Brittany Moon tidak pernah menduga pernikahannya dengan tunangannya Ralph Smith akan batal karena Ralph lebih memilih bersama Clara William yang jatuh sakit disebabkan kelelahan sehingga dirawat di rumah sakit daripada memenuhi janji suci mereka dalam ikatan pernikahan.
Saat hati Brittany terluka akan sikap Ralph yang membatalkan acara pernikahan mereka demi Clara, dihari itulah Brittany tak sengaja dipertemukan dengan seseorang yang juga sedang kesulitan dikarenakan kekasihnya meninggalkannya dihari pernikahan mereka.
Nama pria itu adalah Adam Bennet, seorang pengusaha kaya raya yang merupakan pemilik perusahaan distributor jam mewah diberbagai penjuru dunia.
Lantas bagaimana kelanjutan cerita ini, saksikan terus disetiap babnya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Rahasia Tersembunyi
Brittany berjalan pergi keluar gedung kantor Alfa.
Sebuah map plastik berwarna merah tergantung ditangannya ketika dia berjalan ke arah luar.
Brittany merasa harus mengantarkan kartu undangan gala dinner ini sendiri kepada Adam Bennet.
Tidak enak rasanya jika harus mengirimkannya lewat jasa paket kiriman sedangkan dia tahu kalau kantor Alfa tidak jauh jaraknya dari tempat kerja Adam.
Ketika Brittany berbelok keluar area gedung kantor Alfa, dia melihat mobil milik Ralph juga bergerak keluar dari halaman kantor.
Brittany termenung diam saat melihat mobil berwarna ungu tua itu melaju pelan meninggalkan area tempat parkir gedung Alfa.
Sepertinya tidak mungkin jika Ralph Smith tidak melihat dirinya sedang berdiri disini.
Brittany terus memandangi laju mobil milik Ralph Smith yang keluar menuju jalan utama didepan gedung Alfa.
"Ralph... !? Mau kemana dia ?" gumam Brittany tertegun diam.
Brittany cepat-cepat mengikuti mobil milik Ralph Smith yang melaju pergi dari gedung Alfa ke arah jalan raya didepan sana, setengah berlari kecil, dia mencoba mengejar mobil itu.
Sebuah taksi melintas didekat Brittany, dengan sigapnya, gadis itu menghentikan taksi tersebut.
"Tolong ikuti mobil berwarna ungu tua didepan sana, pak !" pinta Brittany ketika dia masuk ke dalam taksi.
Taksi bergerak cepat mengikuti perintah Brittany.
Mobil ungu tua milik Ralph Smith bergerak cepat diantara kendaraan lainnya.
Raut wajah Brittany terlihat tegang saat berada didalam taksi yang mengikuti mobil milik Ralph didepan sana.
"Jangan sampai kehilangan mobil itu pak !" kata Brittany dari arah kursi penumpang dibelakang kemudi.
Brittany mengepal kuat kedua tangannya saat memperhatikan mobil berwarna ungu itu bergerak cepat.
Terjadi saling kejar-kejaran dijalan utama kota.
Mobil yang dikendarai oleh Ralph Smith melaju kencang lalu berbelok tajam ke arah jalan menuju rumah sakit.
Taksi yang ditumpangi oleh Brittany juga berbelok cepat, karena tidak ingin tertinggal jejaknya dengan mobil milik Ralph yang melaju kencang didepan sana.
"Hati-hati pak ! Jangan sampai ketahuan dengan mobil ungu didepan sana !" kata Brittany mengingatkan.
"Maaf nona, bagaimana aku bisa menahan agar pengemudi mobil itu tidak mengetahui kita sedang mengikutinya ?" kata sopir taksi.
Sopir taksi memutar setir kemudinya agar taksi melaju tetap lurus pada porosnya.
"Kurasa tidak mungkin jika pengemudi mobil disana itu tidak melihat kita, pastinya dia akan merasa curiga karena ada sebuah taksi buntut mengikutinya", ucap sopir taksi.
"Kalau begitu perlahan saja jalannya", kata Brittany.
"Tadi nona memintaku untuk membuntuti mobil ungu tua didepan sana, tidak mungkin buatku untuk memperlambat laju taksi ini karena kita akan kehilangan jejak mobil ungu tua itu", ucap sopir taksi panjang lebar.
Brittany memilih diam, hanya memandangi arah jalan didepan sana tanpa berbicara lagi.
"Sebaiknya aku diam saja, karena akan membuat situasi menjadi kacau tujuan mengejar Ralph", kata Brittany dalam hatinya.
Brittany masih tetap memperhatikan laju mobil milik Ralph dari dalam taksi.
Mobil Ralph Smith tiba-tiba berbelok tajam ke arah rumah sakit.
"Tunggu pak ! Berhenti ! Tolong hentikan taksi ini !" perintah Brittany mendadak mengejutkan sopir taksi hingga sopir itu menginjak pedal rem taksinya kuat-kuat.
Ciiiiiitttt... !
Suara taksi berderit kencang ketika berhenti cepat.
Sontak tubuh Brittany terjerembab keras ke arah punggung kursi duduk taksi didepannya sehingga keningnya terbentur.
"Aduh !!!" pekiknya kaget.
