NovelToon NovelToon
Lily With The Cruel Husband

Lily With The Cruel Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Selingkuh / Mengubah Takdir
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ncy Jana

Love, Me Please!

Tentang Lily yang berada di antara hubungan Theo dan Shylla.

Tentang Lily yang tidak diinginkan dan dicintai oleh Theo. Hanya Shylla yang diinginkan oleh Theo tapi Lily memisahkan mereka karena suatu malam Lily menjebak Theo karena ingin memiliki Theo agar menjadi suaminya.

Pernikahan tanpa cinta, meski sudah berhasil mendapat Theo Lily tidak merasa bahagia karena dia merasa tertolak dan tidak dicintai oleh suaminya. Lily tentunya iri dan mengharapkan cinta dari suaminya namun Theo lebih mencintai Shylla.

Sakit yang Lily rasakan ketika dia bisa hidup bersama raga Theo tapi hati dan pikiran Theo tertuju pada Shylla. Sakit yang Lily rasakan saat Theo bersikap kejam padanya namun lembut kepada Shylla.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncy Jana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

Theo datang ke kediaman orang tuanya, bukan untuk memenuhi panggilan dari sang ibu yang memintanya untuk datang berkunjung. Kali ini Theo berniat datang sendiri karena dia ingin mengatakan sesuatu yang penting kepada kedua orang tuanya mengenai keinginannya.

Saat ini Theo sudah berkumpul dengan kedua orang tuanya untuk makan malam. Kedua orang tua Theo tidak menanyakan keberadaan Lily karena mereka sendiri pun, terlebih ibunya Theo tidak berniat mengundang Lily meskipun wanita itu adalah menantu di keluarga Tanujaya. Di meja yang sudah dipenuhi oleh bermacam jenis makanan, keluarga Tanujaya sedang melangsungkan makan malam mereka.

Setelah makan malam selesai. Kedua orang tua Theo berbincang ringan sebelum Theo tiba-tiba berbicara di tengah perbincangan mereka.

“Mah, Pah. Aku ingin memberitahu sesuatu.”

Kedua orang tua Theo menghentikan perbincangan mereka lalu menoleh, memandangi Theo dengan raut wajah penasaran terhadap apa yang akan disampaikan oleh putra mereka. Apa Lily dan keluarganya berbuat ulah lagi?

Theo menghela nafas sejenak lalu kembali bersuara, “Shylla sudah kembali, jadi aku ingin menikahinya.”

“Menikah?” tanya Frederick, untuk memastikan lagi.

“Iya Pah. Aku tidak menerima penolakan. Aku harus menikah dengan Shylla.”

.

.

Di dalam sebuah ruangan, Lily belum sadarkan diri selama dua hari ini, membuat orang yang ada di samping dokter yang sedang memeriksa keadaan Lily berdecak kesal.

“Kenapa dia belum sadar juga?” Navarro sedari tadi diam menatap Lily yang lagi diperiksa oleh Dokter Joseph, dokter kepercayaan keluarganya.

“Kau bilang dia akan segera sadar. Tapi kenapa sampai sekarang dia belum menunjukkan akan bangun?”

“Saya hanya mengatakan kemungkinan, dan itu berarti masih dugaan saya.”

Navarro tidak menanggapi perkataan Dokter Joseph. Dia hanya melangkahkan kakinya keluar dari ruangan dan menutup pintu itu dengan keras membuat Dokter Joseph hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

Ada apa dengan pria itu?

Meski keheranan, Dokter Joseph mengabaikan sikap tsunder Navarro. Kenapa pria itu mendadak peduli padahal dialah yang sudah membuat perempuan itu menjadi seperti ini?

Dokter Joseph kemudian melanjutkan pemeriksaannya terhadap Lily. Dia juga heran kenapa perempuan ini tak kunjung sadar, seperti tidak berniat untuk hidup lagi.

“Dok, tangan pasien bergerak.” Seorang perawat yang menyadarinya segera memberitahu Dokter Joseph.

