When I Married With You

“barang yang mau lo bawa udah di kemas kan?”

Alana mengangguk, semalam dia mengemasnya dan menjadi dua tas ukuran sedang. Ada rasa tak Terima harus meninggalkan kamar kesayangannya.

“Lo simpan di atas ranjang, nanti bakal ada yang bawa” titah ihsan.

Cowok itu duduk di kursi belajar Alana, memperhatikan gadisnya yang tengah berdandan sedikit. Hanya menggunakan parfum, sunscreen dan lipbalm supaya bibirnya tak kering.

“Bibir lo merah, gue cium lo sampe bengkak” ancam ihsan melihat Alana mengoleskan sesuatu pada bibirnya.

Alana berdecak pelan, seraya memasukan lipbalm itu pada tas. “Cuma lipbalm, bukan buat merah tapi bikin lembab doang” bantah Alana.

“Kalau cuma buat lembab gue juga bisa” sahut ihsan bangkit mendekati Alana.

“Gak perlu, masih ada lipbalm” tolak Alana. Tasnya dia pakai dan berjalan keluar bersama sang suami.

“pokok nya tiap pagi sebelum berangkat wajib ciuman dulu, supaya lo gak pake stick yang tadi. Pake yang alami lebih baik dan enak” putus ihsan.

Alana mendelik tajam, enak saja. Iya enak di cowok itu, bibir dia malah di bikin bengkak. Semalam aja, Alana udah larang jangan gigit malah di gigit untung bengkak nya gak terlalu keliatan. Lagi, cowok itu benar benar bikin dia kesal, di larang bikin cupang di atas dada eh di leher. Kan bikin Alana emosi.

Untung Alana punya foundation yang waterproof jadi dia memakainya di leher.

“Pagi ma, pa”

“Pagi sayang”

Alana mencium pipi kedua orang tuanya kemudian duduk di samping ihsan. Mereka mulai menyantap makanan yang sudah mama nya masak.

“oh ya al, besok mama sama papa mau ke pondok jenguk adik kamu. Kamu mau ikut?” tanya mama yani.

Alana berpikir sebentar, sebelum akhirnya menggelengkan kepalanya. “Gak deh ma, kan udah bulan kemarin. Lagian aku malu, di sana banyak banget santi santri yang pake baju serba tertutup. Aku jadi merasa gak nyaman” jawab Alana.

Bulan lalu dia memutuskan untuk ikut menjenguk adiknya yang di pondok sekalian ingin melihat suasana seperti apa di pesantren.

Tetapi yang ada di malah di buat malu dan insecure padahal ia hanya melihat penampilan mereka yang tertutup dengan kerudung yang panjang. Apalagi kalau dia tahu pengetahuan nya, Alana pasti langsung meninggoy di tempat.

“Ya udah kalau kamu gak mau. Gak papa, senyamannya aja” sahut mama yani.

“Kamu jadi pindah hari ini al?” tanya papa Adrian.

Alana mengangguk. “Jadi kok pa, Alana udah kemasin barang yang mau di bawa. Udah siap, tinggal nunggu yang bawa” jawab gadis itu.

“nunggu yang bawa?” tanya papa Adrian dengan alis mengerut.

Ihsan mengangguk. “Iya pa, nanti aku bakal suruh paman buat ambil barang al. Jadi kami langsung pulang ke rumah bunda” jelasnya.

“kalau soal itu gak perlu. Biar kami yang antarkan ke sana sekalian mau nitipin Alana sama orang tua kamu” ujar papa Adrian.

“Kamu juga, jaga anak papa baik baik yah san?! Kalau semisal kamu udah gak kuat dengan anak kami, jangan kamu pukul atau marahi dia. Cukup kamu kembalikan ke rumah ini, kami bakal menerimanya dengan tangan terbuka lebar” pesan papa Adrian.

Masih tak menyangka anak nya sudah menikah, padahal rasanya baru kemarin Alana bisa memanggilnya papa, bisa berjalan. Sekarang sudah ada suami.

Perasaan seorang ayah memang kuat, Adrian merasa sulit melepas Alana.

“pasti pa, ihsan bakal jagain istri ihsan”. Ucap cowok itu.

Entah Alana harus mempercayai atau tidak ucapan pria itu, mulutnya begitu manis sekali. Tapi kelakuannya sering membuat Alana lelah.

Setelah sarapan, Alana dan ihsan berangkat bersama menuju sekolah. Tak sampai sekolah tentu saja, Alana turun di perempatan gang dekat sekolah. Tak mungkin dia ke sana bersama, bisa bisa vira mengamuk.

…….

Ketika jam istirahat Alana dan yeri memutuskan untuk tetap di kelas dengan makanan mereka. Sembari mengobrol dan menonton bersama.

“Ck, guru tadi ngeselin banget anjing. Pick me iwh” Celetuk yeri dengan kasar.

Alana mengangguk setuju. “Iya. Masa kita nanya julid banget, apalagi tadi pas ngerjain ke depan. Itu si rika, malah di bombastis side eye. Giliran si anrul aja yang kedepan, gurunya sok kecakepan.” Sahut alana.

Yeri mengacungkan dua jempolnya. “Benar banget. Masih baru udah kayak gitu, lama lama bisa ngelunjak tuh” Ujar yeri lagi.

