldi sudah mulai tidak terkontrol
"Lho nggak usah ikut campur urusan gua sama dia bukan sama lho" timpal Tio kepada Aldi.
Nuhud yang tidak tahu apa salahnya hanya diam saja karena membalas Tio pun percuma sebab pantang bagi Hud membikin keributan disekolah.
Dan Pak Anto pun datang, dan bertanya apa yang terjadi disaat jam pembelajaran nya itu. karena baru ditinggal sebentar sudah terjadi keributan.
"Hehh ada apa ini, ada apa. kalian ngapain" ucapan Pak Anto melihat sudut bibir Nuhud berdarah.
Seketika membuat nyali Tio menciut termasuk kelas 3A yang berada di lapangan saat ini.
"Hud ada apa dengan bibir mu" tanya Pak Anto
"Tadi dengan tiba-tiba Tio menonjolkan bibir Nuhud Pak" jawab Aldi karena melihat Nuhud diam saja dan tidak berani menjawab pertanyaan Pak Anto
"Tio mau jadi jagoan kamu disekolah ini, atas dasar apa kamu dengan tiba-tiba menonjolkan Nuhud?" tanya Pak Anto kepada Tio tapi tidak dijawab Tio.
Merasa Tio tidak menjawab pertanyaannya Pak Anto langsung saja mengambil jalan keluarnya.
"Yaudah kalo tidak mau menjawab pertanyaan Bapak Okey nggak masalah, ayok kalian berdua ikut bapak keruangan kepala sekolah sekarang juga" Pak Anto menarik tangan Tio dan Nuhud mengikut dibelakang.
Naura yang menyakitkan keributan itu hanya diam saja tidak berani ikut campur, tapi dia merasa bersalah dengan Nuhud. karena dia Nuhud mendapatkan satu tonjokan dan di bawa Pak Anto keruangan kepala sekolah.
Dan semua murid yang berkumpul tadi hilang dan lenyap seketika hanya menyisakan Naura dan dua sahabatnya itu.
"Aduuhhhh gimana dong ras"
"Nggak tau, Lho sihh" ujar Laras kepada Naura.
"Yakan gua nggak tau bakal jadi seperti ini. Gimana dong" ucapan Naura yang merasa bersalah dan khawatir dengan keadaan Nuhud.
"Tapi gua heran, kok Tio tiba-tiba nonjok Nuhud. Apa dia segitunya, nggak bolehin lho dekat-dekat dengan cowok manapun rak" ujar Fika kepada Naura dan Laras.
"Gua nggak tau Fika, Gua harus apa sekarang. Gua ngerasa bersalah banget nihh" ujar Naura menyesal dengan apa yang telah dia rencanakan.
" Yaudah gua mau ke ruangan kepala sekolah dulu" Naura berdiri dan berlari menuju ruangan kepala sekolah. Dan meninggalkan dua sahabatnya itu di lapangan.