Dokter Joseph yang terkejut melangkah kembali mendekati kasur tempat Lily terbaring lemah. Dia baru saja ingin keluar dari ruangan untuk sarapan, tapi dia harus mengurungkan niatnya setelah mendengar pasiennya sudah menunjukkan tanda-tanda kesadarannya. Hal itu membuat Dokter Joseph yang tadinya lapar seketika merasa kenyang.

Setelah memeriksa lagi, Dokter Joseph tersenyum ketika Lily sudah membuka kelopak matanya.

Lily yang baru membuka kelopak matanya merasakan pening, silau, haus dan nyeri disaat yang bersamaan. Butuh beberapa kedipan barulah Lily bisa menyesuaikan cahaya ruangan yang masuk ke dalam matanya. Ia menatapi langit-langit kamar yang asing lagi baginya.

“To-long, a-air.” pinta Lily dengan suara serak.

Dokter Joseph yang mendengar segera meminta perawat untuk membawanya segelas air, ia juga membantu Lily untuk minum. Setelah mengecek keadaan Lily, Dokter Joseph pun membiarkan Lily untuk mengistirahatkan tubuhnya.

Lily tersenyum tipis menatap langit-langit ruangan. Lily sangat kecewa karena ia masih bisa membuka matanya. Ia masih diberi kesempatan untuk hidup.

Dokter itu sudah pergi beberapa saat yang lalu. Lily tidak mengenali siapa pria itu, tapi yang jelas orang itulah yang sudah mengobati nya.

Sekitar satu jam kemudian, Dokter Joseph kembali datang menemuinya. Terlihat Dokter Joseph sempat beberapa kali menghembuskan nafas berat sebelum ingin memberitahu sesuatu yang akan membuat Lily terkejut dan juga sedih.

Lily tetap menatap Dokter Joseph sembari menunggu apa yang ingin disampaikan oleh dokter itu.

Sambil menghela nafas berat lagi, Dokter Joseph mengatakan kalau Lily sudah kehilangan janinnya yang baru berusia empat minggu itu.

“Janin? Apa aku sempat hamil?”Pertanyaan lirih yang Lily ucapkan barusan membuat Dokter Joseph seketika terdiam.

“Kau tidak tau kalau kau sedang hamil?” kata Dokter Joseph bertanya dengan terkejut bukan main.

Dokter Joseph kini dapat mengerti. Meski Lily tidak menjawab pertanyaan, melihat dari raut wajahnya, rupanya perempuan itu juga tidak tahu kalau dia sedang hamil.

Tangan Lily bergerak dan dia letakkan di perutnya. Bibir pucat itu bergumam pelan, “Jadi di sini sempat ada anakku?” Air mata keluar dan mengenang di pelupuk matanya.

Lily berusaha menahan agar air mata itu jangan jatuh. Sungguh bodoh sekali dirinya, ia tidak mengetahui tentang kehamilannya. Bahkan mirisnya, janin itu kini sudah tidak ada sebelum keberadaan sang jabang bayi diketahui olehnya.

Setelah memberitahu Lily, Dokter Joseph pun memberi waktu kepada Lily untuk menenangkan diri. Dokter Joseph mengerti keadaan Lily sekarang, jadi dia membiarkan Lily untuk menyendiri. Dokter Joseph juga meminta kedua perawat yang berjaga di sana untuk segera keluar dari ruangan.

“Mama minta maaf, nak. Mama bodoh ya karena tidak tahu kamu ada di perut Mama.”

Mata Lily kini berkaca-kaca. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya Lily menangis karena tidak sanggup lagi, suara tangisannya begitu nyaring, dia menangis meluapkan kesedihannya. Lily merasa dirinya adalah ibu yang buruk.

“Mama jahat ya. Mama malah bersyukur banget kamu tidak jadi hadir ke dunia ini. Ini pertama kalinya Mama mengucap syukur pada Tuhan."