Guru yang mereka maksud adalah guru baru, karena guru yang lama di pindah kerjakan jadi dia gantinya. Dan sialnya, pelajaran yang di ambilnya kimia. Gimana gak makin gila otak mereka.

“Lo lihat tadi pas guru nya ngejelasin sambil mondar mandir. Kek anjing lah, dia ke bangku cewek cewek cuma sekali doang noh ke bangku cowok bolak balik ke nungguin pasien “ Timpal yeri lagi.

Jangan dikira mereka tak bisa julid, meski bodo amatan kalau ada yang ngeselin gini bisa di gibahin.

“Al”

Alana menoleh begitu salah satu teman nya memanggil.

“Lo di panggil tuh sama bu liya, katanya suruh ke kantor” Ujar tina, salah satu murid di kelasnya yang termasuk kalangan anak berprestasi.

Alana mengangguk. Dia segera menarik yeri menuju kantor di mana bu liya memanggilnya. Tak ada yang panik, alana tahu bu liya pasti bakal memberi mereka tugas.

Benar saja begitu datang bu liya langsung menunjukan tugas yang harus di kerjakan. Alana dan yeri mengangguk meski dalam hati menghela napas.

Setelai selesai mereka kembali ke kelas. Tetapi alana di buat terkejut begitu melihat vira dan ihsan tengah mojok berdua.

Deg!

Pandangan mereka bertemu, seketika alana memalingkan wajahnya mencoba tak melihat keduanya. Perasaan nya tiba tiba menjadi panas.

“Tugas lagi al?” Tanya tina mengalihkan atensi.

Alana mengangguk, menyodorkan buku yang di berikan bu fisika tadi. “Nih, katanya dari sini sampai sini. Yang ini gak usah di tulis lewati aja, yang nomor dua harus sama gambarnya” Jelas alana.

Tina mengangguk, langsung mengambil alih buku itu. Alana kembali duduk ke bangku nya dan yeri, tak memperdulikan suaminya yang mojok bersama pacarnya. Dia kembali melanjutkan tontonan nya.

Yeri penyuka drama jepang garis keras, dia juga termasuk wibu. Pokok nya apa apa yang berhubungan jepang dia suka kecuali sugiono.

Dan alana hanya ikut menonton saja, menurutnya cukup seru. Saat tengah nonton seseorang datang dan duduk di samping alana.

Alana menoleh sekilas dan kembali pada tontonan mereka.

“Wih, nonton apa ni? Kok ada ara ara nya” Tanya anwar teman sekelas mereka.

“Gak usah ngaco deh kupingnya. Orang di ngomong sukidas bukan ara ara” Ucap alana.

“Lo juga suka nonton ginian al? Gak nyangka gue. Gue pikir lo anak baik gak nonton yang aneh aneh” Ujar anwar lagi.

Alana mengerutkan keningnya, omongan cowok itu cukup rumit di mengerti. “Nonton aneh gimana? Ini kan cuma drama aja sama kayak drakor drakor” Ucap alana.

“Halah, tahu gue lo sering kan nonton?” Tuduh anwar lagi. Sebenarnya alana tahu dia bercanda, terdengar dari nadanya berbicara.

“Gak usah nuduh sembarangan, aku gak kayak gitu. Emang kamu, tiap hari nonton yang begitu. Di galeri nya juga penuh sama video kayak gitu” Bantah alana.

“Jir kok lo tahu di galeri gue banyak video aneh aneh? Lo pernah ngintip ya?”

Alana menggeleng. “Gak sih, cuma nebak aja.”

“Nanti kitar nobar al, tenang gue temenin” Anwar menaik turun kan alisnya sambil bertanya sebelum tertawa.

“Ih, gak mau. Kamu aja sana sendiri sama temen kamu” Usir alana.

Yeri menajamkan matanya pada anwar. “Gak usah ngajak temen gue yang aneh aneh. Sono lo, masa maen nya sama cewek?!” Sewot yeri.

Dua orang itu sedikir kurang akur, jadi maklum kan saja jika selalu bentrok.

“Bilang aja lo irikan karena gue gak ngajak lo nonton bareng?!”

Yeri yang mendengar itu seketika meludah kosong. “Idih ogah. Amit amit deh” Ujar gadis itu.

“Udah sono lo gak usah gangguin kita” Usir yeri mendorong bahu cowok itu.

Anwar mendengus pelan sebelum bangkit dan meninggalkan mereka. Dia termasuk salah satu teman yang asik menurut alana, alana bahkan sering bercanda dengan cowok itu karena asik orang nya.

Alana menoleh saat temannya memanggilnya. Gadis itu menaikan dua alisnya bertanya.

“Al, dari sini langsung ke sini kan?”

Alana mengangguk membenarkan. Hendak memutus kontak mata mereka tiba tiba saja ihsan lewat di antara mereka, mata cowok itu menatap nya dengan tajam.

Pandangan mereka bertemu, tetapi hanya beberapa saat saja karena ihsan keluar dari kelas. Tanpa sadar alana berdecak pelan, tiba tiba dia menjadi kesal mengingat ucapan cowok itu pagi tadi pada papanya.

“Huh! Bulshit” Gumam Alana tanpa sadar.