"Maaf nona, keadaan sangat urgen sekali, saya harus mengikuti kemauan penumpang maka saya menghentikan laju taksi ini secara tiba-tiba", kata sopir taksi dari arah kursi pengemudi.
"Tidak apa-apa", sahut Brittany yang merasakan mual pada perutnya.
Brittany segera membayar ongkos taksi kepada sopir lalu turun keluar dari dalam taksi kemudian berjalan cepat-cepat ke arah rumah sakit.
"Kemana Ralph pergi ? Apa dia menemui Clara disini ?" tanya Brittany bergumam seorang diri.
Brittany tampak setengah berlari saat memasuki area rumah sakit sembari terus mengamati keadaan disekitarnya.
Sebuah mobil ungu tua telah terparkir diarea tempat parkir, tepat diujung kanan paling sendiri.
Brittany segera bersembunyi dibalik pohon besar yang tumbuh dihalaman rumah sakit, seraya mengamati gerakan dari mobil ungu tua milik Ralph Smith.
Muncul Ralph dari dalam mobil pribadinya, terlihat pria itu membawa sebuah kantung besar ditangannya.
Ralph mengenakan kacamata hitamnya ketika dia turun dari dalam mobil miliknya.
Brittany terus mengawasi gerak-gerik Ralph saat pria itu berjalan menjauh dari area tempat parkiran.
Tampak Ralph melangkahkan kakinya menuju ke dalam gedung rumah sakit.
Brittany mengikuti Ralph dari arah belakang dengan langkah sangat hati-hati, supaya dia tidak diketahui oleh mantan tunangannya itu.
Ralph berhenti didepan meja penerimaan tamu, terlihat dia sedang berbincang-bincang sesaat dengan petugas rumah sakit lalu berlalu pergi dari meja tersebut.
Brittany yang menyembunyikan dirinya dibalik dinding ruangan rumah sakit, mengintip Ralph.
"Sebaiknya aku langsung mengikutinya tanpa harus bertanya lagi pada petugas jaga rumah sakit", kata Brittany.
Brittany berjalan mengikuti langkah kaki Ralph Smith yang berjalan ke arah ruangan VVIP rumah sakit, memang ruangan khusus tersebut sengaja terletak dilantai pertama rumah sakit, bertujuan agar pasien dikelas VVIP dapat mudah menjangkau setiap akses dirumah sakit bilamana diperlukan mendadak oleh pasien.
Ralph masuk ke dalam salah satu kamar pasien VVIP yang ada dilantai utama rumah sakit.
Brittany termenenung diam seraya menatap sendu kamar itu.
Dadanya mendadak terasa sesak bahkan sangat nyeri, rasa sakit itu menghujam kuat ketika dia melihat Ralph memasuki kamar pasien VVIP, meski Brittany tahu bahwa kamar itu diperuntukkan khusus buat Clara William.
Brittany menarik nafasnya dalam-dalam sembari menata suasana hatinya yang tak menentu, walaupun dia telah berniat mengakhiri hubungannya dengan Ralph Smith setelah acara gala dinner besok malam usai, tapi hatinya masih terasa sakit jika melihat Ralph memperhatikan wanita lainnya.
"Tuhan... Kuatkan aku !" ucap Brittany dengan memohon.
Brittany berusaha menguatkan hatinya saat dia berniat melangkahkan kakinya maju, untuk mengikuti jejak langkah Ralph Smith yang telah masuk ke dalam kamar pasien rumah sakit.
Diam-diam Brittany berjalan dengan langkah hati-hati ketika mendekati kamar tersebut.
Terlihat dari kaca jendela luar kamar yang hanya ditutupi oleh tirai tipis.
Ralph sedang berjalan menghampiri ranjang pasien dimana Clara William berbaring disana dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.
Brittany tercekat diam sedangkan pandangannya teralihkan ke arah dalam ruangan kamar VVIP itu.
Tampak Clara tersenyum senang saat menyambut kedatangan Ralph Smith yang membawakannya sekantung hadiah untuknya.
Keduanya terlihat sangat bahagia dan sama-sama tersenyum cerah, tanpa mereka berdua tahu ada seseorang diluar kamar yang terluka perasaannya karena ulah mereka.
Bagaimana bisa mereka berdua menganggap batalnya pernikahan Brittany sebuah perkara biasa dan masalah ringan, tanpa tahu bahwa sikap mereka telah melukai harga diri Brittany yang merasa dipermalukan oleh Ralph dan Clara.
Brittany menganggap hal ini adalah suatu konspirasi yang sengaja diciptakan oleh Ralph dan Clara, persengkongkolan tersembunyi yang sengaja tercipta dan direncanakan dengan maksud memang ingin menjatuhkan Brittany secara mental dan publik agar dia terpuruk.
Sorot mata Brittany berubah kosong, tubuhnya berguncang pelan ketika melihat Ralph menggenggam erat tangan Clara bahkan tak segan-segan, mantan tunangannya itu membelai lembut rambut Clara.
Brittany berusaha tetap tegar tapi dia tidak mampu memendam luka di dalam hatinya saat ini, dia menundukkan pandangannya ke arah lantai lalu berbalik cepat dengan menyembunyikan dirinya dibalik dinding kamar pasien VVIP yang agak jauh dari arah jendela kamar tersebut.