"Maaf, nak. Mama bukannya tidak menginginkanmu. Hanya saja waktunya tidak tepat. Mama tidak ingin kamu merasakan apa yang Mama rasakan. Mama takut kamu tidak sanggup nantinya. Sakit rasanya saat tidak diinginkan oleh siapapun.” Sulit sekali bagi Lily untuk mengatakan kalimat-kalimat menyakitkan itu. Tapi mau tidak mau Lily harus mengatakan agar calon bayinya yang sudah tiada dapat memahami keadaannya. Sebenarnya jauh di dalam hatinya yang paling dalam, Lily terpukul atas kepergian janinnya. Lily merasa dirinya adalah ibu yang buruk. Baginya, bayi itu tidak cocok mendapatkan orang tua sepertinya. Lily tidak bisa membayangkan jika janinnya itu dibiarkan lahir. Anaknya pasti hanya akan melanjutkan episode penderitaan yang sama sepertinya.

Mungkin baru sekarang Lily merasa Tuhan itu sangat baik. Buktinya dia memberi cobaan yang kini sangat dia syukuri. Kabar kehamilan ini baru dia saja yang tahu meski sekarang janinnya kini sudah tidak ada lagi.

Lily berani bertaruh, baik keluarganya dan keluarga suaminya, termasuk Theo sendiri, mereka pasti tidak akan senang menerima kabar kehamilannya. Kehadiran janinnya pasti akan tertolak. Dirinya saja ditolak, apalagi bayinya. Kalau dirinya, Lily tidak masalah. Hanya saja Lily tidak sampai hati bila janinnya juga ikut merasakan kehidupan persis seperti yang dijalaninya.

Lily tidak ingin anaknya sama sepertinya, harus menerima kebencian dari ayah kandungnya sendiri karena ulahnya. Bahkan Theo sangat menginginkan kematiannya, tentu saja janinnya juga akan mengalami nasib yang sama.

Lily sangat menerima kehadiran janinnya, dia senang sekaligus sedih karena calon bayinya harus pergi seperti menolak untuk dilahirkan.

Lily sudah kehilangan calon bayinya, meninggalkan luka yang begitu dalam bagi Lily sendiri.

“Mama lega, kamu sekarang sudah ada di tempat yang baik. Tempat itu sangat bagus nak ketimbang di sini,” ujar Lily di sela-sela Isak tangisnya dengan kedua telapak tangannya menutup matanya.

Hanya kata-kata itu yang bisa Lily sampaikan untuk menghibur dirinya meski saat ini perasaanya sangat hancur. Lily menangis sendirian di ruangan kamar besar yang Lily tidak ketahui milik siapa. Lily menangis sendirian tanpa ada seorang pun yang datang untuk memeluk dan menghiburnya.

Seharusnya di saat seperti ini, Lily sangat memerlukan sebuah rangkulan karena dia baru saja kehilangan calon bayinya.

Tanpa Lily sadari, sedari tadi ada seseorang berdiri dari balik pintu dan mendengar jelas tangisan pilunya.

1
Isma Nayla
semoga secepatnya lily pergi dari theo,dn tlong thor jng kembalikn lily pd theo bila suatu saat theo menyesal.gk rela aq thor 😤
dyah EkaPratiwi
selidiki shyla Theo blm kau menyesal
Makaristi
nanti tiba waktunya bakalan bucin sama lily kamu theo..
ditunggu yah author kebucinan theo 😂😃😍🫢🫢
dyah EkaPratiwi
jahat banget Theo,ayo kabur aja lyly
Dwi Defirza
bikin penasaran
Makaristi
theo klu tau lily di antar navvarro mulut nya bisa setajam silet dah 😃😁😁🤭🫢
CikCintania
pelik cinta mati sangatkh sampai sanggup d siksa..?
Gwatan
Penulisnya jenius! 🌟
Grindelwald1
Saya sangat terkesan dengan perkembangan karakter yang konsisten.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!